Renjun berjongkok, mengangkat tangannya dan cahaya biru muda mengitarinya.
Perlahan, cahaya biru muda itu menerpa sebuah tunas yang layu.
Renjun tersenyum melihatnya. Setelah itu, ia mulai melanjutkan perjalanannya. Menyusuri hutan yang dipenuhi rumput hijau.
Kakinya melangkah menuju bukit yang cukup tinggi.Renjun berdiri di ujung bukit dan menatap sebuah bangunan yang tak lain adalah kerajaan.
Kipas dan payung yang dipegangnya tiba-tiba menghilang, dan Renjun menyusut menjadi seekor rubah putih.
Kaki mungilnya mulai melangkah dengan cepat melewati pepohonan.
Bunga-bunga bermekaran seolah menyambut kedatangannya.Renjun melompat dan bersembunyi di belakang sebuah guci besar.
"Kau pergi ke kerajaan Huang?"
"Ya, sekitar dua bulan yang lalu"
Renjun memejamkan matanya, meresap ke dalam pikiran mereka, menyerap semua informasi yang sepertinya bisa membantunya.
Setelah merasa cukup dengan informasi itu, Renjun segera keluar dari area kerajaan. Ia sedikit menjauh dan merubah wujudnya.
Renjun melangkahkan kakinya menuju sebuah aula yang dijaga oleh beberapa prajurit.
Para prajurit itu tampak terkejut, mereka bertatapan satu sama lain."Aku dari kerjaan Huang, dinasti Qing, bisakah aku bertemu dengan raja Jung?"
Sementara itu, anak laki-laki yang tak lain adalah Jaehyun kini berada di kamar bersama seorang wanita yang berbaring dengan lemah.
"Kenapa ibu tidak meminum ramuan dari tabib?"
"Tidak ada gunanya, tabib sudah berkata jika ibu akan meninggal walau meminum ramuannya" balas wanita itu dengan senyuman sendu.
Jaehyun tak menjawab. Keduanya diam karena tak ada lagi bahan untuk pembicaraan.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat atensi mereka teralihkan. Seorang dayang wanita datang dan memberi hormat.
"Yang mulia raja memanggil pangeran," ujarnya membuat Jaehyun dan ibunya sedikit bingung.
Jaehyun mengangguk dan bangkit dari duduknya.
"Ibu, saya pamit"
Jaehyun membungkukkan badannya dan keluar dari kamar. Sang ibu tersenyum tipis melihat putranya yang sangat sopan, usianya baru 10 tahun, tapi dia cerdas dan sangat mengenal tatakrama. Tidak pantas untuk anak baik sepertinya menderita dan disiksa oleh omong kosong yang datang entah darimana.
Jaehyun berjalan menghadap ayahnya. Namun, pandangannya terpaku ke arah seseorang yang tengah duduk dengan sebuah kain menutupi setengah wajahnya.
Orang itu memancarkan aura yang begitu memikat.
Jaehyun terpaku hingga nyaris lupa untuk memberi salam kepada ayahnya.Segera ia memberi salam kepada ayah, saudara laki-laki, serta kepada wanita yang telah menjadi permaisuri.
"Beri salam kepada utusan kerajaan Huang" ujar ayahnya dengan senyuman penuh penekanan.
Jaehyun menghadap Renjun yang tengah menatap ke bawah. Renjun menggerakan pupil matanya untuk berkontak mata dengan Jaehyun.
Kedua netra itu bertemu. Renjun mengangkat tangan kanannya untuk menurunkan kain yang menutupi hidung dan bibirnya. Kedua sudut bibir Renjun terangkat dan kedua pupil matanya mengkilat dengan cantik membuat semua orang terpaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Evil [JAEREN]
Fanfiction"Kau adalah 'peliharaanku'! Jangan membantah perintahku!!" "T-tuan..ahh" Berisi kisah menarik tentang seorang pria yang dikutuk bernama Jung Jaehyun. Dalam garis takdir, ia dikatakan tidak akan pernah mati hingga ia menemukan kunci dari semua jawaba...