Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡♡♡
Giana terbangun saat mendengar pintu kamarnya dibuka dengan pelan. Hari bahkan hampir pagi, dan suaminya itu baru pulang. Jovan memang sempat mengabari kalau pria itu akan pulang telat, tapi tidak dini hari juga. Jovan tak tahu kalau istrinya itu gelisah semalaman membayangkan hal yang tidak-tidak.
"Kenapa baru pulang jam segini?" Hadang Giana saat Jovan akan masuk kamar mandi.
"Yang penting aku pulang, kan?" Balas pria itu acuh.
Jovan menggeser tubuh istrinya demi bisa masuk ke kamar mandi, kekhawatiran barusan tak begitu ia perdulikan. Giana yang mendapat balasan demikian tentu lumayan terkejut. Suaminya berangkat pagi pulang pagi, lalu tiba-tiba sikapnya berubah drastis, apa ia membuat kesalahan? Pikir Giana dengan sifatnya yang selalu menyalahkan diri sendiri.
"Aku dipaksa ikut ke Bar sama yang lain, ngobrol ngalor ngidul sampe lupa waktu. Kepala aku pusing banget." Tutur Jovan keluar dari kamar mandi, membuyarkan lamunan istrinya yang masih mematung.
"Kamu mabuk?" Tanya Giana memastikan.
Jovan menggeleng. "Nggak sampe mabuk."
"Tapi kamu minum, pantesan."
Jovan hanya mengangguk setuju, ia segera merebahkan tubuhnya untuk beristirahat. Sedetik kemudian ia merasakan selimut yang ditarik sampai lehernya, lalu usapan tangan lembut dipipinya.
"Yaudah, aku siapin sup buat sarapan. Nanti aku bangunin." Bisik Giana.
Setelah memastikan suaminya terlelap, Giana segera keluar menuju dapur demi menyiapkan sarapan untuk mereka. Meskipun hari masih sangat pagi, tapi kakinya tetap melangkah dengan ringan tanpa paksaan. Lagipula kalau sudah terbangun akan sulit untuk tidur lagi, lebih baik kepagian daripada kesiangan.
Dua jam kemudian, nasi beserta sup dan lauk pauk untuk sarapan telah matang semua. Giana bahkan dengan telaten membawa porsi sarapan suaminya ke kamar, tidak tega membiarkan Jovan sekedar keluar kamar pagi ini.
Ibu mertuanya juga tumben belum keluar, jadi ia meninggalkan meja makan itu dengan makanan yang telah siap saji semua. Pokonya siapapun nanti yang datang, mereka tinggal menikmati saja.
"Gi, ada yang nyariin, katanya temen SMA kamu?" Lontar Ibu mertuanya menghampiri Giana yang hampir selesai menyuapi anak perempuannya.
"Siapa?" Gumam Giana bingung, karena seingatnya ia tak mempunyai janji dengan siapapun.
"Coba liat dulu kedepan, biar Ibu yang lanjutin." Mau tak mau Ibu Jovan segera mengambil alih menyuapi cucunya itu.
Jema memang suka sarapan agak siang, anak itu lebih senang memakan sereal dipagi hari, baru ia mau makan nasi. Jadi berangkat ke Playgroup pun sering molor, seperti hari ini. Padahal hanya dari senin sampai kamis, tapi butuh kesabaran ekstra demi membujuk anaknya itu mau berangkat sekolah.