♡♡♡
Dari kecil Shenna tak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki keluarga yang harmonis, apalagi hubungan yang romantis. Sejak ditinggalkan oleh Ibunya untuk selamanya, saat itu juga Ayahnya malah menelantarkannya. Akhirnya Shenna tinggal di Panti Asuhan untuk sementara, sampai ada sepasang suami istri yang berniat mengadopsinya kala itu.
Ayah dan Ibu angkat Shenna sangat baik. Shenna yang saat itu berumur 8 tahun langsung disekolahkan dengan layak oleh mereka. Dari mulai fasilitas hingga gaya hidup mewah, Shenna jalani selama kurang lebih satu tahun. Sampai dimana Ibu angkatnya memberi tahu bahwa dia berhasil hamil, semua hal menyenangkan Shenna selama setahun itu tiba-tiba menghilang.
Mereka masih baik, tapi tidak seperti awal-awal. Sejak saat itu, seluruh perhatian Ayah dan Ibu angkatnya hanya untuk sang calon buah hati, Shenna tersisihkan. Ia akhirnya lebih banyak diurus oleh orang lain kembali, yaitu ART dirumah mereka.
Shenna tak punya saudara kandung, saudara dari Ayah Ibu kandung pun tidak ada yang mau mengakui. Ditambah semakin bertambah usia hubungannya bersama orang tua angkat semakin rengang, membuat Shenna hanya berakhir kesepian.
Adik tirinya perempuan, mereka terpaut beda usia 9 tahun. Meskipun sama-sama perempuan, hubungan keduanya tak sedekat itu. Apalagi Shenna sudah hidup mandiri dari kuliah, membuat mereka sangat canggung jika ada kesempatan bertemu.
Tapi tiba-tiba saja adik tirinya itu mengirim pesan, menanyakan kabarnya dan meminta izin untuk berkunjung kapan-kapan. Shenna tentu senang, adiknya sudah dewasa, pikirnya, siapa tahu mereka bisa mulai dekat kali ini.
Tak berselang lama, Shenna juga menerima pesan dari Ibu angkatnya. Awalnya Shenna mengira hari ini seperti nostlagia, membaca sekilas dari notifikasi, kalau pesan itu berisikan info tentang ART yang sudah sangat lama Shenna tak dengar kabarnya. Tapi saat pesan itu ia baca keseluruhan, isinya ternyata kabar duka, Bi Ratih dikabarkan meninggal dunia tadi siang.
Shenna segera menelpon Ibu angkatnya, menanyakan apakah mereka harus pergi untuk melayat, tapi Ibunya bilang kalau tempat tinggal Bi Ratih sangat jauh, apalagi ini sudah malam. Jadi mereka memutuskan untuk mengunjungi kediaman keluarga Bi Ratih nanti, kalau semuanya ada waktu senggang.
Barulah Shenna dapat bernafas lega, tapi juga tak sepenuhnya lega, Bi Ratih memang sudah berhenti dari tiga tahun lalu. Dan Shenna merasa berdosa karena dalam kurun waktu itu, ia tak sempat berkunjung barang sekalipun. Padahal semasa hidupnya, Shenna diurus Bi Ratih dengan baik sampai besar.
Rasanya persis seperti kehilangan Ibunya sendiri, untuk kedua kalinya.
Mata Shenna berkaca-kaca, hampir menangis saat ingatan baiknya bersama Bi Ratih mulai berputar, seperti kaca film yang ia kembali tonton. Ia bertekad, sesibuk apapun, sejauh apapun, ia harus pergi berkunjung ke rumah terakhir Bi Ratih.
Ditengah tangisannya, getaran ponsel kembali mengalihkan perhatiannya. Seseorang yang menelpon itu Jovan, dan entah kenapa Shenna langsung menerima panggilan itu dengan suara parau.