Bab.4

86 7 1
                                    

Semoga suka 🍂🍂

Satu bulan berlalu, pernikahan Elea dan Bara tak ada perubahan sama sekali. Karena Bara jarang datang ke apartemen yang dia sewa, Elea juga terlihat lebih gemuk dan wajahnya lebih segar, walau Bara tak datang. Tapi lelaki itu selalu memberikan keperluan untuk Elea, yang dikirim melalui ojek online atau suruhan Bara.

Apakah, Elea merindukan Bara? Jawabannya tentu saja tidak, Elea tidak merindukan Bara dia tak ingin tahu apapun tentang Bara. Demi menjaga kewarasannya, tapi disaat jam-jam tertentu dia selalu merasakan sepi dan juga kehampaan hati. Menyalahkan takdir yang selalu tak berpihak padanya.

"Jangan melamun, entar kesambet setan loh!" celetuk Adrian, membuat Elea mendelik ke arahnya. 

"Cih, mana ada setan." Gumamnya. Namun, masih terdengar jelas oleh Adrian yang tersenyum manis.

Merasa risih di perhatikan, Elea menatap tajam Adrian. Bukannya takut, Adrian malah tersenyum sangat manis.

"Kamu kenapa, sih? Kesambet?" tanya Elea dengan ketus.

"Gak papa kok, cuma penasaran aja sama kamu. Tiap hari selalu didalam, emang gak bosan?" 

"Engga, aku betah disini. Memang kenapa? Bukan urusanmu kan," kesal Elea, menurutnya laki-laki di depannya ini terlalu ingin tahu tentang dirinya.

"Oke baiklah, lupakan. Kalau gitu kamu mau ikut aku gak?" tanya Adrian.

"Engga, makasih,"

Adrian membuang nafas dengan kasar, dia hanya ingin berteman dengan Elea. Bukan apa-apa, pasalnya dia pernah memergoki Elea menangis dan menatap kosong ke depan. Elea melihat Adrian yang sudah masuk, membuat Elea lega karena tak ada yang mengganggunya. 

Saat akan menyandarkan punggungnya, bel apartemen berbunyi juga suara ketukan membuat Elea bergegas melangkah ke arah pintu.

"Sebentar," teriak Elea, dia yakin kalo orang. 

Adrian tersenyum manis saat pintu terbuka, membuat Elea mendelik dan menghembuskan nafasnya dengan pelan.

"Ngapain kamu, kesini?" tanyanya tak suka.

"Hanya ingin mengunjungi tetangga, memang gak boleh?" bukannya menjawab, Adrian malah balik bertanya.

"Gak sopan, membiarkan tamu berdiri terus. Aku juga pegal bawa ini," Adrian memperlihatkan bawaan, yang memang lumayan berat isinya.

Dengan terpaksa Elea mengizinkan Adrian masuk, dia tak menutup pintu sepenuhnya. Karena bagaimanapun juga, dia adalah istri orang.

"Terima kasih," ucap Adrian, membuat Elea memutar bola mata malas.

Adrian duduk di ruang tamu yang sangat nyaman, nuansa biru mendominasi ruangan tersebut. Elea datang dengan kopi kemasan, yang memang sudah ada di kulkas.

"Tuan Bara, nona Elea kedatangan tamu laki-laki." Lapor seseorang yang mengawasi Elea.

Namun, Bara mengabaikan pesan yang dikirim anak buahnya. Dia asik bersama Tatiana di sebuah mall terkenal di kota tersebut.

"Bara," panggil Tiana.

"Ada apa?" Dengan Tatiana, Bara tersenyum manis. Tapi dengan Elea jangankan tersenyum sikapnya pun datar dan dingin.

"Kapan kamu bercerai?"

"Sabar, aku harus memastikan dia tak hamil. Karena aku tidak ingin terikat dengannya, suatu saat nanti setelah kami berpisah." Papar Bara menatap serius Tatiana.

Dalam hati Tiana mengumpat dengan kebodohan Elea, dia selalu bertanya-tanya mengapa jadi Bara yang menghabiskan malam dengan Elea.

"Tiana," panggil Bara lembut.

Istri Rahasia Tuan BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang