13:𝑲𝒂𝒖 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂?

19 3 0
                                    

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

REASON TO RUN!

.

.Happy Reading~

.

Ketika Jungkwon bangun keesokan paginya, dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Betapapun lembut dan nyamannya tempat tidur ini, ternyata cukup berbeda dari yang dia harapkan sehingga Jungkwon tidak tahu di mana dia berada selama beberapa saat.

Jungkwon meringkuk lebih jauh di bantalnya di bawah selimut, merasa ngeri mengingat kejadian malam sebelumnya sambil juga mencuba mengabaikan rasa sakit di ototnya. Semuanya datang kembali saat dia melihat sekeliling dan merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

Sambil mengerang dia membuka matanya dan sebuah ruangan yang tidak dia kenali terlihat di sekelilingnya. Bau apek menyerang lubang hidungnya dari apa yang kini dia sadari bukanlah rumahnya.

Menopang dirinya dengan satu siku, dia mencuba melihat sekeliling ruangan dengan lebih baik. Dindingnya berwarna putih namun sudah menguning seiring berjalannya waktu dan lantainya hanya dilapisi permadani merah yang sudah usang untuk memecah beton abu-abu.

Sebuah jendela persegi di salah satu dinding membiarkan sinar matahari masuk secukupnya untuk menerangi ruangan.

Jungkwon menjatuhkan kakinya ke lantai dan duduk dengan goyah, menekan jari-jarinya ke pelipis untuk mencuba meringankan rasa sakitnya. Namun sesaat ia berusaha berdiri, rasa sakit menjalar hebat di bahagian belakangnya hingga membuatnya terduduk jatuh ke lantai.

"Ugh..s..sial!" Jungkwon mendorong dirinya dari lantai sambil mendengus dan duduk di samping katil, mengerutkan alisnya dengan penuh konsentrasi.

"Oke..oke.. tenang." Bisiknya bergetar.

Jungkwon mendorong dirinya dari katil, dengan penuh syukur menjadikan itu sebagai sandaran untuk membantunya berdiri dari tempat tidur dan meringis saat merasakan cairan Juan mulai menetes diantara kakinya. Bajingan itu!

Jungkwon membungkuk untuk mengambil celananya, mengeram kesal melihat banyaknya cairan yang keluar dari dirinya. Berapa banyak dia membuang-buang anaknya ke dalam dirinya? Sialan.

Dia pertama-tama berjalan melintasi ruangan menuju jendela untuk mencuba mengetahui di mana dia berada.

Jendelanya kotor tapi itu tidak menjadi masalah--yang bisa dilihatnya hanyalah dinding dan beberapa awan jika dia mendekat. Selanjutnya dia mencuba pintunya tetapi terkunci. Perasaan panik yang nyata muncul di dadanya.

"Apa ini? Aku dikurung?" Kepanikan terdengar jelas dalam suara Jungkwon. "Ini gila." Tambahnya tidak perlu.

Dia sangat yakin dia sedang berada di sebuah gedung. Di mana, dia tidak tahu kerana ia merasa asing di pemandangan luar jendela. Mahu keluar dari sini, tidak mudah kerana semua jalan keluar dikunci bahkan jendela sekalipun. Ia seakan dikurung disini seperti seorang tahanan.

Dia baru saja kembali ke tempat duduknya di katil ketika mendengar suara kunci di pintu. Tidak perlu seorang yang jenius untuk menyadari itu adalah Juan yang berusaha masuk namun Jungkwon lebih dulu bertindak menahan pintu tersebut.

"Bajingan brengsek! Tinggalkan aku sendiri!" Dia bersandar pada pintu dengan seluruh bebannya, berharap Juan akan meninggalkannya tapi kakinya hanya tergelincir di lantai ketika lelaki itu membiarkan dirinya masuk ke kamarnya.

Jungkwon segera menghentikan taktik itu dan berbalik untuk menghadapi masalahnya secara langsung. Itu dia, menjulang tinggi di atasnya, dan mengawasinya dengan mata biru dingin.

ℝeas𝕠n To R𝕦n;【Jungkwon】Where stories live. Discover now