. . ➦【SIS-20】 ˎˊ˗ ꒰ :🍦: ꒱

92 16 0
                                    

✎───『KEPUTUSAN』───❆⊰

"Gue harus balik ke Korea."

"APA?!" Pemuda ini langsung menghadap ke Leora, padahal sejak tadi duduknya begitu lurus dan tidak mau meliriknya.

Leora menunduk. Ia sudah menduga reaksi Chito akan seperti ini.

"Kak, berhenti bercanda!" serunya dengan suara gemetar.

"Sejak tadi gue gak bercanda! Ngapain gue jadikan lelucon hal yang gak gue mau?!" bentaknya.

"Terus kenapa ...?" lirih Chito bertanya.

"Gue terpaksa. Gue gak mau lo jadi idol di agensi orang tua gue."

"Hah?" Chito mengerjap. Apakah dia salah dengar?

"Lo gak salah dengar." Leora menoleh menatap Chito sebelum melanjut.

"MC Entertainment itu milik orang tua gue. Mereka orang gila yang gue bilang. Gilanya mereka menyebabkan Huan Lee mati lalu sekarang mereka mau lo jadi member MystiX!" Nadanya naik satu oktaf di akhir.

"Tapi gue ... gak mau lo jadi korban kedua, Chit!" tutur Leora dengan suara semakin serak.

Bukan sekedar trainee, tapi jadi member MystiX! Chito tidak tahu apa yang ada di pikiran orang tua Leora menginginkan dirinya menjadi member MystiX. Jelas ini membuat Leora sangat terpukul.

Leora memejamkan matanya kuat-kuat. Dia benci saat merasakan dadanya yang sakit seperti ini. Rasanya ingin menangis meraung-raung.

Penjelasan Leora memang mengejutkan Chito, tapi dia jadi paham. Semuanya menjadi jelas sekarang. Dia juga kasihan dan bisa membayangkan bagaimana sulitnya Leora menghadapi orang tuanya sendiri yang sudah membuat luka besar di hidupnya.

Menjadi Leora pasti sulit. Sahabatnya mati karena orang tuanya sendiri.

Chito menarik pelan tubuh Leora ke pelukannya. Dapat ia rasakan tubuh gadis itu bergetar menahan tangisnya.

"Nangis aja, Kak." Ia mengelus punggung Leora.

Akhirnya Leora membebaskan air matanya. Ia memeluk Chito dan menangis di dadanya.

*****

Kurang lebih 10 menit baru Leora cukup tenang. Ia sedikit malu melihat seragam sekolah Chito jadi basah karena air matanya. Yah, karena itu juga Leora jadi legah sekarang.

"Minum dulu, Kak." Chito datang dan memberikan Leora sebotol minuman yang sudah ia bukakan tutupnya.

Leora mengambil botol itu lalu meminumnya. Chito kembali duduk di sebelah Leora dan menatapnya sayu.

"Maaf karena tadi aku marah."

"Gue juga, maaf karena menghalangi mimpi lo."

"Jadi ... selanjutnya Kak Leo mau gimana?" tanya Chito pelan.

"Pulang sesuai kemauan ortu gue," jawab Leora pasrah. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran bangku dan menatap langit sore yang hampir mnyentuh merah.

"Katanya gue harus kembali ke Korea kalau gak mau lo jadi bagian dari agensinya. Ya gitu, maaf karena lo jadi dimanfaatin sama mereka," lanjutnya.

Chito tidak berkata apa-apa. Dia hanya memandangi wajah Leora dari samping yang penuh keputusasaan.

Leora menghembuskan nafasnya. "Seandainya aja gue gak memilih Indonesia sebagai tempat pelarian gue, ini pasti gak bakal terjadi."

Chito meliriknya. Mendengar ucapan Leora membuatnya sedih. Ia harap Leora tidak pernah menyesal telah datang ke sini dan mengenal dirinya.

SWEET ICE SCREAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang