"𝖆𝖜𝖆𝖑 𝖇𝖆𝖍𝖆𝖌𝖎𝖆 𝖉𝖊𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖆𝖐𝖍𝖎𝖗 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖙𝖗𝖆𝖌𝖎𝖘"
SLOW UPDATE
Judul awal : Madness
Judul baru : The feeling of love that kills
*****
Tentang empat mata yang tanpa sengaja bersitatap di sebuah rumah sakit jiwa dimana didalamnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*•.¸♡♡¸.•*
Sepasang kaki yang di lapisi pantofel mengkilap dengan harga luar biasa di iringi langkah kaki khas seorang pria itu melangkah menuju ruangan dengan pintu hitam di depannya.
Ketika membuka pintu, sepasang mata berwarna abu itu di sambut dengan keadaan yang gelap karena lampu belum di nyalakan.
TAK
Saklar lampu yang di balik kan menimbulkan suara bersamaan dengan ruangan yang semula gelap menjadi terang benderang.
Bisa dilihat di dalam sana terdapat sebuah sofa single dengan satu meja kecil di depannya. Di dinding ruangan banyak figura foto yang menampilkan seorang perempuan cantik dengan berbagai ekspresi.
Sepasang kaki itu melangkah menuju lemari kecil yang ada di samping gambar wajah seorang perempuan yang paling besar di sana. Itu bukan foto, melainkan lukisan dengan wajah yang berbeda dari pada wajah yang tertempel di dinding.
Membuka lemari, ia menemukan sebuah album yang sedikit berdebu. Membalikkan lembaran demi lembaran hingga pergerakannya terhenti pada sebuah foto yang menampilkan seorang perempuan dengan perut besarnya dengan berlatar belakang pantai sedang tersenyum bahagia ke arah kamera.
Ia berjalan ke arah sofa single duduk di sana dengan memangku album foto tersebut. Mengusap perut besar di foto itu yang tanpa sadar ia mengeluarkan air mata.
Ingatan itu kembali menyeruak, kilasan masa lalu yang bahagia sebelum akhirnya memisahkan sepasang anak manusia yang saling mencintai.
Ia rindu ketika perut itu bergerak karena sentuhannya, ia rindu ketika perempuan sang pemilik perut besar itu menatapnya penuh cinta, menggenggam tangan besarnya dengan tangan kecil pemilik perempuan yang ia cintai itu.
Membalikkan lembaran, ia menemukan cetakan USG. Dari yang hanya titik kecil hingga yang sudah terbentuk. Titik kecil itu adalah anaknya dengan perempuan yang berada di lembaran sebelumnya.
Perempuan yang membuatnya nyaman setelah ibunya. Perempuan yang akan memeluk nya sepanjang malam ketika ia sakit, sama seperti yang dilakukan oleh ibunya.
Karena kecelakaan yang di sengaja beberapa tahun yang lalu dan tanpa di duga wanitanya adalah salah satu korban dari kecelakaan itu.
Dimana sebuah truk dari arah berlawanan dengan kecepatan kilat langsung menyambar tubuh wanitanya hingga terpental beberapa meter ke pinggir jalanan.
Membuat para orang-orang yang melihat kejadian tersebut berteriak histeris karena karena kengerian terutama para perempuan yang ada di sana.
Tidak ada yang menolongnya, orang orang hanya berdiam diri dengan pandangan ngeri menatap pada raga yang kemungkinan tidak lagi memiliki nyawa itu tanpa ada niatan membantu.
Membayangkan itu, seluruh tubuhnya terasa sangat tidak berdaya. Apalagi, ia kehilangan dua nyawa sekaligus, istri dan calon anaknya.
Bertahun lamanya, ia menunggu kehadiran sosok yang sekiranya dapat mengobati rindu pada wanitanya.
Bertahun-tahun, ia dengan terpaksa meminum berbagai jenis obat-obatan. Bertahun-tahun pula, ia di hantui rasa bersalah atas kepergian wanitanya. Rasa bersalah karena tidak mampu menjaga wanitanya dengan benar.
Setelah menunggu terlalu lama, akhirnya penantiannya membuahkan hasil. Walaupun, ada setitik rasa sedih karena dia tidak mengingat dirinya. Tak apa, dia bisa menunggu.
"Maaf, maaf kan aku. Aku berjanji akan memperbaiki semuanya. Tunggu lah sebentar lagi, kita akan bersama kembali".
*•.¸♡♡¸.•*
Di kegelapan malam yang kini di landa keheningan, seorang perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah Areliane berlari tanpa menggunakan alas kaki.
Ia berhenti sejenak guna menetralkan deru nafasnya yang tersendat sendat akibat berlarian menghindari kejaran pria botak yang sedang mengejarnya.
Areliane menatap ke sekeliling nya yang gelap. Ini bukan jalan menuju rumah Rena, ia mengambil jalan yang salah sepertinya.
Oke, fokus dan tenang. Mengambil benda berbentuk pipih di dalam tas nya, disana terlihat waktu menunjukkan pukul 22. 04.
Membalikkan badan, Areliane harus pulang sekarang. Jika tidak Rena akan memarahinya karena pulang larut malam.
Baru saja membalikkan badan, di belakang sana terdengar langkah kaki seseorang yang tengah berlari mendekat.
Areliane harus bersembunyi sekarang sebelum pria di belakang sana yang mengejar menemukannya.
Matanya berpendar mencari tempat yang sebisa mungkin menutupi tubuh kecilnya. Hingga matanya terhenti pada sebuah gang kecil yang gelap.
Tanpa pikir panjang Areliane membawa kakinya melangkah menuju gang tersebut.
"Huh huh huhh, di mana nona ?. Cepat sekali dia berlari." Pria itu terduduk di pinggiran aspal sembari menormalkan hembusan nafasnya yang tersengal akibat berlari.
meong
Makhluk berbulu berwarna hitam itu menatap pria botak di sampingnya dengan mata hijaunya.
"Apakah tuan sudah datang ?". Seolah mengerti, sang kucing menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Oke, baiklah. Mati kita pergi, lagi pula tugas kita sudah selesai."
meong
Setelahnya pria botak itu berdiri dan berlalu pergi. Sedangkan sang kucing, berjalan di belakang pria botak tersebut.
Areliane yang sedari tadi bersembunyi di gang kecil menghembuskan napas lega. Akan tetapi, entah kenapa ia merasa pernah mengalami kejadian serupa dengan kejadian yang terjadi pada malam ini. Namun ia tidak tau itu kapan.
Keadaan yang sunyi membuat bulu kuduk Areliane meremang, apalagi di gang kecil ini cukup gelap. Dia harus segera pulang kalau tidak Rena akan menceramahi nya tanpa henti.
Tap tap tap tap
Langkah kaki seseorang terdengar begitu jelas dari arah belakang Areliane. Ia menahan napas takut kala merasa seseorang tersebut berhenti tepat di belakang tubuhnya.
Belum usai rasa takutnya, sebuah lengan kekar melingkar begitu kokoh di pinggang rampingnya.
"AAAAAA"
Areliane berteriak keras ketika merasa sesuatu seperti kepala manusia bertumpu tepat pada pundaknya.
"Kita bertemu kembali, bagaimana kabarmu, hmm?" Suara lembut itu terdengar begitu merdu di telinga Areliane.
Suara lembut itu Areliane rasa ia pernah mendengarnya, tetapi entah dimana, ia lupa. Pelukannya terasa begitu nyaman dan juga familier, namun lagi lagi Areliane melupakannya.
*•.¸♡♡¸.•
871 kata Terimakasih telah membaca juga vote dan komen ° ° ° ° °