21:𝑰𝒏𝒊 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊

12 3 0
                                    

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

REASON TO RUN!

.

.Happy Reading~

.

Bangun dengan kemahuan sendiri terkadang bisa menjadi perasaan terbaik di dunia.

Tidak ada alarm yang berbunyi di telinga anda yang meminta untuk dimatikan. Tidak ada rasa takut untuk mengantisipasi hari kerja yang panjang. Tidak perlu khawatir ketika tubuh menarik anda kembali ke bawah selama lima menit tambahan, dan tidak perlu panik ketika anda bangun lagi tiga jam kemudian.

Ini hanyalah proses yang lambat dan mantap seiring tubuh anda perlahan-lahan menjadi hidup, sabar dan hangat dalam kenyamanan tempat tidur.

Momen mengigau ketika mata anda pertama kali terbuka dan segala sesuatu di sekitar anda kabur, diikuti dengan kesadaran dan kepuasan saat anda mengingat di mana anda berada. Perasaan yang disukai Doohan.

Sayangnya, bukan itu cara dia bangun.

Doohan terbangun dengan tegak dengan keringat bercucuran di keningnya, rasa sakit menjalar ke lengannya yang sakit ketika dia membenturkan selimut dan tusukan tumpul di bahunya akibat tembakan.

Sekujur tubuhnya terasa sakit. Bukan rasa sakit yang menyiksa atau rasa sakit yang akan melemahkannya dengan cara apa pun, tapi rasa sakit yang cukup kuat untuk menjadi sinyal jelas dari tubuhnya bahawa ada sesuatu yang tidak beres.

Dia tidak bisa membuka matanya, kebisingan di sekitarnya teredam, dan dia kesulitan bernafas.

Dia terengah-engah seperti dia ditahan di bawah air, mengisi paru-parunya dan mempercepat detak jantungnya, matanya menatap sekeliling ruangan saat dia mencuba mengingat di mana dia berada.

Gambaran mimpi buruk diusir oleh seprai lembut yang mengelilinginya, dinding berwarna krem, dan lantai berkarpet yang tiba-tiba menjadi familiar saat otak Doohan menangkapnya dan mengingatkannya pada hari sebelumnya.

Tiba-tiba mimpi buruk itu tidak terasa terlalu membingungkan--tidak dibandingkan dengan pertunjukan sialan yang menjadi hidupnya saat ini.

Dia sulit memahaminya, semuanya terjadi begitu cepat dan sekarang segalanya berbeda. Kepala Doohan ada di tangannya sebelum dia sempat memikirkannya, mencuba menenangkan sarafnya dan fokus pada masa kini. Tidak ada kebaikan yang datang dari dia yang terlalu memikirkan banyak hal.

Dia tidak bergerak. Dia mencuba menggerakkan anggota tubuhnya, tapi tidak bisa. Kepalanya berantakan dan berdenyut-denyut. Doohan ingat dirinya hampir berhasil keluar ketika keadaan membuatnya berakhir bunuh diri.

Hingga Sehun menembaknya.

Berbicara soal itu, bajingan itu benar-benar menembaknya. Dia kira itu hanya mimpi buruk. Tunggu... Bagaimana bisa dia masih hidup? Bukankah dia sudah mati?

Doohan menghulurkan tangan untuk menyentuh tempat dimana Sehun menembaknya, dia berdesis saat rasa sakit tiba-tiba menyerangnya. Bukan hanya itu, sesuatu terasa tidak nyaman di lehernya. Dia menyentuhnya disana untuk menemukan lehernya turut berbungkus balutan yang sangat tebal.

Oh ya, dia menyembelih dirinya sendiri.

Dan persetan dia masih hidup.

Suara itu, yang sebelumnya teredam, langsung menerpa dirinya, membuatnya mendengus karena kecerahan yang membakar matanya, meski dia menutup matanya. Tubuhnya, yang tadinya berat dan tidak bergerak, menjadi ringan, dan dia hampir terjatuh karena kebebasan yang tiba-tiba.

ℝeas𝕠n To R𝕦n;【Jungkwon】Where stories live. Discover now