5×4=8 || Tasty Blood

27 6 15
                                    

— Berani mempermainkan milikku, maka harus siap bermain denganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— Berani mempermainkan milikku, maka harus siap bermain denganku ..

Tidak tahu sebanyak apa waktu termakan gelap, pening luar biasa menjadi hal pertama yang teraba di detik pada akhirnya kesadaran kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak tahu sebanyak apa waktu termakan gelap, pening luar biasa menjadi hal pertama yang teraba di detik pada akhirnya kesadaran kembali. Berlanjut nyeri berangsur terasa di sekujur tubuh, perlu banyak sekon baginya hanya sekedar untuk membuka mata.

Plafon putih yang tertangkap retina, serta aroma obat-obatan yang sontak semerbak di penghidu.. ia perlu bekerja keras untuk berpikir, bagaimana diri bisa berakhir di tempat ini? Kepalanya pusing, ingatannya sedikit ..buram.

"Jimin.."

Seudara interupsi lembut sontak menarik atensinya bergulir ke sisi, perlahan mendapati presensi seseorang —duduk di kursi sisi brankar. Ia memicing, mengamati gadis berbusana all black —rapi dengan blouse satin berbalut setelan blazer.

"Aku akan panggil dokter." Katanya selagi beranjak, berlalu tanpa menunggu respon.

Pun Jimin hanya membiarkan, tubuhnya masih terlalu lemas hanya sekedar tuk melepaskan suara. Memilih terpejam, mengatur pernapasan guna melerai sakit di seluruh persendian.

Barangkali hanya berselang dua menit, seorang dokter laki-laki paruh baya —didampingi seorang suster, memasuki ruangan. Dibuntuti gadis itu, berhenti di dekat pintu ruangan selagi mengamati bagaimana Jimin mendapat pemeriksaan.

Rentetan pemeriksaan diterima tanpa reaksi, kosong bagaimana atensi yang menyorot plafon semata-mata hanya masih sedang berpikir ..perihal tragedi apa yang mengakhiri sekujur tubuhnya hancur seperti ini.

Astaga, kenapa sulit sekali mengingatnya?

Usai, tidak ada sepatah kata pun hal disampaikan sang dokter pada Jimin. Pria paruh baya itu berlalu menghampiri gadis —yang masih setia stagnan di depan pintu ruangan, sesaat terlibat konversasi serius, lalu kedua tenaga medis itu meninggalkan ruangan. Beralih gadis itu mendekat, lekat sorot mata monolidnya menatap Jimin.

Gadis itu— siapa?

"Tidak perlu terlalu keras untuk mengingatnya." Gadis itu mengambil posisi di tepi brankar, enggan menarik kembali kursi yang sempat disingkirkan dari posisinya. "Ingatanmu sedikit terganggu, .."

PSYCHO GIRL || You're Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang