Bab.5

78 6 0
                                    

Semoga suka 🍃🍃

Bara melajukan kecepatan mobilnya dengan penuh, walau pada akhirnya dia terjebak macet karena jam pulang kantor. Dia berdecak dengan kesal, memukul stir mobil untuk melampiaskan kemarahannya.

Jika Bara sadar, seharusnya dia bisa berpikir dengan jernih mengapa dia bisa semarah ini. Padahal Bara tak pernah menganggap Elea istrinya, bahkan Bara sendiri pergi dengan gadis lain. Akhirnya mobil kembali bergerak, Bara dengan kecepatan penuh melaju menuju kawasan apartemen.

Berpuluh menit kemudian, Bara sudah sampai dan memberikan kunci mobil pada petugas keamanan. 

"Kenapa kau, membiarkan lelaki masuk tanpa seizin ku?" tanya Bara pada Nino, setelah sampai di lantai unit tempat Elea berada.

"Maaf tuan, saya tidak mungkin melarang orang lain. Karena mereka bisa curiga, baru kali ini Elea kedatangan tamu lelaki." Jelas Nino, dengan wajah menunduk.

"Hah, sekarang lelaki itu kemana?"

"Sudah kembali ke unitnya," Nino menunjuk pintu sebelah, dimana tempat Adrian tinggal. Bara menatap pintu yang tertutup rapat, ingin rasanya dia mendobrak dan menghajar lelaki tersebut.

Bara menekan password apartemennya, lalu membuka dengan kasar. Sepi tak ada siapa pun.

"Mungkin di kamar," gumam Bara, dia berjalan dengan langkah lebar. Tanpa mengetuk, dia membuka pintu kamar begitu saja dimana Elea baru selesai mandi. Dan masih menggunakan handuk, yang melilit di tubuhnya.

"Ba-Bara." Pekik Elea, dia buru-buru berbalik. Sedangkan Bara masih membeku di ambang pintu, beruntung pintu utama sudah tertutup jika tidak Nino akan melihat pemandangan yang tak seharusnya.

Elea kembali ke kamar mandi, beruntung baju ganti sudah dia bawa.

"Kenapa Bara datang?" tanya Elea dalam hati.

Lima menit kemudian, Elea keluar dari kamar mandi. Dia masih melihat Bara sedang duduk di sofa dekat jendela, Bara menatap tajam Elea yang menunduk setelah menatapnya sekilas. Bara bisa melihat dengan jelas wajah polos Elea, terlihat cantik natural tak seperti Tiana yang sudah pernah di operasi wajah.

Bara berdiri dan menghampiri Elea yang masih menunduk.

"Angkat wajahmu," titah Bara. Namun, Elea hanya diam saja tak ingin menatap Bara.

"Elea," panggil Bara dengan dingin. "aku suami mu Elea,"

Akhirnya dengan terpaksa Elea menatap wajah Bara yang sedang menahan marah, dalam hati Elea bertanya-tanya ada apa dengan Bara.

"Siapa dia?" tanya Bara langsung, dia tidak suka basa-basi.

"Dia? Dia siapa?" Elea bingung dengan pertanyaan Bara.

"Jangan pura-pura bodoh Elea, siapa lelaki yang siang tadi bersama mu!"

"Lelaki," cicitnya.

"Siapa?" tanya Bara dengan tatapan dingin dan tajam.

"Dia.. dia, tetangga sebelah Bara." Jawab Elea dengan jujur.

"Sejak kapan kalian, kenalan? Kamu tahu Elea, aku adalah suamimu. Tidak baik jika seorang perempuan beristri berduaan dengan laki-laki lain." Ucap Bara penuh penekanan, membuat Elea menatap Bara tak percaya.

"Apa maksudmu, Bara? Kamu menuduh aku ada perasaan dengan lelaki lain, begitu?" Elea tersenyum sinis menatap lelaki, yang berstatus suami dihadapannya ini.

"Apa kamu cemburu heh, apa kamu mulai menyukaiku? Kenapa kamu harus marah, aku saja tidak marah saat kamu berduaan dengan Tiana!" marah Elea.

Bara tersentak dengan perkataan Elea, cemburu, marah, suka. Apa iya? Bara mendengus dengan kesal, semua tuduhan yang Elea berikan adalah salah.

"Jangan ge-er, aku tidak mencintai mu Elea. Aku hanya tak ingin, ada orang yang tahu kalau kamu jalan dengan lelaki lain." Kilah Bara, mendengar jawaban sang suami yang tak masuk akal. Membuat Elea tersenyum sinis.

"Orang luar tidak akan tahu, aku adalah istrimu Tuan Bara." Ucap Elea penuh penekanan.

"Aku," tunjuk Elea pada diri sendiri.

"Aku hanya istri rahasiamu, Bara." Lirih Elea.

"Semua orang tidak akan tahu, kalau aku adalah anak dari tuan Bima. Dan istri darimu Bara, jangan khawatir." Elea menggeleng dan menatap sendu Bara.

Bara mematung menatap punggung Elea yang keluar dari kamar, dia meremas rambutnya frustasi. Dan baru menyadari kalau dia bertindak, seolah dia adalah suami yang peduli. Padahal jika di pikirkan, dia yang paling jahat. Menemui Elea sesuka hati dan yang paling parah dia mencintai gadis lain, gadis yang tak lain adalah kakak tiri Elea.

"Ada apa denganku," gumamnya, Bara memutuskan untuk menyusul Elea. Dia melihat Elea duduk di pantry dapur, sesekali menyeka air matanya.

"Elea."

"Maafkan aku, seharusnya aku tak bersikap kurang ajar pada mu Bara. Harusnya aku tau diri, ada seseorang yang mau menerima anak pelakor seperti ku." Ucap Elea, dia meninggalkan Bara sendiri yang masih diam ditempat.

Elea sendiri mengunci pintu kamar dan luruh ke lantai, dia menangis tersedu-sedu. Menangisi cintanya, menangisi takdir juga hidupnya. 

***

Keesokan paginya.

"Bara," desisnya saat melihat Bara yang tertidur di ruang tamu.

Elea menghembuskan nafasnya dengan pelan, tak ingin ribut di pagi hari dia memutuskan untuk membuat sarapan. Kemarin Adrian berjanji, akan membawanya ke toko kue miliknya. Jadi dia tak ingin merusak mood paginya.

Bara yang baru terlelap pukul dua dini hari, terbangun oleh suara yang berasal dari dapur. Dia melihat jam dinding menunjukan pukul setengah enam pagi, Bara mengintip ke arah dapur dimana Elea tengah menyiapkan sarapan.

"Sudah bangun?" tanya Elea, membuat Bara terlonjak dan menoleh seketika. Entahlah, setelah kejadian kemarin dia sering melamun dan salah tingkah saat di hadapan Elea.

"Sudah," sahut Bara dengan dingin.

"Mandilah, setelah itu sarapan. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu," ujar Elea.

Bara menurut, karena dia ada meeting pukul tujuh pagi. Beruntung di lemari ada beberapa baju ganti miliknya, jika sewaktu-waktu dia datang menemui Elea.

Beberapa menit kemudian, Bara sudah selesai membersihkan diri. Begitu juga Elea, di sudah terlihat lebih segar dengan dress berwarna biru. Dress yang dibeli saat pergi bersama Bima ke salah satu negara.

"Kamu mau kemana?" tanya Bara.

"Di rumah," sahut Elea singkat, membuat Bara menghembuskan nafasnya dengan pelan.

"Jika kamu ingin pergi, kamu harus bersama Nino. Dan harus atas izinku!"

Mendengar ucapan tersebut, Elea meletakan sendok dengan kasar. Dia menatap Bara dengan tatapan yang sulit dibaca.

"Kenapa? Kenapa kamu mengaturku, Bara? Aku juga ingin seperti yang lain, bekerja, keluar rumah, menikmati hari. Bukan di sini, di apartemen sendiri." Protes Elea, semalam Elea menyadari bahwa hidupnya dikekang oleh Bara. Dia dilarang untuk ini dan itu, sedangkan Bara. Dia boleh melakukan apa pun yang dia mau, bahkan dekat dengan Tatiana. 

"Ingat Elea, jangan sampai semua orang tahu siapa kamu. Atau sampai pernikahan ini bocor keluar, kamu akan tau akibatnya!" ancam Bara.

"Karena nyonya Mala, tidak ingin tahu siapa kamu. Jika semua orang tahu, maka reputasi keluarga mereka akan hancur!" Jelas Bara, lalu pergi begitu saja meninggalkan Elea yang berusaha menerima semua perkataan Bara. Bahkan sarapan yang Elea buat, tak Bara sentuh sama sekali.

Ingin rasanya Elea memaki dan memberontak, tapi dia lemah dan tak mampu. Semua karena keadaan dan lagi-lagi dia menyalahkan takdir.

bersambung ...

Istri Rahasia Tuan BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang