Chapter 17

16 3 2
                                    

Ketika sampai, Gerhana melihat kaira yang tengah berdiri di depan pintu gudang sembari mencari cela untuk membuka pintu itu.

"Tara, ini gue, Gerhana," ucap Gerhana kepada Tara.

"Gerhana, please tolongin gue, di sini gelap banget, gue takut," lirih Tara ketakutan, jujur saja gadis itu memang takut dengan kegelapan.

"Lo yang tenang, gue akan keluarin lo dari dalam," jawab Gerhana menenangkan.

"Sekarang, lo mundur gue mau dobrak pintu ini," pinta Gerhana, sementara di balik pintu Tara menuruti ucapan Gerhana dan mundur menjauhi pintu itu.

"Kita bantu lo, Na," ucap Arkana dan Genta, kini mereka bertiga bersiap untuk mendobrak pintu gudang itu.

Dobrakan pertama belum membuahkan hasil, tetapi tidak mengurangi semangat mereka untuk tetap mendobrak pintu itu, setelah beberapa kali percobaan akhirnya pintu itu terbuka. Tara langsung memeluk Gerhana ketika melihat sosok pemuda itu, begitupun dengan Gerhana yang membalas pelukan Tara dengan erat.

"Gue takut banget, Na," lirih Tara dengan isak tangisnya.

"Sekarang lo udah aman, Ra. Lo nggak usah takut lagi," ucap Gerhana, ia mengelus lembut pundak Tara. Sementara Kaira, ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi padanya, dirinya seperti tidak suka melihat Gerhana dan Tara seintens itu.

****
Di UKS, Gerhana masih setia menemani Tara, setelah kejadian tadi, gadis itu tidak sadarkan diri. Gerhana dan yang lainnyapun tidak menyangka jika ketakutan Tara dengan kegelapan sampai separah ini, mengingat jika Tara bukanlah gadis yang lemah dan menye-menye seperti kebanyakan gadis lainnya. Namun, tadi sungguh berbeda, ternyata Tara juga masih sama dengan gadis lainnya yang mempunyai sisi lemah.

"Syukurlah, lo udah sadar," ucap Gerhana ketika melihat Tara membuka matanya.

"Gue di mana, Na?" tanya Tara dengan keadaannya yang masih belum stabil.

"Lo di UKS, tadi lo pingsan jadi gue bawa ke sini," jelas Gerhana, memang benar dirinya yang membawa Tara ke sini, melihat Tara tidak sadarkan diri, Gerhanapun semakin khawatir dan langsung menggendong tubuh Tara dan membawanya ke UKS.

Tara mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Gerhana, ternyata pemuda di hadapannya ini tidak terlalu buruk, bahkan ia sangat baik kepada dirinya.

"Kita harus ngebales Kak Keinan, gue nggak terima dia nguncuiin lo kayak gini!" ucap Gerhana dengan sorot mata tajam.

"Sebenarnya, bukan dia yang nguncuiin gue di gudang," jawab Tara, membuat Gerhana terkejut dan menatap penuh tanda tanya kepada Tara, jika bukan lelaki gila itu lalu siapa?

"Kalau bukan dia yang ngelakuin itu, terus siapa?"

"Septi!" jawab Tara.

"Septi, siapa dia?" tanya Gerhana tak tahu.

"Dia anak dari bokap gue dengan wanita lain," jelas Tara yang semakin membuat Gerhana bingung.

"Maksud lo, dia anak dari bokap lo dan selingkuhannya?"

"Lebih tepatnya, gue anak dari perselingkuhan bokap gue," ucap Tara yang semakin membuat Gerhana tak mengerti.

"Dulu, Mama enggak tahu kalau ternyata Papa itu udah menikah dan punya anak. Namun, setelah gue berumur dua belas tahun, Mama baru tahu kalau ternyata Papa itu udah menikah dan punya anak sama istri pertamanya, karena waktu itu nyokapnya Septi datang ke rumah dan marah-marah sama Mama, dia nggak terima kalau suaminya direbut oleh Mama, padahal Mama juga nggak tahu kalau sebenarnya Papa itu udah menikah," jelas Tara dengan mata yang berkaca-kaca.

Gerhana terdiam, ternyata latar belakang keluarga Tara, tak jauh berbeda dengan dirinya.

