Red dan Arthur berbaring bersebelahan, Arthur sudah tertidur sejak beberapa saat lalu, namun Red terus bergerak gelisah di tempatnya. Ini salah, ini tidak benar, seharusnya mereka tidak berakhir begini. Red bahkan belum melaksanakan tugasnya dengan baik malam ini. Red terus melirik pada Arthur yang nampak tenang disebelahnya. Sejak obrolan singkat setelah Red menangis tadi, Arthur meminta Red untuk beristirahat saja. Red tidak pernah dibiarkan beristirahat oleh seorang pelanggan yang telah membayar, sebelumnya. Jika bisa, mereka bahkan akan terus menghajar Red sampai dirinya kelelahan dan tak sadarkan diri.
Menjadi seorang sub dalam hubungan seperti ini bukanlah hal yang mudah. Sakit, seluruh tubuhnya akan terasa begitu sakit, remuk, seperti seluruh tulang di dalam tubuhnya di patah-patahkan. Namun malam ini rasanya sangat berbeda, bahkan sejak pertama Red bertemu tatap dengan Arthur.
Tatapan pria itu hangat, tak tertebak, yang entah mengapa mampu membuat Red merasa tenang saat melihatnya. Apa ini hanya karena Arthur pria yang baik? Atau karena hal lain? Red tidak mengerti.
Arthur terbangun dari tidurnya saat merasakan geli di dadanya. Dia membuka mata dan terkejut melihat Red sudah berada di atasnya, tengah menjilati putingnya.
"Red? Kau tidak tidur?" Tanyanya dengan suara yang serak.
Red menggeleng, "aku tidak bisa tidur sebelum memberikan apa yang harus kau terima, Arthur. Bersantai lah dan biarkan aku bekerja."
"Hnghh~ Red?"
"Hum?"
"Kemarilah."
Red menghentikan kegiatannya, kemudian merangkak di atas tubuh Arthur dan menatapnya.
"Apa kau akan terus memakai topeng ini selama bersama ku?"
Red mengangguk meski terlihat ragu. "Aku tidak bisa melepaskannya."
Arthur menghela nafas, mencoba mengerti. Kemudian dia tersenyum, tangannya bergerak meraih sisi kepala Red dan mengelusnya pelan. Saat Red tenggelam dalam tatapan hangat pria itu, Arthur menarik tengkuknya dan mencuri ciuman dari bibirnya.
Red nampak terkejut, matanya membulat besar dan bergetar. Namun perlahan, lumatan lembut Arthur di bibirnya membuat Red terhanyut.
Arthur sudah mengambil posisi duduk, dengan Red yang kini berada di pangkuan, kegiatan saling melumat itu kian memanas. Meski ciumannya terasa berantakan, nyatanya bibir plum milik Red mampu membawa candu bagi Arthur.
Jarak mereka terurai dengan Red yang nampak kelimpungan mengais nafas, dadanya naik turun dengan mata yang masih menatap Arthur lurus. Sulit dipercaya, ciuman dari Arthur terasa begitu gila.
Arthur terkekeh melihat lawan mainnya keheranan, "kau terkejut ya? Maaf." Ucap Arthur yang justru membuat Red semakin terkejut. Kenapa Arthur meminta maaf?
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS - One Shoot! [BL]
FanfictionKu rilis untuk mengisi kekosongan ('༎ຶ ͜ʖ ༎ຶ ')♡ Hanya oneshoot ya. Jangan berharap lebih Mostly 21+. Minor mohon minggir 🙏🏻 BOY LOVE!! BXB!!