Vote duluu!
"Leon! Berhenti mencium!"
Terdengar teriakan kesal dari Xavier saat Leon terus menerus menciumi pipinya. Sebenarnya Xavier suka, tapi jika terus menerus dia juga SEDIKIT risih.
"Pipimu lembut_" ucap Leon sambil memberikan kecupan dalam di pipi Xavier.
"Pipimu juga wangi" lanjutnya sambil menempelkan bibir dan hidungnya di pipi itu.
"Kenyal juga" Ucap Leon akhirnya sebelum menggigit pipi chubby itu.
"Akh! Sakitt!"
'plak!'
"Auhh..kenapa ditampar?"
"Mampus" Xavier berkata dengan nada kesal sambil menatap marah Leon, menyentuh pipinya yang terasa basah dan sedikit nyeri.
Sedangkan Leon dengan Tanpa rasa bersalah hanya tersenyum kecil, dadanya terasa hangat dan bibirnya tidak bisa berhenti tertarik untuk menunjukkan senyuman menawan saat menatap wajah menggemaskan Xavier.
Leon tidak tau apakah dia masih sanggup untuk membully max atau yang kini menjadi Xavier.
"Vier, Jadi kekasihku."
Tidak, itu bukan pertanyaan tapi perintah.
Xavier yang mendengar kalimat Leon tersedak air liurnya sendiri, wajahnya kembali menjadi merah padam dan untungnya jantungnya kuat hingga tidak berhenti karena bekerja terlalu keras hari ini.
"Gak! Ga mau ah" ucap Xavier dengan gugup.
Mencoba untuk jual mahal walaupun kita tau jual murah juga tidak laku.
Wajah Leon menjadi suram, tatapanannya menjadi tajam dan menatap mengancam pada Xavier.
"Terima atau Kau akan ku perkosa sekarang hingga hamil anakku dan setelahnya kita langsung menikah"
Xavier, tersedak untuk kedua kalinya.
Dia tidak percaya Leon akan se bar- bar ini jika sudah menyukai sesuatu, mereka bahkan baru saja bertemu beberapa jam yang lalu.
"Apakah kepalanya terbantur sesuatu?" Batin Xavier, menatap ngeri pada Leon.
Padahal dia pikir saat ingin menjadi manusia, Leon akan Sulit dia taklukkan tapi lihat sekarang ?! Leon memerintahnya untuk menjadi kekasihnya atau akan langsung dihamili dan langsung menikah.
"Oke oke.." Jawab Xavier dengan nada pelan yang untungnya masih didengar oleh telinga Leon.
Leon tersenyum puas sebelum senyuman puas itu kemudian berubah menjadi seringaian .
"Let's having sex"
"TIDAK MAUU!"
.
.
.
.
.
.
.Sedangkan disisi lain, Allan dan Arkan sedang berdiskusi untuk membahas bisnis mereka.
Sebelum ketukan pintu yang terdengar sangat hati hati mengusik fokus mereka berdua.
"Permisi Tuan, saya memiliki dokumen yang kata pengirimnya sangat penting dan ini mengatas Namakan Tuan Muda Leon" Ujar Seseorang dibalik pintu.
Arkan Dan Allan saling bertatapan sebentar sebelum Memerintahkan Orang itu agar masuk.
Yang mengantarkan dokumen itu adalah seorang bodyguard yang biasanya menjaga gerbang Utama.
"Kenapa kamu yang mengantar?" Tanya Arkan
"Maaf, Tuan besar. Tapi pengirim dokumen ini sangat misterius dan bersikeras agar dokumen ini tidak berpindah tangan dari saya. Orang itu mengatakan jika ini dokumen dari Tuan Muda Leon dan harus diserahkan kepada Anda"
Bodyguard itu menjelaskan dengan hati hati, sebenarnya ini bukan bagian dari pekerjaannya. Tapi, dia juga merasa jika pengirim itu tidak berbohong dan dokumen ini benar benar sangat penting.
"Baiklah, kamu boleh pergi"
Arkan berkata Tanpa melihat Bodyguard itu lagi, kali ini fokus pada Dokumen yang masih berada di dalam Map berwarna coklat.
Membukanya dan mengeluarkan lembaran lembaran keras yang lumayan tebal, dijadikan satu dan tersusun rapih.
Lembar awal
Profil
Eugene Ganendra
Allan dan Arkan terdiam, bagaimana cara Leon mendapatkan ini semua?
Lembaran lembaran kertas ini berisi informasi detail dari Eugene (Ayahnya Arkan).
Bisnis legal, bisnis bawah tanah(Ilegal), Jejak kriminal, keluarganya, perusahaan ataupun organisasi apa saja yang bekerjasama dengannya, bahkan disana tercantum nama nama kekasih gelapnya, dan anak yang jadi dari kekasih kekasihnya itu hanya Ara.
Sepertinya Sofia adalah Pelacur kesayangan Si Tua Bangka Eugene.
Arkan sedikit kagum dan terkejut melihat laporan yang se detail ini tentang Ayahnya, dia bahkan tidak bisa mendapatkan informasi Se rinci ini.
Dia tau juga Ayahnya adalah Mafia kelas kakap yang melakukan banyak kejahatan yang mengerikan, namun dia berani bersumpah jika dia tidak pernah terlibat bahkan seujung kuku pun.
"Allan, Hubungi Leon untuk segera pulang"
.
.
.
.
.Leon mendumel di sepanjang jalan sambil menyetir mobilnya dengan sedikit mengebut, dia baru saja mengantarkan Xavier kembali ke rumah pengasuhnya.
Xavier marah dan mengancamnya, jika dulu Leon yang memarahi dan mengancam, sekarang Leon yang dimarahi dan diancam.
Melirik ke arah Head unit mobilnya saat melhat panggilan masuk.
"Anak Arkan ke-1"
Mendecak pelan sebelum mengulurkan tangannya untuk menjawab panggilan itu.
"Apa?"
"Leon, dimana?"
"Dimana mana"
"Ck, pulang"
"Gak"
"Leon, Abang serius"
"Gua juga"
"Leon, Tolong pulang.
Ini penting""Hm"
Leon, langsung mengakhiri panggilan itu dan menguap malas. Dia memang mau pulang kerumah, tapi pada dasarnya hobi Leon adalah mencari keributan.
Saat Leon sampai di Mansion, tangan Kanan Daddynya sudah menunggu di depan pintu masuk untuk memastikan Leon langsung menemui Arkan dan Allan yang sedang menunggunya.
"Leon, bagaimana kamu bisa mendapatkan ini semua?" Tanya Arkan pada Leon yang baru saja masuk dan duduk di sofa.
"Gausah Kepo kaya dora, baca aja"
Arkan menghela nafas panjang dan menatap ke arah Leon, berjalan mendekati putra bungsunya itu dan duduk di sebelahnya.
"Daddy serius Leon, dari mana kamu mendapatkan ini semua?"
"Dari calon Menantumu"
"Huh?"
Hehehehe.. maaf telat update dari jadwal seharusnya, yaitu di hari Minggu. Jangan marah aaaa..
Pay payy di chapter berikutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
MY NEW LIFE (BL)
Fanfiction"Ugh, shit kepalaku sakit sekali !" "hallo Tuan! perkenalan saya Sistem 05 yang siap membantu anda untuk menjalani hidup baru anda!" "Sial, kenapa aku hidup lagi bajingan !" . . . . "Bodoh, kenapa kau ingin menjadi manusia?" "Umm.. karena... Karena...