Bab.12

70 5 0
                                    

Bara kira meluluhkan hati perempuan sangatlah mudah. Namun, semua tak sesuai dengan ekspektasi yang dibayangkan. Elea tak seperti perempuan kebanyakan lainnya, jika diberi bunga dan coklat akan luluh dan langsung memeluk lelakinya.

"Bara," kesal Elea, sejak tadi Bara terus saja mengikutinya dari belakang. Membuat Elea tak leluasa bergerak lebih baik Bara tetap di ruang kerja, dari pada kembali ke kamar.

"Kenapa sayang," tanya Bara, panggilan sayang membuatnya terasa geli sendiri.

"Apaan sih kamu, sayang-sayang." Omel Elea. "minggir Bara, aku mau turun."

"Mau ngapain sih, di bawah sudah ada pekerja Elea. Jadi kamu tidak perlu melakukan apa pun!" ucap Bara dengan tegas.

Huh! Elea membuang nafasnya dengan kasar, memilih mengalah dan duduk ditepi ranjang memperhatikan Bara yang tersenyum manis ke arahnya.

"Jangan senyum, jelek." Ketusnya, tapi Bara malah tertawa sikap ketus sang istri sangatlah lucu dimatanya.

Refleks Bara mencubit pipi Elea dengan keras.

"Kamu kok, lucu banget sih... Ihh menggemaskan." Celetuk Bara.

"Bara," pekik Elea, dia memukul dada sang suami sepuas hati. Bara malah tertawa dan membawa Ela kedalam pelukannya.

Posisi yang sangat intim membuat Elea jadi canggung, bukannya melepaskan Bara malah mengeratkan pelukannya pada Elea. Dan menyadari tubuh kurus sang istri.

"Maafkan aku, Elea." Bisik Bara, lalu tanpa segan Bara mengecup bibir yang sejak tadi menggodanya. Diamnya Elea membuat Bara, melanjutkan aksinya dari mengecup sampai melumat.

"Bara," desis Elea, dia menjauhkan wajahnya dari Bara dan menatap lelaki dihadapannya tersebut.

"Ki-kita, belum boleh melakukannya." Cicit Elea dengan malu.

"Aku akan sabar, sampai saat itu tiba. Dimana aku akan memperlakukanmu dengan lembut dan istimewa," tutur Bara, sekali lagi mengecup bibir Elea. Lalu memeluk istrinya dengan erat.

Satu hal yang Bara yakini adalah, dia sudah yakin dengan perasaannya pada Elea. 

****

Sementara itu 

Tatiana sudah uring-uringan karena selama satu minggu, Bara sulit dihubungi. Entah dimana lelaki itu, ingin menyusul ke tempat Elea tapi dia tak tahu dimana. Tiana pasti yakin, Bara bersama anak pelakor tersebut.

"Kamu kenapa sih?" tanya Mala, saat melihat anaknya mondar mandir terus.

"Bara gak bisa di hubungi, Ma. Aku kesal banget," adu Tiana, dia mendudukkan bokongnya di samping sang mama yang sedang membaca berita terkini.

"Mungkin dia sibuk," sahut Mala.

"Heh, sibuk apanya? Orang papa aja ada dirumah, dan bilang Bara sedang cuti." Kesal Tiana, dia melipat tangan didada menatap Mala yang asik dengan tabletnya.

"Mama..." Rengek Tiana.

"Ada apa, Tiana?" tanya Mala dengan lembut.

"Ayo cari Bara," pinta Tiana.

Mala membuang nafasnya dengan pelan, menatap anak perempuannya. 

"Kamu, beneran suka sama Bara?"

"Iya, aku cinta sama dia. Dia cinta pertama aku ma, aku gak rela jika Bara menghabiskan waktu dengan anak pelakor itu."

"Baiklah, mama akan menghubungi Bara." Putus Mala, sejak dulu Mala memang selalu memanjakan sang anak dan menuruti semua kemauan Tiana. Dibanding Tristan, Mala lebih menyayangi Tiana.

Mala menghubungi Bara. Namun, panggilannya tak ada yang dia jawab sama sekali.

"Gimana, ma?" tanya Tiana.

"Tidak diangkat." Mala melihatkan riwayat panggilannya, membuat Tiana kecewa.

"Ini semua gara-gara, papa. Papa lebih sayang anak itu dibanding aku," celetuk Tiana, dia pergi meninggalkan Mala yang hanya diam. 

Mala memang tak suka jika Elea ada dirumah ini, karena selalu mengingatkannya pada pengkhianatan Bima. Apalagi wajah Elea, begitu mirip dengan Mina wanita yang sudah merebut Bima dari sisinya.

Mala memejamkan mata, dia tak pernah tahu cerita yang sebenarnya versi Mina. Dia selalu menyalahkan semua kesalahan Bima dan Mina pada Elea, padahal Elea selalu menuruti apa yang dia kata.

***

Adrian yang sampai ruangan rawat Elea, terkejut saat suster memberitahu bahwa Elea sudah pulang. 

"Kemana Elea? Aku tidak melihatnya pulang." Adrian menatap jalanan yang ramai lancar, dia mulai berpikir kemana Bara membawa Elea.

Adrian memutuskan untuk kembali ke apartemen, berharap ada petunjuk keberadaan Elea. Seandainya ponsel Elea aktif, dia tak bersusah payah untuk kesana kemari seperti orang kehilangan tujuan.

"Semoga kamu baik-baik saja, Elea." Doa Adrian, daripada berkendara tak jelas. Adrian memilih untuk pergi ke cafe miliknya.

Sedangkan di sisi lain, orang tua Bara baru saja tiba di stasiun. Mereka baru saja tiba dari kampung halaman, untuk bertemu dengan Bara dan Elea.

"Ingat bu, kita tidak usah ikut campur masalah anak kita. Elea adalah pilihan Bara, dia sudah menjadi istri Bara jadi hormati keputusan anak kita!" ucap ayah Bara dengan tegas, menatap serius sang istri.

"Iya pak, iya, bapak tenang saja pokoknya." Celetuk sang istri, yang mulai duduk dengan nyaman di dalam taxi. Tujuannya adalah apartemen milik Bara.

Ayah Bara menikmati pemandangan kota Jakarta yang telah lama ditinggalkan, dan memilih untuk tinggal di kampung saja.

bersambung ...

Maaf typo 🙏

Istri Rahasia Tuan BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang