Putih tidak selalu suci, hitam pun tidak selalu kotor. Dalam kalimat sederhana itu, terdapat rahasia besar dalam dua dimensi. Dimana selama ini kau melihatnya hanya satu.
Membingungkan.
Jimin sendiri tidak bisa lekas mendapat titik terangnya.
Gadis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— Bukankah sudah ku katakan? YOU'RE MINE! ..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Biarkan aku keluar, sial!
"Se-ya, kontrol emosimu. Bukankah sudah ku katakan? —aku pasti akan membantumu sampai mendapatkan laki-laki itu."
Switch!*
Kau benar-benar keras kepala, Se-ya.
Persetan. Sejeong tidak peduli. Lantas menyentak diri tuk bangkit dari posisi duduk —di salah satu kursi taman kota. Tungkainya menghentak keras tanah berumput hijau itu, langkah memburu selaras dengan mematikan sorot tajamnya.
Kau akan mencarinya kemana?
"Telak hingga ke ujung neraka, aku akan mencarinya. Dan aku tidak akan pernah berhenti sebelum menemukan bajingan itu."
Dan setelah mendapatkannya, ia bersumpah.. tidak akan lagi memberi sedikitpun napas bagi laki-laki keparat itu. Lihat saja, balas dendam akan jauh lebih buruk dari apa yang dilakukan laki-laki sialan itu malam pekan lalu.
Langkah Sejeong sontak terhenti, manakala ..tidak tahu darimana datangnya, seekor anjing pomeranian berwarna coklat—hitam berlarian mendekatinya. Gonggongan kecilnya beralih menjadi juluran lidah ketika sampai di depan kaki Sejeong, seperti sedang menarik perhatian.
Dan yeah.. Sejeong tertarik.
"Aku ingin darah." Seulas smirk mengembang perlahan di belah bibir tipisnya, selaras tubuh merunduk lalu tangan terulur menyahuti anjing kecil itu.
Semula aman tanpa penolakan, anjing pomeranian itu agaknya memang ingin berkenalan. Sampai Sejeong mengeluarkan sebuah pisau lipat di saku celana bahannya, mengerti bagaimana anjing kecil itu sontak ribut dan menggeliat guna terlepas. Gonggongannya menandakan ..merasa dirinya sedang berada dalam bahaya.
Jangan gila, Se-ya. Kau tidak bisa meluapkan amarahmu pada yang tidak bersalah.
"Kau pikir aku peduli?" Sergahan kontradiktif. Menjengkelkan bagaimana pemberontakan anjing pomeranian itu menyusutkan kesabaran Sejeong.