Arthur mengerjab, terbangun dari tidurnya yang terasa begitu nyenyak malam tadi. Dia mengingat semua hal yang dilakukannya sebelum tidur dan tersenyum dengan begitu lebar, namun senyum lebar itu tak bertahan lama kala dirinya mendapati sisi kasur yang semalam diisi oleh seseorang, kini telah kosong.
Arthur bangkit dari tidurnya dan coba mengingat kesepakatan yang telah dibuatnya dengan Marlon semalam, Arthur yakin bahwa dirinya tak salah mengerti saat Marlon bilang akan memberikan Red atau Sean padanya selama dua malam. Lalu, kemana perginya Sean sekarang?
Arthur berjalan menyusuri lorong dengan penampilannya yang masih berantakan. Langkahnya pasti menuju ke ruang pribadi Marlon yang berada di lantai paling atas bangunan tingkat lima itu.
"Maaf, tuan? Tapi tuan Marlon sedang ada tamu." Seorang penjaga yang berdiri di depan pintu menghentikan langkah Arthur sebelum dia sempat menarik gagang pintu ruang pribadi Marlon.
Arthur berdecak, "aku harus bicara dengannya, apa tamu nya masih lama?"
"Saya tidak ada di ranah untuk menjawab hal tersebut, tuan." Sahut si penjaga yang konsisten dengan wajah datar dan nada suaranya yang rendah. Cukup untuk mengintimidasi orang, jika saja itu bukan Arthur.
Arthur kembali berdecak sebal, "oh, tunggu. Apa kau tahu di mana Sean berada?" Tanyanya pada sang penjaga. Namun pria dengan rambut hampir plontos itu mengernyit bingung.
"Maaf?" Tanyanya memastikan pertanyaan Arthur.
"Ah, maksudku Red." Jelas Arthur kemudian.
Kini wajah bingungnya kembali datar, "tuan Red akan meninggalkan kamar setelah pekerjaannya selesai, tuan." Jawab sang penjaga, yang membuat Arthur semakin kesal.
"Hey, tapi bos mu sudah berjanji-" Belum sempat Arthur meluapkan emosi, pintu di depannya terbuka dan menampilkan Marlon yang hanya membalut tubuhnya dengan sebuah bath robe berwarna hitam. Berdiri di ambang pintu dengan wajah malas dan tangan bersedekap di dada.
"Ck. Ku kira siapa yang berbuat keributan pagi-pagi begini di depan pintu orang?"
"Marlon, di mana Red?" Tanya Arthur yang tak mengindahkan protesan sarkas Marlon.
"Hh.. Dude, kau berbuat keributan di sini hanya untuk menanyakan itu? Tidak puas setelah semalaman bersamanya?" Tanya Marlon heran. Namun jawaban itu kembali membuat Arthur kesal.
"Marlon!"
"Baiklah, baiklah." Marlon mendesah, kemudian melirik anak buahnya yang masih menghalangi tubuh Arthur agar tak menerobos masuk ke ruangannya, "hey, biarkan dia masuk." Titah Marlon yang segera dituruti. Penjaga dengan tubuh besar itu menyingkir dari hadapan Arthur seraya menunduk meminta maaf.
Arthur berlalu, mengabaikan sang penjaga dan bergegas masuk mengikuti langkah Marlon.
Pemandangan di ruangan itu membuat Arthur sedikit terkejut dan mengusik indera penciumannya. Bau sperma yang pekat dan sesosok tubuh bersurai blonde yang tertidur di atas sofa, yang sebagian tubuhnya hanya di tutupi dengan kemeja milik Marlon yang dikenakannya semalam itu memberikan gambaran pada Arthur soal tamu Marlon yang dimaksud oleh si penjaga tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS - One Shoot! [BL]
FanfictionKu rilis untuk mengisi kekosongan ('༎ຶ ͜ʖ ༎ຶ ')♡ Hanya oneshoot ya. Jangan berharap lebih Mostly 21+. Minor mohon minggir 🙏🏻 BOY LOVE!! BXB!!