Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡♡♡
Hari hampir gelap, tapi Shenna masih duduk dikursi kerjanya, sendirian. Ia menyibukan diri dengan membuka satu persatu aplikasi di ponselnya, supaya tak mengantuk. Sampai ada seseorang yang memasuki ruangan dan menegur, menanyakan kenapa dia belum meninggalkan kantor di sore hari ini.
"Masih banyak kerjaan, mbak?"
Shenna mengangkat wajahnya, menatap ragu. Belum menjawab, karena ia bimbang harus tetap menunggu atau pulang saja.
"Lembur?" Tanya Bi Ati lagi, staff kebersihan, dilantai tempat ia bekerja.
"Hmm.. nggak ko, ini baru mau pulang, Bi." Shenna memutuskan untuk pergi, karena merasa tidak ada lagi alasan untuk ia bertahan dikantor. Seseorang yang menyuruhnya untuk menunggu itu, tidak ada memberi kabar. Ia pun enggan, untuk bertanya.
Saat hendak keluar, Shenna kembali lagi kedalam, lebih dalam, yaitu ke ruangan Direktur, karena jaketnya tertinggal disana. Setelah mendapatkan barangnya, Shenna buru-buru ingin pergi, tapi seseorang lebih dulu masuk melalui pintu yang ia tuju itu.
Seseorang itu pria tinggi, pemilik ruangan ini.
Langkah Shenna terhenti otomatis. Ia hanya diam memperhatikan, saat pria itu dengan cepat mengunci ruangannya dengan kunci yang sengaja ia bawa.
Jovan tak mengeluarkan sepatah katapun, bahkan ia melewati tubuh Shenna begitu saja saat berjalan menuju kursi singgasananya. Pria itu mulai duduk dengan tenang, mengangkat satu kakinya, dan mengeluarkan sebatang rokok untuk ia hisap. Dan Shenna masih berada diposisi berdirinya, membelakangi arah pandang Jovan.
"Aku..., harus pulang sekarang. Kita bicara besok." Ucap Shenna terbata. "Bisa buka pintunya?" Lanjutnya, saat sadar kunci pintu itu ada disaku Jovan.
"Mau makan malam lagi? Kali ini hanya berdua? Bersama Jerryan?" Tebak Jovan asal. Ia mulai berdiri mendekati tubuh Shenna, yang dari tadi, tak sekalipun menoleh padanya. Jovan meremas bahu Shenna, meminta wanita itu untuk menghadap kearahnya.
Shenna tak memberi perlawanan, ia menurut dengan langsung memutar tubuhnya untuk menghadap Jovan. Tapi pandangannya tetap kebawah, sampai pria itu menyentuh dagunya, baru ia berani untuk mengangkat wajahnya.
"Benar?" Desis Jovan.
"Salah." Elak Shenna. "Ini sudah waktunya untuk pulang. Jadi sudah seharusnya aku pulang. Tanpa kamu perlu tahu, aku akan kemana setelah ini." Lanjutnya.
"Biasanya juga kita pulang telat. Menghabiskan waktu berdua disini." Tutur Jovan, ia ingin segera merengkuh wanita didepannya itu, tapi lagi-lagi mendapat penolakan.
Shenna berubah. Akhir-akhir ini selalu saja ada alasan untuk menghindar. Dari mulai izin sakit tak masuk kerja 2 hari sampai mengaku sedang datang bulan kemarin, hingga niatnya untuk membeli pengaman urung. Shenna selalu meminta pulang tepat waktu, dan parahnya tak ingin lagi diantar.