Budayakan VOTE dan
COMMENT!.
REASON TO RUN!
.
.Happy Reading~
.
"Fuck you!" Hwanjun meludah.
Dia berjuang melawan tali di sekitar tangannya yang membelenggunya ke kerusi. Lelaki jangkung itu memutar kepalanya dalam putaran penuh.
Postur tubuh tingginya dan berotot berdiri begitu dekat dengan Hwanjun, memasang wajah sombong yang membuat pihak lawan menyeret sudut mulutnya menjadi cemberut yang mengerikan. Masing-masing tidak mahu mengalah.
"Itu sebabnya dia tidak menginginkanmu lagi. Kau tidak berguna, beban dan kau memiliki mulut yang kotor.Sudah jelas dia akan menggantikanmu suatu hari nanti."
"Diam! Kau tidak tahu apa-apa tentang aku atau dia!"
Lelaki berambut merah itu menyandarkan kepalanya ke samping dan menatapnya dengan mata tajam. Di belakang, anak-anak buahnya berdiri disana, menyaksikan pergelutan Hwanjun yang tiada makna.
Mata berkedip padanya. "Oh tidak, kau salah. Aku mengenalnya lebih baik daripada yang pernah kau lakukan. Lagipula kau sudah jadi milik aku."
Ketukan tiba-tiba di pintu membuat wajahnya terbang ke samping, tetapi tidak sebelum memutarnya 360 derajat.
"Hwanjun? Hwanjun, buka pintu!" Suara itu terdengar akrab, meskipun dia tidak tahu dari mana. "Buka pintu sialan ini!" Dengan itu Hwanjun tersentak dari sofa, jantung berdebar kencang.
Telefonnya ditendang ke bawah saat dia tiba-tiba mengangkat bahagian atas tubuhnya dan tergelincir di atas lantai.
"Fuck." Dia tidak berada di kawasan geng sialan itu lagi, bahkan tidak pernah. Tadi malam dia pasti tertidur di ruang tamu, berbaring berpakaian lengkap. Cahaya bersinar melalui tirai di sisi lain ruangan.
"Hey Hwanjun, kalau kau tak segera membukanya, aku akan mendobrak pintu sialan ini!" Ancaman itu membuat Hwanjun lebih sadar.
"Baiklah, sabar sebentar, brengsek! Aku datang!" Dia mengayunkan kakinya ke samping, tetapi harus berhenti sebelum berdiri, karena peredaran darahnya perlu beberapa saat untuk mengejar.
Dia mengusap wajahnya, mengerang karena rasa sakit di kaki kanannya. Mengejar sisa-sisa mimpi buruk yang aneh, dia bangkit dan terhuyung-huyung menuju pintu depan.
Ketika dia membukanya, dia harus menyipitkan matanya ke arah sinar matahari yang cerah jatuh ke dalam rumah di sekitar sosok tinggi.
"Selamat pagi, Hwanjun." Sapa Jungkwon dengan wajah tak bersalah, sedikit terganggu dengan penampilan temannya yang tampak lelah dengan rambut acak-acakan, pakaian kusut, dan kaki kanan yang diperban.
"Apa yang terjadi padamu?"
"Masuk, aku akan memberitahumu di dalam." Jungkwon menurut dan pada saat itu, Hwanjun juga baru menyadari kaki kanan temannya juga diperban. Tapi di bahagian sendi sedangkan dirinya disekitar bawah tapak kakinya.
"Apa yang terjadi pada kakimu?" Hwanjun bertanya setelah mereka jatuh di sofa.
Jungkwon bersandar lelah disana, mendongak kepalanya ke atas sebelum tidak lama ia bersedia membuka cerita. "Bajingan Sehun mengejarku."
"Ada apa? Kenapa dia mengejarmu? Kau tahu, aku mencarimu semalaman!"
Jungkwon mengusap wajahnya, "Aku tidak tahu! Bajingan itu tiba-tiba saja datang mencariku dan mengejarku setelah aku menolak menyerahkan telefonku."
YOU ARE READING
ℝeas𝕠n To R𝕦n;【Jungkwon】
حركة (أكشن)"Teruslah merengek dan aku akan menidurimu disini." *** Tak terpikirkan oleh Jungkwon, Hwanjun dan Doohan, dimana kesalahan kecil mereka telah membawa mereka harus berurusan dengan 3 geng motor terbesar. Berhenti dari geng Revan, mereka fikir mereka...