Cantik ku?

33 5 1
                                    

"Hari ini, jadi gantian di depan sama teman mu?" tanya seorang pria yang tak lain adalah dia, si pria berkacamata.

Aku menganggukkan kepalaku mantap.
"Jadi. Udah lama juga enggak di depan, Mas Fahri pasti kangen aku."

Dia mendengus sebal. "Yang kangen bukan Mas Fahri."

"Terus, siapa yang kangen?" Aku setengah mati menahan senyumku.

"Aku. Mas Farlan. F-A-R-L-A-N."

Aku tertawa pelan dibuatnya. "Ketemu setiap hari, video call setiap hari, chatting juga setiap hari, masih bisa kangen?"

"Bisa. Buktinya, baru mau kamu tinggal ke depan aja udah berasa kangennya," elaknya secepat kilat.

"Astaga, Mas. Kita di depan juga ketemu lagi, malah lebih lama kan, aku juga duduknya cuma di depan meja mu," jelasku.

"Iya, tapi kan di depan banyak orang. Enakan di sini bisa berduaan, bisa ngobrol juga," jawabnya dengan raut muram.

"Please, kalau mau mesra-mesraan jangan disini. Aku masih kecil, om, tante," celetuk Ara tiba-tiba.

Astaga, aku melupakan fakta bahwa sedari tadi ada Ara disini. Memalukan.

"Yaudah, ayo cari arsip dulu terus ke depan bareng," ajaknya kepadaku.

Aku menganggukkan kepalaku kemudian mencari beberapa arsip yang diinginkan, tentu saja kita mencarinya bersama. Katanya, biar romantis.

Dia memeriksa kembali berkas-berkas yang kita dapatkan bersama. "Sip, udah selesai. Makasih ya, cantik ku."

Aku merasa bersyukur dipertemukan dengan pria manis pemilik senyuman coklat di depanku ini, selalu senyuman yang terukir di wajahnya yang indah.

Aku menatapnya dengan senyuman. "Mas Farlan? Makasih, ya!"

"Buat?"

"Enggak tau juga, makasih aja," jawabku konyol.

Dia menatapku dengan senyuman hangatnya. "Iya, sama-sama cantik ku."

"Huek, enggak lupa kan ada anak kecil disini?" celetuk Ara jengah melihat tingkah kami.

Kita tertawa mendengar celetukan Ara yang spontan namun menggelikan. Hari ini, pagi ku diawali dengan senyuman dan tawa yang menghangatkan hati.

"Ayo, ke depan. Biar Ara sendirian, ditemenin hantu," ajaknya kepadaku yang tak lupa meledek Ara dengan kalimatnya.

Ara yang mendengarnya pun sontak menatap tajam kearah kita. Dan ya, lagi-lagi kita tertawa melihatnya.

Kita berjalan keluar dengan tawa yang mulai mereda. Perasaan bahagia benar-benar terasa menguar dengan hebatnya.

"Eh, ada kamu. Udah lama enggak ke depan, enggak kangen?" gurau Mas Fahri ketika melihatku yang sudah berada di depan.

"Kangen, disini bisa ketemu orang banyak. Tapi capek, hehe," jawabku diiringi dengan kekehan ringan.

"Kalau sama aku, kangen nggak?" tanya Mas Fahri.

"Enggak, bisa dibabat habis aku sama istri mu kalau berani kangen," gurau ku yang berhasil membuat kita berdua tertawa.

Ting!

Ah, ponsel ku bunyi.

Mas Farlan
Seru banget kayaknya, sampai ketawa-ketawa berdua.

Flory H.K.
Biasa aja, kok.

Mas Farlan
Tengok ke belakang, coba.

Aku menolehkan kepalaku ke belakang, dia tersenyum. Seolah tersihir, aku pun ikut tersenyum. Perasaan hangat yang menjalar membuatku semakin bahagia.

Glasses ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang