12. Meletusnya Perang Shiffin

53 8 0
                                    


( al-bidayah wa an-nihayah, Ibnu Katsir hal. 429 - 430 )

••• Ali mengutus Martsad bin al-Harits al-Jasymi untuk mengumumkan kepada pasukan Syam saat terbenam matahari. " Ketahuilah, sesungguhnya, aku telah bersabar menunggu kalian kembali kepada kebenaran. Dan aku telah menegakkan hujjah atas kalian, tetapi kalian tidak menyanbutnya. Dan sesungguhnya aku telah memberi uzur kepada kalian dan telah memperlakukan kalian dengan adil. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. •••

••• mendengar pengumuman tersebut, Pasukan Syam segera menemui Para Amir mereka dan menyampaikan pengumuman yang mereka dengar tadi, maka bangkitlah Muawiyah dan Amr bin Al-Ash. Keduanya segera menyiapkan pasukan di sayap kanan dan di sayap kiri. Demikian pula Ali. Ia menyiapkan pasukannya pads malam itu. •••

••• Ali maju menghadap pasukan dan menyerukan: " Jangan seorang pun memulai hingga merekalah yang memulainya dan menyerang kalian, jangan membunuh orang yang terluka, jangan mengejar orang yang melarikan diri, jangan menyingkap tirai dan melecehkan kaum wanita. Meskipun wanita-wanita itu mencaci pemimpin dan orang-orang Shalih kalian! " •••

••• Sejumlah orang dari pasukan syam bersumpah untuk tidak lari dari medan perang. Mereka mengikat diri mereka dengan surban-surban mereka. Mereka berjumlah lima barisan dan diikuti enam barisan yang lain. Demikian pula Pasukan Irak, mereka berjumlah sebelas saff yang melakukan hal serupa. •••

••• mereka saling berhadapan dengan kondisi seperti itu pada hari pertama dibulan shafar tahun 36 H bertepatan pada hari rabu. Panglima Perang Irak adalah Al-Asytar an-Nakha'i, sedangkan Panglima perang Syam adalah Habib bin Maslamah al-Fihri. •••

( Biografi Ali, Ash-Shallabi hal. 638 )

••• Maka saling berhadapan kedua pasukan Islam. Karena saking banyaknya sehingga menutupi ufuk. Ka'ab bin Ju'ail ath-Taghlabi, salah seorang penyair Arab mengatakan, ketika orang melihat kumpul manusia rabu, maka mereka telah menyiapkan tombak dan pedang. •••

( Biografi Muawiyah, Ash-Shallabi hal. 129 )

••• dua pasukan tersebut bertemu dalam pertempuran yang sengit, yang terus berlangsung sampai matahari tenggelam. Perang itu tidak berhenti kecuali pada waktu menunaikan shalat. Setiap kubu menunaikan shalat di markasnya, yang hanya dipisahkan oleh jasad para korban di medan perang. Salah seorang dari pasukan Ali bertanya ketika selesai melaksanakan shalat. " Apa pendapatmu tentang korban dipihak kita dan pihak mereka, wahai Amirul Mukminin? " Ali menjawab, " Siapa saja yang terbunuh diantara kita dan mereka menghendaki Allah dan akhirat, dia akan masuk surga. " •••

••• kedua kubu sama-sama bertarung dengan gigih menghadapi lawan, sehingga tidak ada orang yang menguasai pihak lain, dan tidak dilihat orang yang lari dari medan perang pada hari itu. Pada sore hari, Ali keluar ke medan perang dan memandang kearah penduduk Syam. Beliau berdo'a kepada Rabb-nya dengan ungkapan, " Ya Allah, ampunilah aku dan mereka. " •••

( Ringkasan Siyar A'lam an-Nubala', Imam Adz-Dzahabi jld 1 hal. 125 )

••• Az-Zuhri berkata, " Mereka saling bunuh dalam peperangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penduduk Irak berperang melawan penduduk Homsh, sedangkan penduduk Syam berperang melawan penduduk Aliyah. •••

Blood demand of bani UmayyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang