24:𝑺𝒖𝒌𝒂 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌

33 2 0
                                    

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

REASON TO RUN!

.

.Happy Reading~

.

Sehun mondar-mandir di kamarnya, fikirannya berputar-putar dengan emosi yang saling bertentangan. Pemandangan Doohan, hidup namun berubah, telah memicu banjir kenangan dan emosi yang dengan susah payah ia cuba kubur.

Melihat Doohan bertingkah sangat berbeda dari dirinya sungguh meresahkan, mengingatkan kembali seseorang yang ia cintai, dan cobaan berat yang akhirnya memisahkan mereka.

Sehun duduk di tepi tempat tidurnya, kepalanya di tangan. Dia tidak bisa memungkiri luapan emosi bertentangan yang dia rasakan. Ada rasa simpati yang aneh terhadap penderitaan Doohan, namun hal itu dibayangi oleh kebenciannya yang masih ada.

Pemandangan Doohan yang hidup dan berubah telah membangkitkan kembali emosi yang tidak aktif itu.

Suara gerakan di balik pintu yang terkunci membuat lamunan Sehun terhenti. Dia duduk tegak, matanya menyipit. "Bos, tahanan sudah sedar." Ia mendengar anak buahnya berkata dari luar pintu.

Terlepas dari kekacauan batinnya, senyuman kecil dan dingin tersungging di sudut bibirnya. Kesempatan yang dia tunggu-tunggu telah tiba. Dia bangkit diam-diam, melintasi ruangan dengan beberapa langkah cepat. Dengan gerakan memutar yang tajam, dia membuka kunci pintu dan melangkah masuk.

Doohan sedang duduk di tempat tidur, sosoknya membungkuk dan lelah. Entah kenapa ini terasa seperti Deja Vu.

Mata abu-abu Doohan langsung menatap mata Sehun, campuran keterkejutan dan kebingungan melintas di wajahnya. Sehun membiarkan pandangannya menyapu Doohan, memperhatikan setiap detailnya.

Ada kerentanan yang tidak biasa dalam ekspresi remaja tersebut, jauh berbeda dari pembangkangan berapi-api yang biasa dia lakukan. Senyuman Sehun sedikit melebar, sudut kejamnya semakin tajam saat dia melangkah lebih dekat ke tempat tidur.

"Yah, baiklah, kalau bukan anak yang hilang." Ejek Sehun, suaranya dipenuhi rasa dingin yang berbahaya. "Kembali dari kematian dan tidak membuang-buang waktu, kan?" Dia berjalan mendekat, mengitari tempat tidur seperti predator yang mengintai mangsanya.

Meskipun kata-katanya mengejek, ada sedikit ketertarikan di matanya, rasa ingin tahu yang halus tentang perubahan yang telah terjadi pada Doohan.

"Bagaimana..." Suara Doohan pecah, keheranannya terlihat jelas dalam satu kata. Dia berdehem, matanya mengamati wajah Sehun. "Aku tidak mengerti. Terakhir kuingat, aku..." Suaranya melemah, ingatan akan kematiannya sendiri masih jelas dalam benaknya.

Dia menatap Sehun, campuran kebingungan dan ketidakpercayaan terlihat di tatapannya.

Namun, Sehun berpura-pura tidak peduli, bersandar dengan santai ke dinding sambil menyeringai. "Anggap saja ada malaikat yang mengawasimu."

Mata Doohan menyipit saat kata-kata Sehun melayang di udara. Dia bisa merasakan tanda kepalsuan dalam seringai Sehun. Nada mengejeknya tidak luput dari perhatian. "Jangan coba-coba membodohiku." Balasnya, kata-katanya tajam dan mengandung nada jengkel.

"Malaikat tidak hanya membangkitkan orang. Apa yang kau lakukan, brengsek?"

Sehun mendengus. "Bisa kau berhenti memanggilku brengsek?"

Doohan mencemooh. "Tentu, saat kau berhenti bertingkah seperti itu."

Senyum Sehun melebar mendengar jawapan Doohan. Balasan yang cepat dan menantang lebih mengingatkannya pada Doohan yang asli.

ℝeas𝕠n To R𝕦n;【Jungkwon】Where stories live. Discover now