Awan Diandra Fidelya, merupakan seorang perempuan yang ditakdirkan untuk menunggu. Seperti sekarang, dia menunggu kepercayaan dan kepastian dari seseorang yang pernah berjanji untuk melamarnya. Laki-laki itu adalah sahabatnya sendiri, Biru Abimanyu...
Assalamualaikum semuanya. Gimana harinya? Semoga sehat ya. Jangan lupa bersyukur hari ini. Aku mau ucapin terimakasih banyak-banyak karena udah singgah ke cerita aku. Selamat membaca. Jangan lupa tinggalin vote sama comment ya!
شكرًاجزيلا
Pengingat untuk hari ini :
"Allah menjadikanmu seorang Muslim karena ingin melihatmu berada di surga-Nya. Dan yang perlu kamu lakukan adalah menunjukkan jika kamu pantas untuk itu." - Tulisan seseorang.
Sebelum membaca jangan lupa Shalawat Nabi Muhammad dulu: "Allahummasholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad."
☽
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
"Bahagianya seorang laki-laki itu adalah ketika cintanya dihargai dan dijaga oleh perempuan yang tepat. Dia juga lebih bahagia ketika menemukan perempuan yang cintanya lebih besar darinya."
"Mie ayam e Pak Sena sek isek jam yahmene?" (Mie ayamnya Pak Sena masih ada jam segini?).
Nala mendengus. "Wes entekkudune." (Sudah habis seharusnya.) Kafkha mengernyit bingung. "Lah ikiudu buatan e Pak Sena?" tanyanya. Nala menggeleng.
"Ndak iki buatan e Pak Sena," ucap Kirana membenarkan. Perempuan itu tahu betul bagaimana rasa mie ayam buatan Pak Sena. Karena Kafkha sering membawakan untuknya.
Nala terkekeh. Merasa telah berhasil menjahili sahabatnya. "Sampean bohong to?" Nala tidak bisa menahan tawa. "Sampean yo siktakon Kha? Ya jelas iki buatan e Pak Sena," (Kamu masih bertanya Kha? Ya jelas ini buatannya Pak Sena.) ucapnya diiringi kekehan kecil.
Kafkha otomatis melirik kearah Nala ketika tahu bahwa dirinya ternyata telah di bohongi olehnya. "Jan tenan," ucapnya kesal.
Laki-laki itu mengalihkan pandangan ke arah istrinya yang terlihat lahap memakan mie ayam. "Gimana Dek, enak ya?" tanyanya sambil mengelus kepala sang istri. Pemandangan kedua pasutri ini membuat dia merasa jadi nyamuk sekarang.