Tatiana dan Bara keluar bersama, membuat Elea langsung menunduk. Walau tak ada adegan apa pun, dia tak ingin melihat adegan menyakitkan tersebut. Menyakitkan? Seperti ada cinta saja ucap Elea dalam hati tersenyum kecil.
"Kamu harus janji, Bara. Kamu gak akan macam-macam lagi sama dia," rengek Tiana.
"Kamu tenang saja, Tiana. Aku tidak akan tergoda sama dia," Bara melirik sekilas pada Elea, lalu berpamitan pada Tatiana.
Selama dalam perjalanan hanya hening yang tercipta, apalagi Elea duduk di kursi belakang. Sesekali Bara melirik istrinya tersebut.
Berpuluh menit kemudian, mobil Bara sudah tiba di kawasan apartemen biasa. Jangan mimpi jika Elea akan dibawa ke apartemen mewah, Bara hanya menyewanya saja sampai dia menceraikan Elea dan memastikan perempuan itu tidak hamil anaknya. Kejam bukan?
"Turun," titah Bara, saat melihat Elea yang hanya melamun.
"Ehh, baik." Jawab Elea patuh, dia mengikuti langkah Bara yang ada di depannya.
Lima menit kemudian, mereka sudah sampai di apartemen yang Bara sewa. Tak terlalu luas. Namun, cukup untuk tinggal Elea saja. Karena Bara hanya datang sesekali.
"Kamu akan tinggal disini, sampai kamu benar-benar tidak hamil anakku." Celetuk Bara, membuat Elea menoleh. Entah mengapa saat Bara mengatakan itu, dia merasakan sesak di dadanya seburuk itukah dia dimatanya?
"Apa kamu mendengarkan aku?" tanya Bara.
"Iya aku mendengarmu," jawabnya dengan suara lirih.
"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu. Untuk nafkah, kamu jangan khawatir aku akan mengirimkannya padamu."
Setelah mengatakan itu, Bara pergi begitu saja bahkan tanpa memberi Elea kesempatan untuk bertanya. Elea memandang pintu yang tertutup dengan sempurna.
"Huh, sabar Elea."
Dia memutuskan untuk melihat-lihat unit apartemen tersebut, semuanya tersedia, kulkas pun penuh dengan bahan masakan. Juga peralatan dapur yang sangat komplit, Elea tersenyum kecil mengetahui bahwa Bara seperhatian itu padanya. Bolehkan Elea berharap?
"Oke Elea, saatnya membuka lembaran baru." Ujarnya dengan semangat, pertama-tama Elea memutuskan untuk membuat makan siang dan malam hanya untuknya saja. Karena dia tahu bahwa, Bara tak akan datang.
***
Sementara itu di perusahaan Hadinata Grup.
Bima menatap kosong ke arah depan, dimana hanya ada gedung-gedung tinggi dan pemandangan kota yang selalu sibuk. Perkataan Elea terus saja menghantui dirinya.
Masih teringat jelas di ingatan Bima, saat dia bertemu dengan ibunya Elea yang bernama Minati. Gadis yang berasal dari kampung, yang melamar pekerjaan di perusahaannya. Awalnya dia tidak terlalu menanggapi Mina, gadis polos penuh pesona tersebut.
Awal mulanya, Bima meminta Mina untuk membuatkan sarapan. Karena saat itu, Bima belum sempat sarapan karena ada meeting penting.
"Kamu ... Pekerja baru?" tanya Bima, saat melihat wajah Mina yang asing. Karena dia hafal betul siapa saja OB dan OG di perusahaannya.
"Iya tuan," jawabnya singkat.
Bima mengangguk dan kembali bertanya. "Siapa namamu?"
"Nama saya Minati." Mina menjawab dengan menunduk, dia merasa gugup berhadapan dengan pemilik perusahaan. Takut melakukan kesalahan, yang berakhir dipecat dan kembali ke kampung halamannya.
Bima mengangguk dan mulai mencoba masakan Mina, walau hanya nasi goreng sederhana. Tapi terlihat menggiurkan bagi Bima, hari, minggu bahkan bulan. Bima mulai terbiasa dengan masakan Mina, dia menjadi jarang sarapan di rumah beruntung Mala tak curiga padanya.
Satu tahun mereka saling mengenal, Bima menyatakan ketertarikannya pada Mina. Awalnya Mina menolak. Namun, dengan segala bujuk rayu dan janji manis Bima. Mina termakan omongan manis lelaki yang sudah memiliki istri tersebut.
"Kita menikah siri saja dulu," ujar Bima pada Mina, kini mereka sedang menikmati senja di salah satu balkon hotel yang Bima sewa untuk perjalanan bisnisnya ke luar kota.
"Tapi mas, aku gak mau. Aku takut istrimu tahu dan marah." Ujar Mina cemas, Mina pun akhirnya tahu Bima sudah menikah saat tak sengaja menemukan foto Mala dan Bima.
"Gak akan, kamu tenang saja. Selama kamu gak banyak bicara maka semuanya akan aman. Kamu tetap bekerja di perusahaan, kamu juga bakal punya tempat tinggal yang nyaman dan layak." Jelas Bima, dia memegang tangan Mina dan menatapnya serius.
"Aku sungguh-sungguh Mina, aku mencintai mu!"
Mina menunduk dan mengulum senyum malu-malu, pernyataan Bima membuat hatinya menghangat.
"Baiklah, aku mau menikah dengan mu." Balas Mina pada akhirnya, menerbitkan satu senyum kecil dari Bima.
Bima memeluk erat Mina, langsung membawa pulang Mina hari itu juga untuk menikah disekitar kontrakan Mina. Satu minggu usia pernikahan, Mina belum di bawa ke apartemen yang dijanjikan Bima. Lelaki yang berstatus suaminya tersebut hanya datang saat melampiaskan nafsunya, setelah itu dia tak akan terlihat baik di kantor atau di manapun. Beruntung Bima memberikan uang nafkah pada Mina, jadi Mina tak terlalu khawatir.
Lamunan Bima tentang masa lalu pun buyar, saat ada yang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk," titah Bima.
"Bara kamu, kenapa bekerja?" tanya Bima, sebelum Bara bicara.
"Maaf tuan, semua orang tidak ada yang tahu bahwa saya menikah. Hanya keluarga anda yang tahu," jelas Bara, Bima pun mengangguk dan tak lagi bicara mereka membahas pekerjaan juga beberapa rapat penting di luar kantor.
****
Akhirnya Elea bisa bersantai sejenak, setelah melakukan pekerjaan rumah. Biasanya dia akan selalu ke sana kemari, walau pekerjaannya selesai sedangkan yang malah enak-enakan.
"Pemandangan yang indah," puji Elea, kini dia sedang duduk di balkon yang terdapat di kamarnya, yang menghadap langsung pada pemandangan ibu kota.
"Hai, orang baru yah?" Sapa seseorang, membuat Elea menoleh dan mendapati pria tak kalah tampannya dari Bara.
"I-iya," jawab Elea.
"Santai saja, aku gak gigit kok." Kekehnya, membuat Elea tersenyum tipis.
Canggung tak ada lagi obrolan dari mereka berdua, sesekali Elea membenarkan letak posisi pot juga gelas yang ada di meja. Melihat itu, lelaki tersebut tersenyum tipis melihat tingkah gadis di depannya.
"Adrian Hadinata," celetuk lelaki yang bernama Adrian, membuat Elea menoleh padanya.
"Apa dia mengajak kenalan?" tanya Elea dalam hati, dari jauh Adrian mengulurkan tangannya.
"Adrian Hadinata," ulang Adrian, saat melihat Elea yang hanya menatapnya.
"Tenang aja aku gak jahat, kok!"
"Elea." Jawabnya dengan singkat.
"Nama yang bagus, apa nama mu hanya itu saja?"
Elea melirik sebentar ke arah Adrian, tak menjawab ucapan lelaki tersebut.
"Saya masuk dulu, permisi." Pamit Elea, Adrian tersenyum melihat Elea.
"Jumpa lagi besok, El." Teriak Adrian, Adrian pun masuk kedalam.
Sementara Elea kembali ke balkon, dan memastikan Adrian sudah tak ada.
"Huh, syukurlah dia sudah masuk." Gumam Elea, duduk menikmati keindahan di depannya. Adrian sendiri tak benar-benar masuk, dia bersembunyi di dekat tembok dan memperhatikan Elea yang menggerutu karena dirinya.
bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Rahasia Tuan Bara
RomanceBukan ingin Elea terlahir dari rahim seorang istri siri yang dicap sebagai pelakor, sejak sang ibu meninggal, Eleanor tinggal bersama ayah kandung dan istri sah sang ayah. Sejak kecil ia tak merasakan kasih sayang dari ayah kandungnya, tinggal di ru...