Satu minggu berlalu.
Tak terasa sudah satu minggu Elea di rawat, dan selama itu pula Bara dengan setia menjaga dan mengurus Elea juga memenuhi kebutuhan istrinya selama di rumah sakit. Bahkan Adrian berusaha untuk menjenguk Elea. Namun, Bara tak memberikan izin masuk.
Elea menatap Bara yang sedang merapikan pakaiannya juga bawaan yang dibawa, selama Bara merawatnya. Lelaki tersebut membuktikan semua ucapannya, dia selalu ada di setiap waktu bahkan saat Bima menanyakan keberadaannya Bara memilih untuk berbohong.
"Sudah, ayo kita pulang." Ajak Bara, dia juga selalu tersenyum padanya. Elea hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Tidak usaha pakai kursi roda, aku bisa jalan sendiri." Sela Elea, saat Bara akan mengambil kursi roda. Namun, Bara tidak mengindahkan Elea dia tetap mendudukkan Elea di kursi roda.
"Bara," desah Elea, Elea baru tahu bahwa Bara adalah tipe lelaki pemaksa juga romantis. Mengingat perhatian Bara membuat Elea mengulum senyum, beruntung Bara tak melihat karena berada di belakangnya.
Selama di perjalanan, Elea lebih memilih melihat keluar jendela. Satu minggu di rumah sakit, membuatnya rindu dunia luar. Namun, tersadar bahwa jalan pulang tampak berbeda.
"Loh kok, ini mau kemana?" tanya Elea menatap Bara. Namun, Bara menanggapi dengan senyuman.
"Bara," kesal Elea.
"Kejutan, yang pasti aku tidak akan membawamu ke apartemen itu lagi." Ujar Bara dengan tenang.
"Kenapa? Apa kamu berniat, membawa ku ke tempat itu lagi?" ketusnya.
"Rahasia," jawab Bara, membuat Elea kesal. Elea pun memilih memejamkan mata karena benar-benar kesal pada Bara.
Berpuluh menit kemudian, mobil yang ditumpangi Elea sudah berhenti. Elea menatap rumah yang ada di depannya, rumah minimalis yang sangat cantik dengan dominan warna hitam dan putih.
"Ayo turun," ajak Bara, membuyarkan lamunan Elea.
"I-ini, rumah siapa, Bara?" tanya Elea, rumah yang indah untuk Elea tempati.
"Ini rumah kita, mulai sekarang aku dan kamu akan tinggal disini." Tutur Bara, Bara mengulurkan tangannya di hadapan Elea. Namun, Elea malah memandangi rumah dan tangan Bara secara bergantian.
"Kamu serius Bara? Itu, bukan rumahmu sama Tatiana? Apa jangan-jangan, kamu dan Tiana mau jadiin aku pembantu hah?" omel Elea dengan galak, membuat Bara terkekeh sangat lucu. Dia menyentil kening Elea membuat gadis tersebut mengaduh.
"Pikiran mu, jelek sekali. Elea, mana ada aku seperti itu. Ayo turun," ajak Bara kemudian, dia menarik paksa Elea agar keluar dari dalam mobil. Dengan terpaksa Elea pun turun, dengan langkah ragu dia mengikuti Bara.
Sudah ada asisten rumah tangga dan penjaga keamanan, yang menyambut Bara dan Elea. Mereka tersenyum hangat dan ramah menyapa sang tuan rumah.
"Selamat datang nyonya dan tuan," ucap mereka serempak.
Bara tersenyum menatap Elea yang tersenyum canggung, Bara tahu bahwa Elea, tak bisa berkata-kata untuk saat ini. Bara pun mengajak Elea masuk, dan meminta pekerjanya untuk bubar. Untuk berkenalan, biarkan Elea kenalan sendiri dengan empat orang pekerja yang ada di rumah. Dua diantaranya adalah penjaga.
Pertama kali masuk kedalam rumah, Elea sangat kagum dengan isi yang ada. Tak kalah lengkap dengan yanga ada di apartemen. Namun, dia teringat tidak ada satupun foto di ruangan tersebut.
Bara yang melihat wajah sendu Elea pun dengan sigap, membawanya duduk.
"Kenapa?" tanya Bara.
"Ini bukan rumah kita, Bara." Lirih Elea.
"Kenapa kamu bicara, seperti itu? Ini rumah kita Elea, kita akan memulai semuanya disini. Di rumah ini bersama anak-anak kita nanti," tutur Bara menatap Elea serius, Elea membalas tatapan mata Bara.
"Tidak ada foto disini, seperti memang bukan untukku. Aku seperti hanya menumpang disini," jelas Elea, menatap sekeliling. Dan Bara pun membenarkan tidak ada foto mereka berdua disini.
"Maaf," ucap Bara, entah sudah berapa kali Bara mengucapkan kata maaf secara tak langsung atau langsung pada Elea.
"Hah, sudahlah lupakan."
"Aku janji sama kamu, aku akan membuat pernikahan kita sesuai impianmu." Janji Bara. Namun, Elea tak menanggapi janji tersebut.
Bara pun mengajak Elea ke kamar utama, dimana kamar yang akan mereka tempati nanti. Rumah tersebut memiliki lima kamar, dua kamar utama dan tiga kamar tamu. Serta kamar untuk para pekerja, Bara sudah menyiapkan semuanya secara sempurna berusaha membuat Elea nyaman di rumah tersebut.
"Ini kamar kita," ucap Bara, membuka pintu kamar dengan bernuansa putih. Juga furniture yang sudah tersedia disana.
Elea melihat lemari dengan ukuran cukup besar, dia melihat isinya yang sudah tersedia.
"Ini..."
"Itu semua milikmu," sela Bara.
"Ini terlalu berlebihan Bara, menurutku kamu akan mendapat masalah. Nantinya dengan memberikan aku semua fasilitas ini," tutur Elea, dia tahu bahwa ibunya Bara tidak suka padanya.
"Ini tidak berlebihan, Elea. Semua aku lakukan hanya untukmu, untuk membahagiakan mu!"
Bara mengambil salah satu gaun, berwarna hitam dan menempelkannya di tubuh Elea.
"Cocok, kamu pasti sangat cantik." Celetuk Bara, membuat Elea memutar bola mata malas. Entah mengapa, Bara lebih banyak menggombal sekarang.
"Duh..Bara kenapa, sih? Kok aku jadi takut ya!" batin Elea, sejak dirumah sakit dia sering memperhatikan Bara yang banyak senyum.
"Aku ingin istirahat, kamu boleh pergi. Bara," kata Elea.
"Baiklah, kalau ada apa-apa. Kamu boleh panggil aku ya!" Bara menunjuk interkom, yang terdapat di samping tempat tidur.
"Iya."
Tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba, Bara mencium kening Elea. Membuat Elea diam membeku, tak percaya apa yang dilakukan oleh Bara serasa mimpi.
"Selamat istirahat, aku ada diruang kerja."
Bara mengusap lembut pipi Elea, dengan senyum manisnya. Elea menatap punggung, yang hilang di balik pintu. Jantungnya berdegup dua kali lipat dari biasanya.
"Astaga, astaga. Bara," pekiknya tertahan, Elea langsung melompat ke kasur dan menutup dirinya dengan selimut.
"Astaga Bara, ada apa dengan lelaki dingin itu?" tanyanya dalam hati.
"Tidak Elea, kamu jangan luluh sama Bara." Bisa jadi itu adalah, salah satu trik agar dia dan Tatiana bisa menginjak-injak harga dirinya suatu saat nanti.
"Cih aku gak akan luluh," tekad Elea, baginya pernikahan ini akan tetap menjadi pernikahan rahasia bagi Bara dan Elea.
Sementara itu di ruang kerja Bara.
Bara menatap layar ponsel, sudah satu minggu ini dia mengabaikan panggilan dari Tiana. Perasaannya mulai menyadari, bahwa itu bukan cinta dari hati Bara. Tapi itu adalah, rasa sayang seorang kakak laki-laki pada adik perempuannya.
Ya Bara sudah menganggap Tiana adalah adiknya, selalu-nya ada tidak kecocokannya dari mereka. Membuat Bara merasakan dikekang oleh Tiana, Bara memutuskan untuk menghubungi Bima dan memberitahu bahwa dia akan memberikan pernikahan impian Elea.
"Aku mencintaimu, Elea," Bara memejamkan matanya, mencoba menikmati debaran di hatinya.
bersambung ...
Maaf typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Rahasia Tuan Bara
RomanceBukan ingin Elea terlahir dari rahim seorang istri siri yang dicap sebagai pelakor, sejak sang ibu meninggal, Eleanor tinggal bersama ayah kandung dan istri sah sang ayah. Sejak kecil ia tak merasakan kasih sayang dari ayah kandungnya, tinggal di ru...