"Setelah kejadian itu, Mama memutuskan untuk ngajak gue pergi keluar negeri ke tempat orang tuanya Mama, karena Mama gue aslinya memang blasteran Amerika- Inggris, sejak saat itu kami berdua ninggalin Papa di indonesia sama keluarganya, tapi, karena kecintaan Papa sama Mama dia lebih memilih Mama di bandingkan nyokapnya Septi. Papa berusaha membujuk Mama dan sampai akhirnya Mama luluh dan memutuskan untuk ikut sama Papa lagi, bahkan Papa juga janji bakalan berubah dan nggak akan kasar lagi ke Mama, karena selama ini Papa itu sangat kasar dan tempramen."

"Gue pikir Papa bakalan beneran berubah, tapi, gue salah," ucap Tara tersenyum kecut.

"Setelah gue pulang ke Indonesia dan mutusin untuk nerusin sekolah di sini, gue baru tahu, ternyata selama ini Papa masih kasar ke Mama, bahkan lebih parah. Gue sampai benci banget sama Papa, karena dari kecil gue udah ngelihat perlakuan kasar Papa ke Mama, bahkan dia juga nggak segan-segan buat mukulin gue kalau gue ikut-ikutan belain Mama."

Tara menangis, kali ini ia tidak bisa membendung air matanya, Gerhanapun reflek memeluk gadis yang tengah rapuh itu.

"Lo yang sabar, ya. Gue tahu lo bukan cewe lemah," ucap Gerhana sembari mengelus pundak Tara, Gerhana kini tahu, kenapa Tara terlihat kuat dan mandiri, ternyata selama ini gadis itu adalah gadis yang rapuh, ia melakukan semua itu hanya untuk melindungi dirinya dan orang tuanya.

"Sekarang lo tahu, kan, kenapa Septi ngelakuin semua itu? Itu karena dia benci sama gue, apa lagi setelah dia tahu kalau ternyata gue juga satu sekolah sama dia," jelas Tara.

"Assalamualaikum," ucap Kaira yang baru masuk ke ruangan itu. Kaira sempat kaget melihat Gerhana yang saat  itu tengah memeluk Tara.

"So-sorry, gue nggak maksud buat ganggu kalian," ucap Kaira yang merasa tidak enak, sementara Gerhana langsung melepaskan pelukannya.

"Kalau gitu, gue tunggu di luar aja." Kaira langsung segera keluar dari dalam UKS, sementara Gerhana dan Tara merasa tidak enak hati kepada Kaira.

"Gue susul Kaira sebentar," ucap Gerhana yang diangguki oleh Tara.

Setelah kepergian Gerhana, ponsel pemuda itu yang berada di atas meja berdering. Langsung saja Tara menggapai ponsel itu dan melihat panggilan masuk dari seseorang atas nama Papa. Tara tidak mau mengangkat panggilan itu tanpa izin dari pemiliknya, sampai akhirnya panggilan itu berakhir dan kemudian di akhiri dengan pesan masuk.
Karena tidak sengaja, Pesan masuk itu terbuka oleh Tara, dan ia melihat isi chatan sebelumnya dan balasan pesan tersebut.

Papa

Saya ingatkan sama kamu, nggak usah minta-minta duit lagi sama suami saya, seharusnya kamu itu sadar, kalau Papa kamu itu, sekarang udah punya keluarganya sendiri, dia juga punya anak dari saya, jadi bukan cuma kamu yang harus dia kasih duit!

Melihat pesan masuk itu, Tara geram sekaligus kasihan kepada Gerhana yang mempunyai ibu tiri sejahat itu. Tidak ingin pemuda itu merasa sedih karena melihat balasan pesan dari ibu tirinya, Tara langsung menghapus pesan itu dari ponsel Gerhana.

****

Gerhana melihat Kaira duduk di kursi tunggu di depan UKS, lalu menghampirinya.

"Gerhana, lo ngapain di sini?" tanya Tara setelah melihat Gerhana duduk di sebelahnya.

"Lo sendiri, kenapa di sini? Lo kan bisa masuk aja," ucap Gerhana.

"Gue nggak mau ganggu kalian berdua," jelas Kaira.

"Sebenarnya itu tadi nggak seperti yang lo pikirin, gue sama Tara nggak ada apa-apa," jelas Gerhana.

"Santai aja kok, gue nggak apa-apa. Kenapa jadi lo kayak klarifikasi gini, lagian kita juga nggak ada hubungan apa-apa." Ucapan Kaira membuat Gerhana tertampar kenyataan, memang benar apa yang dikatakan Kaira, untuk apa dirinya menjelaskan semua itu.

PLUVIOPHILE ~SELESAI~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang