Tittle : Psycho Girl
Author : Annisa Nurfadillah (anufa_dillah)
Genre : Psycho, Dark Romance, Obsession, Action, Mistery, Mature
Inspiration : Nothing
First Writing : 16 Desember 2023
Rilis : COMING SOON!
End : -Decitan pintu yang terbuka secara mendadak, menghancurkan ketenangan atmosfer Jimin dari kenyamanan. Lantas menarik atensinya bergulir, menoleh ke belakang. Dan sungguh, ia tertegun tatkala menemukan eksistensi gadis —dengan pakaian putih yang menjadi ciri khasnya.
"Nuna, kau —" Hanya terhenti sampai disana, selanjutnya Jimin cepat beranjak guna mendekat.
Nyaris sampai, tetapi langkahnya tersendat begitu kekacauan gadis itu terlalu jelas ia sadari. Seharusnya ia tidak perlu terkejut —Jimin sudah terbiasa melihat gadis itu berlumur darah disekitar tangan, sekujur pakaian bahkan wajahnya.
Tetapi sepasang mata sipitnya tetap tersulut untuk melebar —kali ini menunjukkan reaksi tak percaya. "Lagi?" Itu pertanyaan retoris, bahkan Jimin tahu ..
.. sebanyak apapun ia melarang apalagi meminta dengan baik, gadis itu tetap tidak akan berhenti. Sampai dia mendapatkan apa yang diinginkannya, yang bahkan Jimin pun tidak tahu apa tujuannya.
Katanya, ada alasan di balik seluruh tindakannya. Tetapi sampai saat ini, Jimin masih belum dapat mengetahui rahasia apa di balik kerusakan yang terus diperbuat gadis itu.
Tetapi, Jimin merasa sedikit janggal dari eksistensi gadis itu saat ini.
Biasanya gadis itu selalu bersikap apatis setiap usai atas pekerjaannya. Tenang, santai, seolah tidak ada hal buruk yang terjadi. Bahkan seraut wajahnya akan selalu berhiaskan kepuasan, yang tak bisa didefinisikan melalui seuntai kata.
Namun kali ini, hanya kosong yang tersorot sepasang netra coklat itu. Jimin teramat menyadari, kebungkamannya menjelaskan akan adanya beban yang merundung gadis itu. Berujung datar di dalam stagnan, gadis itu seperti tidak menapaki kenyataan.
Entah, Jimin tidak tahu.
Maka, ia memilih abai sejenak perihal itu. Tidak adanya tanda-tanda gadis itu akan bergerak, menyulut Jimin untuk menyahuti pergelangan tangan gadis itu lalu menariknya tuk beranjak.
Kamar yang menjadi tujuan, Jimin langsung menuju lemari usai genggaman dilepaskan. Meninggalkan gadis itu stagnan lagi di belakang, kemudian ia kembali mendekat dengan sepasang pakaian lengkap dengan handuk.
"Nuna mandilah dulu."
Bukan tanpa alasan menyuruh. Selain memang sekujur tubuh gadis itu kotor oleh begitu banyak bercak darah —Jimin sungguh tidak tahan melihat noda-noda merah pekat itu. Rasanya selalu ingin muntah kala mencium bau amisnya.
Tetapi menjadi keharusan bagi Jimin untuk mengabaikan perihal rasa tidak sukanya, terlebih ketakutannya. Ia dituntut untuk menyelaraskan diri dengan kebiasaan gadis itu. Maka —
"Aku akan menyiapkan makan malam untukmu, selagi kau membersihkan diri."
Ingin pemberiannya lekas disahuti untuk kemudian ia bisa merealisasikan ucapannya, tetapi yang ia dapati hanyalah hening tanpa reaksi. Sungguh, Jimin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Maksud hati ingin kembali menginterupsi, telak tertahan kala ..
"Maafkan aku, Jimin-ah."
Huh?
Jimin tidak salah dengar?
Jangan salahkan Jimin jika terkejut nyaris setengah mati hanya untuk reaksi atas ungkapan sederhana semacam itu. Sudah begitu banyak kesalahan besar yang dilakukan gadis itu —baik itu pada orang lain, bahkan pada Jimin sendiri— tetapi rasanya ini perdana ucapan maaf terlontar dari belah bibir tipis itu.
Jimin tidak percaya. Seharusnya gadis itu tidak pernah mengatakan hal itu.
Tapi, bahkan saat ini Jimin bisa melihat seberkas cairan bening mulai menumpuk di pelupuk gadis itu. Jika sebelumnya sorot itu terlihat kosong, maka kini netra coklat itu dipenuhi rasa.. bersalah?
"Kau.. tidak akan membenciku, bukan?"
Kali ini Jimin memicing tajam. Tingkah tak biasa ini.. tak dapat disangkal menimbulkan curiga di kepala Jimin. Ingin abai, bahkan tidak ingin peduli. Tetapi Jimin tidak bisa menepis..
.. agaknya siapa yang menjadi korbannya kali ini?
Apakah ada hubungannya dengan Jimin?
Drrt!*
Getaran disertai nada dering cukup membuat Jimin terkesiap, lantas ia menyahuti benda elektronik itu di dalam saku piyamanya. Kemudian menerima panggilan dari nomor tak dikenal itu, bersamaan dengan menggulirkan lirikan tajam terhadap gadis itu.
Demi Tuhan, Jimin merasa curiganya kian membesar.
"Kami dari kepolisian. Apakah benar ini dengan keluarga dari Tuan Han Seokjin? —
Hanya sampai disana yang tertangkap dengan baik oleh pendengaran Jimin. Selebihnya, Jimin lebih dulu jatuh ke dalam dilema besar —syok dan emosi. Keduanya sama sekali tidak baik.
Usai panggilan terputus, tanpa sadar genggamannya menguat. Cara Jimin menatap gadis itu kini telah berubah.. lagi. Atau agaknya lebih buruk dari yang lalu.
"Bahkan kakakku juga?" Retoris bermakna sindiran telak, Jimin berupaya menahan amarahnya melalui kepalan kuat di kedua tangan.
Jimin tidak ingin, tetapi hatinya terlanjur sakit termakan kecewa dalam sekejap.
"Sial! Seharusnya aku tidak berharap lebih padamu! Kau memang gadis gila!"
Habis pertahanannya, Jimin menghempaskan sepasang pakaian dan handuk di tangannya hingga teronggok di lantai. Selanjutnya ia beranjak pergi dengan hentakan kuat sebagai peluap emosi serta sakit hati.
Meninggalkan pribadi itu di dalam keheningan —yang sialnya berdengung hingga memekakan telinga. Sebuah reaksi yang berbanding terbalik, bahkan tentang dirinya sendiri. Berujung tubuhnya meluruh, bersimpuh kembali dengan tatapan kosong.
Benar kata Jimin. Dia sungguh terlihat selayak orang gila yang terganggu akal sehatnya. Ah, bukankah sejak dulu memang begitu?
"Aku tidak ingin. Tapi aku tidak bisa mencegahnya, Jimin-ah."
Tolonglah, ini rencana cerita dari tahun lalu😭 Harusnya rilis sehabis To The Past sebelum re-upload Secret You, tapi malah banyak kena tikung cerita baru😭
Pokoknya kali ini jangan sampe lepas 'obsesinya cinta si psycho' ini🤧 Doain supaya bisa cepet-cepet aku garap dan lancar semuanya ya yeorobun 🙏🏻
©️Okt;23.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO GIRL || You're Mine!
General FictionPutih tidak selalu suci, hitam pun tidak selalu kotor. Dalam kalimat sederhana itu, terdapat rahasia besar dalam dua dimensi. Dimana selama ini kau melihatnya hanya satu. Membingungkan. Jimin sendiri tidak bisa lekas mendapat titik terangnya. Gadis...