. . ➦【SIS-21】 ˎˊ˗ ꒰ :🍦: ꒱

85 17 0
                                    


✎───『I LOVE YOU』───❆⊰


Chito terduduk lemas di pasir pantai. Pundaknya terasa berat seperti dibebani sesuatu. Berbicara dengan orang tua Leora sungguh menegangkan, dia merasa terintimidasi karena terus ditatap oleh Chae Na si bibir merah.

Namun, Chito terhibur dengan kekalahan Malexander dan Chae Na. Harusnya Leora ikut menyaksikan bagaimana ekspresi orang tuanya tadi.

"Chito, mana ortu gue? Mereka belum datang?" tanya Leora sambil berjalan ke pesisir pantai di mana Chito berada.

Chito yang masih duduk di pasir, melirik kaki Leora yang memakai sendal dengan hiasan awan besar di atasnya. Ia tersenyum geli. "Pfft ... Lucu. Aku suka motif awan."

"Lucu, kan? Kalau tadi sendal gue gak putus, gue gak ketemu sendal awan ini." Leora mengangkat sepasang sendalnya yang dipegang sejak tadi, salah satunya putus.

Tadi menuju ke pantai, sendal yang dipakai Leora putus jadi dia singgah dulu ke toko sendal di dekat pantai. Sedangkan Chito disuruhnya duluan saja masuk ke dalam area pantai.

Chito menghadap ke arah matahari di ujung sana. Matahari yang bergerak turun seakan ingin menyentuh air laut terlihat indah di netranya.

"Orang tua kakak udah pergi," ujarnya setelah cukup lama memandang matahari terbenam.

"Lho? Ketemu anaknya dulu kek." Leora ikut duduk di sebelah Chito sambil memandangi bayangan matahari di permukaan air. "Bagaimana reaksi orang tua gue?"

"Awalnya kaget, kek gak nyangka gitu kalau Kak Leo gak terpancing ancamannya" Chito bercerita dengan lesuh padahal tadinya dia ingin mendeskripsikan bagaimana wajah lucu orang tua Leora.

"Jadi yaudah deh mereka kalah terus ...." Suaranya kian mengecil.

Leora menoleh. "Terus apa, Chit?"

Pemuda itu tidak menjawab, dia memainkan jarinya sambil menunduk cukup lama. Merasa ada yang aneh, Leora mendekat untuk melihat wajahnya.

Sorot mata Leora berubah khawatir melihat wajah cemberut Chito. Ia menyentuh bahu pemuda itu dan menarik pipinya. "Chito, lo nangis?"

Matanya yang berkaca-kaca bahkan sudah meneteskan airnya. Sejak kapan pemuda ini menangis? Bukannya tadi dia baik-baik saja?

Leora menyeka pipi Chito yang basah."Mereka ngomong sesuatu yang jahat sama lo? Kasih tahu gue, lo diapain mereka, Chit?"

Kepedulian Leora membuat air mata Chito turun semakin deras.

"Kak, aku gak mau kita putus," gumamnya yang cukup terdengar.

Astaga, Leora pikir dia kenapa. Wajah cemasnya pun berubah menerbitkan senyuman kecil. Dia sudah memperkirakan hal ini akan terjadi karena pilihan yang mereka putuskan sendiri.

Tangannya terangkat mengelus rambut Chito yang bergerak-gerak tertiup angin. Tatapannya yang penuh perhatian membuat Chito sulit menahan sesenggukannya .

"Kak ...," lirihnya sedikit merengek.

Chito tidak mau membayangkan tiba saat di mana tangan Leora berhenti mengelus rambutnya, ketika Leora tidak lagi tersenyum sambil menatapnya dengan tulus, ketika ia tidak lagi pergi ke Cone Tall dan disapa oleh Leora. Chito tidak bisa hidup tanpa semua itu.

Memang terdengar lebay, tapi itulah yang dipikirkan Chito saat ini. Semenjak bertemu Leora, hidupnya yang dulunya sudah sibuk jadi semakin sibuk. 😭

Namun, lebih berwarna dan manis.

SWEET ICE SCREAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang