Tugas luar

21 7 0
                                    

Hari ini seperti ada yang kurang. Pria berkacamata itu belum terlihat kehadirannya. Dia terlambat, mungkin? Atau sakit? Aku tidak tahu. Belum.

Mas Farlan
Hari ini kita enggak ketemu dulu ya...

Flory H.K.
Kenapa? Kamu sakit?

Mas Farlan
Bukan. Aku ada tugas luar, ini sama Rafli.
Kamu di arsip atau di depan?

Flory H.K.
Semangat ya.
Aku di arsip, ini sama Mas Danu.

Mas Farlan
Danu enggak nempel-nempel ke kamu, kan? Aku liat dari awal kamu PKL, kayaknya dia deketin kamu terus.

Flory H.K.
Kamu ngawasin aku dari awal aku PKL?

Mas Farlan
Enggak. Aku emang suka memperhatikan lingkungan sekitar.

Flory H.K.
Oh, ini Mas Danu lagi duduk di deketku.
Kita lagi nonton film.

Mas Farlan
Suruh balik kerja aja sana, bukannya kerja malah nonton film. Jangan deket-deket duduknya.

Dengan sengaja ku abaikan pesannya. Aku hanya bermain-main saja, tidak ada siapa-siapa disini, tidak ada Mas Danu. Aku sendirian.

Hari ini akan terasa membosankan, aku sangat yakin. Senyuman manis yang selalu siap menyapaku setiap saat, sekarang tidak ada. Hari ini benar-benar tidak menarik


***

Mas Farlan
Hari ini kita enggak ketemu lagi ya.

Flory H.K.
Lagi? Kenapa?

Tidak ada balasan.

Aku tidak ingin ambil pusing, aku juga tidak akan berlagak marah ketika pesan ku tidak mendapatkan balasan secepatnya. Karena hidup kita bukan sekedar persoalan berbalas pesan, banyak hal lain yang perlu dilakukan.

Ya, aku tahu. Komunikasi memanglah penting, tapi tidak harus setiap detik juga, kan?

Speak of the devil. Dia datang. Pria ku datang.

"Hey? Melamun?"

Aku menatapnya heran. "Kenapa disini?"

Tidak salah kan aku bertanya seperti itu? Lagipula, siapa tadi yang mengatakan tidak bisa bertemu lagi hari ini? Dia. Siapa yang sekarang muncul tiba-tiba di hadapanku dengan cengiran konyolnya? Dia.

"Loh? Enggak boleh?"

Sontak gelengan kepala ku berikan, takut salah paham. "Maksudku, bukannya tadi kamu bilang kita enggak ketemu lagi hari ini?"

Dia mengusap tengkuknya pelan. "Iya, enggak jadi."

"Kenapa?"

"Iya, mau nemenin kamu aja di kantor."

Aku mendengus geli. "Aku emang selalu percaya sama kamu, kamu tau itu. Tapi kalau untuk bualan receh kayak gitu sih... sorry, nggak dulu."

Dia tergelak dengan kalimat yang ku ucapkan. "Okay-okay, aku juga kurang tau kenapa, mungkin perubahan jadwal."

Aku menganggukkan kepala ku paham. "Terus ngapain disini? Enggak ke depan?"

Dia menjentikkan jarinya. "Pertanyaan bagus. Aku disini ya buat nemenin kamu."

"Nemenin aku atau nyari arsip?"

"Dua-duanya, sama-sama penting."

"Yaudah gih cari, orang aku mau ke depan." Kekehan ringan ku keluarkan.

Glasses ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang