9. Diambang Pudar

1.4K 191 13
                                        

Sebuah pepatah dari suatu blog yang pernah Nabila baca mengatakan "Tapi apalagi yang membuat hati berdesir selain pertemuan yang tidak disengaja?" Sepertinya pepatah itu memang benar adanya, namun pertemuan tanpa disengaja ditambah plus one dari seseorang yang mulai didambakan bukan menjadikan kesan manis dari pertemuan mereka kali ini.

Acara anniversary maskapai penerbangan ini sudah berakhir sejak setengah jam yang lalu. Namun Nabila belum juga diperkenankan pulang sebab istri direktur yang mengajaknya berswafoto dan berbincang-bincang.

"Rasya, mama knows you very well, and i know if you are still single, aren't you? so, kalau nanti cari calon, yang kaya Nabila ini ya. Cantik, lemah lembut, sopan, suaranya haduh, bisa karaokean bareng sama mama terus nanti" canda dari ibunda Rasya pada putranya yang berada tepat di samping kirinya.

"apasih ma" jawab Rasya malas, sementara Nabila hanya dapat tersenyum kikuk

"selamat malam Ibu Liana, Pak Rasya and.." seseorang berjas baru saja datang dan menggantungkan kata sapaannya "Nabila" lanjutnya

"oh Mr. Aro, captain muda kita rupanya, apa kabar capt, sehat?" tanya bu Liana menyapa Paul dengan nada yang sangat antusias

"more than good, i think" mata elang milik Paul enggan berpaling, menatap lurus pada objek yang sedari tadi memang sudah ia pantau semenjak awal kedatangannya di hallroom ini. Berbeda dengan Nabila yang justru lebih fokus pada perempuan di sebelah Paul yang tak hentinya tersenyum entah menatap Nabila atau benda lain.

"ini mm, Bunga kan? aduh pramugari kita yang paling top, makin cantik ya lama ga ketemu" ucap bu Liana lagi yang kali ini merujuk pada gadis yang Nabila tatap.

"hehe bisa aja ibu Liana, aamiin, bu Liana juga cantik sekali" jawabnya dengan nada yang dibuat seanggun mungkin namun mampu membuat Nabila muak namun tetap ia tahan sebisanya.

"ehm, saya izin pamit dulu ya bu, pak Rasya, Mr. Paul and Mrs. Bunga" suara perempuan selain Bunga tiba-tiba terdengar menyeru untuk segera pamit dari lingkaran petinggi maskapai.

"Eh aduh makasih banyak ya Nabila sudah menyempatkan datang dan menghibur kami. I wish we could spend more time to talk. Tapi masih ada hari esok bukan. Pulang sama siapa? Biar Rasya antar aja ya?"

"Mah" ucap Rasya yang cukup terkejut dengan penawaran sang ibunda yang melibatkan dirinya secara mendadak

Di lain sisi, Paul tampak merubah ekspresi tatkala sebuah permintaan muncul dari istri bosnya itu. Bahkan ia sudah siaga untuk balik menawarkan diri untuk mengantar Nabila yang sayangnya belum sempat terucap karena Nabila lebih dahulu menjawab.

"Oh gausa ibu Liana, saya sama manager saya pulang"

"Benar ya? Padahal Rasya bisa lo mengantar tapi yasudah. Be careful okey cantik"

Menarik sedikit sudut bibir dan menundukkan kepala pertanda hormat, Nabila pamit dengan membalikkan tubuhnya menjauh.

Tidak tinggal diam, indra penglihatan Paul membidik kepergian Nabila hingga menghilang dari pintu hallroom. "Saya permisi ke belakang dulu" bohong Paul pada istri dan anak direktur maskapai. Kaki panjangnya ia gunakan untuk menyusuri jalan yang kemungkinan dijejakkan Nabila untuk pergi. Dan benar saja perempuan itu masih terlihat berjalan pelan, tak jauh, sekian meter dari jarak langkah Paul.

"Nabila"

Memutar tubuhnya ke asal suara, Nabila melihat Paul yang berjalan pelan menuju ke arahnya. Kedua netra mereka bertemu. Nabila tetap di tempatnya berdiri, ia enggan untuk melangkah mendekat pada seseorang yang ia rasa tidak memiliki kepentingan lagi dengannya.

Sky and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang