Putih tidak selalu suci, hitam pun tidak selalu kotor. Dalam kalimat sederhana itu, terdapat rahasia besar dalam dua dimensi. Dimana selama ini kau melihatnya hanya satu.
Membingungkan.
Jimin sendiri tidak bisa lekas mendapat titik terangnya.
Gadis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— Aku tidak akan berhenti, sampai menemukan bajingan itu ..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Derap lari berlomba dengan tarikan napas yang dirasa kian sesak. Darah yang mengucur deras dari leher secara perlahan menguras kekuatan tubuh, tetapi rasa takut mendorong gerak tubuhnya untuk terus berlari. Menyelamatkan diri dari seseorang ..
.. yang mengejarnya dalam langkah santai. Tenang mematikan, barangkali begitu aura yang terpancar dari eksistensi gadis itu. Setiap langkah yang ia ambil, hanya memberi kesan ancaman yang begitu nyata.
Tidak ada kesabaran setebal itu, maka pisau tajam berukuran besar itu dihempaskan dengan sentakan kuat. Melayang dengan hasil tepat sasaran, menancap sempurna di punggung lelaki itu.
"AKH!" Berujung tersungkur, kepalanya terantuk lantai kuat sekali. Mencipta robekan kecil di kening, sementara punggungnya jelas sekali lekas meluncurkan darah segar dari titik tancapan pisau.
"Akh!" Lagi, pekik nyaring teramat menyakitkan menggelegar, kala pisau itu ditarik lepas begitu saja tanpa hati. Selanjutnya lelaki itu mendapat tarikan kuat di bahu untuk berbalik, terlentang ..mulai tak berdaya.
Dia terbatuk kala lehernya disergap cekalan kuat, mengganggu laju pernapasannya —yang mana memang telah buruk sebab rasa takut. Sesaknya kian bertambah ketika gadis itu mengambil posisi duduk nyaris di dadanya.
"Le— paskan." Tersenggal, pertahanan yang dilakukannya justru semakin menambah kekuatan tangan mungil itu untuk mencekiknya.
Memang mungil, pun cantik. Tetapi tidak banyak yang tahu, telah banyak korban yang habis di bawah kuasa tangan itu.
"Siapa kau sebenarnya?" Getaran dalam suaranya tidak bisa terelakkan lagi, ketika pisau berlumur darah itu kembali terangkat, lalu ujungnya yang tajam menyentuh —ah tidak.. tepatnya mengancam wajahnya, di pipi.
Menyulut ketakutan lelaki itu kian tak tertolong. Tetapi itu seperti sebuah kepuasan bagi sang pelaku. Lihat, seulas smirk mengerikan pada akhirnya muncul di belah bibir tipisnya. Matanya yang menggelap, menandakan ..permainan ini sangat menyenangkan.