Pagi harinya di sekolah, Gerhana duduk sendirian di taman belakang sambil memainkan handphone miliknya. Setelah mengantarkan kripik jualanannya tadi, ia langsung pergi ke taman belakang. Entah apa yang sedang ia lakukan, tetapi, sepertinya pemuda itu sedang mengirimkan pesan melalui via chat dengan Bara.
Papa
Assalamualaikum, Pa.
Pa, Gerhana ada acara MAKRAB minggu ini di sekolah, kira-kira Papa ada uang nggak buat biaya MAKRAB Gerhana? Soalnya uang Gerhana nggak cukup untuk bayar uang MAKRAB, karena uang hasil dari jualan kripik juga pas-pasan untuk Gerhana pakai sehari-hari.Setelah mengetikan pesan, ia langsung menekan tombol berbentuk pesawat kertas di ponselnya, dan kemudian pesan itu langsung terkirim.
"Semoga aja Papa lagi ada uang, jadi aku bisa ikutan MAKRAB," ucap Gerhana dengan penuh harapan.
"Woi, Na. Ngapain lo di sini sendirian," ucap Arkana menghampiri Gerhana, sementara Genta mengikuti dari belakang.
"Enggak ada, gue cuma ngadem aja di sini," balas Gerhana.
"Kalau gitu, ayo, ke kelas, bentar lagi mau bel masuk, nih," ucap Genta menambahkan.
Gerhana melirik jam di pergelangan tangannya, benar saja, sebentar lagi bel masuk. Sebelum Bu Husnul masuk terlebih dahulu ke kelas mereka, mereka bertiga harus bergegas sampai terlebih dahulu.
Setelah berlarian dari taman belakang sekolah tadi, merekapun sampai dengan ngos-ngosan. Untungnya Bu Husnul belum tiba di kelas, jadi mereka bisa bernafas dengan lega sekarang.
"Bay the way, kita tadi kenapa lari, ya? Kan, kita bisa jalan biasa aja," ucap Arkana kepada kedua temannya.
"Iya juga, ya, lo sendiri, Na, kenapa lari?"
"Gue lihat kalian berdua lari, ya. Gue lari lah, kalian berdua, kenapa lari?" tanya balik Gerhana.
"Sebenarnya gue juga ikut Arkana, sih. Nah, lo kenapa lari?" tanya Genta kepada Arkana.
"Enggak ada, sih, gue refleks aja lari, takut keburu Bu Husnul datang," jawab Arkana enteng, sementara Gerhana dan Genta sudah memandang geram temannya itu. Bodoh sekali mereka mengikuti Arkana.
Mereka masuk dan duduk di bangku mereka masing-masing, Gerhana melirik ke bangku sebelahnya, hanya ada tas yang tersender di kursi itu. Gerhana penasaran, kemana perginya teman sebangkunya itu?
****
Jam pelajaranpun selesai, dan dilanjutkan dengan jam istirahat. Namun, Gerhana terlihat khawatir, karena sejak tadi Tara belum juga masuk ke kelas.
"Kai, Sil, kalian tahu nggak Tara ke mana?" tanya Gerhana kepada Kaira yang hendak pergi keluar bersama Sisil.
Kaira dan Sisil menggeleng, sejak pagi tadi mereka memang tidak melihat Tara, justru saat ini mereka berdua ingin pergi mencari keberadaan Tara.
"Kita juga nggak tahu, Na. Justru sekarang kami berdua mau cari keberadaan Tara," jawab Sisil.
"Kira-kira ke mana, ya, dia?" ucap Gerhana khawatir.
"Tumben banget lo peduli sama Tara, biasanya juga kalau ketemu berantem mulu," timpal Genta.
"Iya, nih. Habis kesambet lo?" ucap Arkana dengan kekehannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUVIOPHILE ~SELESAI~
Teen Fiction"Aku dilahirkan ditengah keluarga yang utuh dengan penuh tawa tetapi, aku dibesarkan ditengah keluarga yang hancur berantakan!" Gerhana Madana Pradigta Menceritakan seorang pemuda pecinta hujan bernama Gerhana Madana Pradigta. Gerhana terlahir dari...