-Part 2 : Bertengkar

186 25 18
                                    

Tangisan Hera tak berhenti meski sudah dua jam lalu ia tiba dirumah setelah Baekhyun meninggalkannya begitu saja dibasement perusahaan. Amarah pria itu,Hera merasakannya. Ada rasa takut akan kemarahan Baekhyun namun Hera merasa dirinya pantas mendapatkannya.

Usapan dilengannya yang memeluk tepi ranjang tak membuat Hera tenang. Bibi Kim sudah kewalahan menenangkan wanita itu, walau begitu wanita paruh baya itu tidak meninggalkan Hera sendiri.

Bibi Kim setia menemani Hera yang terduduk dilantai dengan menyembunyikan wajahnya ditepi ranjang.

"Nyonya sudah... Berhenti menangis." Bujuk bibi Kim dengan sabar.

Hera melarangnya memberitahu siapapun. Tak ada satupun perdebatan serta rahasia yang tidak diketahui wanita paruh baya itu. Bahkan disaat seperti ini Mina tahu apa yang terjadi karena Hera menceritakan padanya.

Ia turut iba. Tentu sebagai perempuan yang juga telah memiliki anak perempuan, melihat Hera seperti ini ikut membuatnya sedih. Tapi meski begitu Mina tidak membenarkan sikap Hera yang seakan memaksa Baekhyun untuk menikahi wanita lain demi mendapatkan anak.

Bagi Mina urusan anak bukan kehendak siapapun. Bila sudah waktunya mereka pasti akan dikaruniai anak. Apalagi dengan besarnya cinta kedua pasangan itu, Mina yakin mereka bisa melewati ujian yang tengah Tuhan berikan kepada mereka.

"Dia marah padaku, bi. Baekhyun membentakku." Sengguk Hera yang terdengar begitu pilu seakan bentakan Baekhyun dan ucapan pedas pria itu sebelum meninggalkannya bagaikan kalimat perpisahan yang begitu menyakitkan.

Hera ingin Baekhyun bahagia. Menikah dengan wanita lain dan memiliki anak tapi didalam hati kecilnya sungguh sakit membayangkan semua itu.

Hera menunjukkan wajah sembabnya untuk melihat bibi Kim yang menatapnya khawatir. Jejak air mata masih membasahi pipi serta matanya bahkan pandangannya masih mengabur karena desakan air mata yang menggenang dipelupuk.

"Aku-hanya ingin Baekhyun bahagia. Apa aku salah?"

Mina menggeleng, tangannya menyingkirkan surai Hera yang menempel dipipi basah wanita itu. "Tidak salah, Nyonya. Tapi cara nyonya yang salah." Bibi Kim tersenyum menenangkan, "benar yang dikatakan Tuan Baekhyun. Tidak ada yang bisa menentukan kebahagiaannya, tidak ada yang tahu kebahagiaan Tuan Baekhyun selain diri Tuan sendiri, Nyonya."

"Mungkin bagi Nyonya yang salah satu cara terbaik untuk membuat Tuan bahagia adalah dengan menikah lagi agar bisa memiliki anak, tapi bagi Tuan semua itu adalah penghianatan."

Mina menggenggam tangan Hera sementara wanita itu masih sesenggukan tak tersisa. "Bibi bisa melihat seberapa besar cinta Tuan pada Nyonya. Memintanya untuk menikah lagi bukan jalan keluarnya, malah bisa menambah penderitaan Tuan dan Nyonya."

"Nyonya boleh memikirkan kebahagiaan Tuan, tapi nyonya juga harus tau apa yang tuan inginkan."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya putus asa.

"Sekarang biarkan Tuan Baekhyun menenangkan diri. Nyonya juga harus tahu kesalahan Nyonya sebelum meminta maaf pada Tuan. Untuk kalian sama sama butuh waktu untuk menenangkan diri. Dalam rumah tangga pertengkaran adalah hal yang wajar, namun setelah bertengkar tetap harus menyadari kesalahan masing masing dan saling meminta maaf." Tutur kata Bibi Kim yang halus membuat Hera mengangguk.

Ia mencoba menengkan dirinya sendiri. Minapun memberikan waktu untuk Hera sendiri setelah wanita itu berhenti menangis. Sisa hari Hera habiskan untuk merenung. Ia mengikuti apa yang Mina ucapkan untuk menyadari kesalahannya.

Dan setelah dipikirkan dengan kepala yang tenang dan dingin Hera tahu dimana kesalahannya. Hera mengusap wajahnya, tubuhnya yang duduk ditengah ranjang dengan lutut yang dipeluk kini bersandar pada kepala ranjang.

My Beloved Wife And Her PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang