Putih tidak selalu suci, hitam pun tidak selalu kotor. Dalam kalimat sederhana itu, terdapat rahasia besar dalam dua dimensi. Dimana selama ini kau melihatnya hanya satu.
Membingungkan.
Jimin sendiri tidak bisa lekas mendapat titik terangnya.
Gadis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— Sama sekali tak terduga, dia sungguh penuh kejutan ..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yoongi menyeka keringatnya yang menjatuhi rahang, lalu menghempaskannya ke sembarang arah. Mengabaikan langkah tergesa atau bincang berisik teman sefakultasnya, santai bagaimana langkah lebarnya menyusuri sepanjang lorong —sehabis dari lapangan utama, menuju loker mahasiswa.
Jadwal kelas hari ini adalah basket, dan Yoongi —berikut yang lain— baru saja menyelesaikannya. Maka kini, maksud hati akan mengganti kembali jersey-nya yang telah basah total —sebab keringat.
Tetapi mengejutkan bagaimana kala sampai, Yoongi mendapati kunci lokernya rusak —hancur. Telak emosi memuncak, dan secepat tatapan tajam melayang terhadap beberapa presensi yang berada disana ..pun maksud segera dipahami sang target.
"Aku datang paling awal, dan ku lihat lokermu sudah rusak begitu, Gi." Pemuda —yang berdiri di loker paling ujung, memberi kesaksian. "Mungkin ada seseorang yang datang kesini saat kita melakukan kelas di lapangan."
Benar. Sebab sebelum pergi menuju lapangan, Yoongi menyimpan pakaian utamanya —usai berganti dengan jersey. Dan Yoongi pastikan pintu lokernya baik-baik saja, pun terkunci dengan aman.
Yoongi membuka loker dengan sentakan kesal, sementara yang lain bergegas pergi —meninggalkan Yoongi seorang diri. Isi loker sempurna tanpa kekacauan, tetapi Yoongi menemukan satu hal asing disana. Maka ia menyahutinya, membuka lipatannya tuk memastikan apa yang ada di kertas putih itu.
Berhenti bertingkah, sebelum aku bertindak!
"Sial! Darah!?"
Yoongi menghempaskan kertas itu usai menyadari aroma amis dari pewarna merah pekat coretan tangan tak beratur itu. Telak menyulut emosinya kian meradang.
"Siapa manusia bajingan yang berani bermain-main denganku!? Lihat saja, kau akan habis di tanganku!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.