12: Kelembutan Hati Sultan

25.2K 908 11
                                    

Haii ketemu lagi kita💝

Sebelumnya saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya pada kalian karena terlalu lama up bab 12, karena pekerjaan di real life membuat saya tidak melirik pada cerita ini, sekali lagi saya meminta maaf pada kalian dan selamat membaca💌

🦋

"Mas sebenarnya bisa mempunyai keturunan."

Laurenza menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Sultan yang sedang menatapnya, dia bingung harus menjawab apa. Sebenarnya dia juga tidak percaya jika Sultan tidak bisa mempunyai keturunan, tetapi tidak ada bukti kuat tentang itu.

"Kita tunggu aja nanti" jawab Laurenza seadanya.

Sultan tersenyum dia jadi membayangkan jika itu menjadi kenyataan, betapa bahagianya Sultan jika itu terjadi.

Keesekon harinya Sultan dan Laurenza masih tidak rela untuk bangun dari kasur empuknya, jam sudah menunjukkan pukul 8.00 pagi mengingat Sultan hari ini tidak masuk kantor jadi pria itu santai-santai saja. Laurenza membuka matanya lalu sedikit menyipit karena sinar matahari masuk ke sela-sela Jendela yang ditutupi gorden. Setelah nyawanya terkumpul sempurna Laurenza menuruni ranjang dan dia berjalan ke arah jendela kamar untuk membuka gorden dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar.

Decakan terdengar membuat Laurenza menoleh ke belakang, ternyata sang suami terusik karena kini sinar matahari menyorot tepat diwajahnya. Pria itu menggeser tubuhnya agar tidak tersorot oleh cahaya matahari.

"Biasanya jam segini udah gak ada dirumah" gumam Laurenza.

Laurenza keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan, senyum manis terukir pada bibir tipis yang menghiasi wajah ayu Laurenza. Saat sampai di dapur Laurenza disambut hangat oleh bi Ajeng yang baru saja selesai membuat semua sarapan.

"Loh bi, sudah selesai semua?" tanyanya.

Bi Ajeng tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "Iya non, tinggal disajikan saja."

"Maaf bi, saya kesiangan." Sesal Laurenza.

Bi Ajeng terkekeh. "Gak apa-apa non, lebih baik sekarang kita sajikan saja makanannya dimeja makan."

Laurenza menganggukkan kepalanya dia pun mengambil satu persatu makanan dimeja makan, dia juga membantu bi Ajeng menyiapkan makanan di meja makan khusus untuk ART yang bekerja di rumahnya. Laurenza melihat Sultan turun dari tangga ingin menghampirinya, pria itu sepertinya baru membasuh mukanya saja bisa dilihat dari penampilannya yang masih sama seperti tadi.

Sultan mengerutkan dahinya saat melihat ada banyak makanan yang sudah tersaji dimeja makan.

"Kamu masak cepat sekali" ucapnya sembari menarik kursi meja makan untuk di dudukinya.

"Ini masakannya bi Ajeng, tadi aku kesiangan jadi gak sempat bantu. Maaf ya," balas Laurenza merasa tidak enak karena tidak melaksanakan pekerjaannya sebagai istri.

Sultan tersenyum. "Gak apa-apa, kamu juga pasti capek. Kan sebelum tidur kita lanjut olahraga lagi."

Laurenza menatap sinis suaminya, olahraga yang dimaksud Sultan bukan olahraga yang biasa. Laurenza menyiapkan nasi serta lauk pauk di piring yang akan diberikan kepada Sultan. Mereka menikmati sarapan dengan nikmat sembari diiringi obrolan kecil apa yang akan mereka lakukan setelah ini.

Hadirnya Kamu | Tamat (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang