Bab.9

64 6 0
                                    

Sementara itu keluarga Bima.

Mala yang mengetahui bahwa Elea membutuhkan darah, langsung mengajak seluruh anggota keluarganya untuk pergi jalan-jalan secara mendadak.

"Kok mendadak sih, ma." Protes Tiana.

"Maaf sayang, mama gak bermaksud. Lagian kamu dan Tristan kan sedang libur juga, jadi kapan lagi me time sekeluarga." Jelas Mala, membuat Tiana membuang nafas dengan kasar.

Rencananya dia ingin menghabiskan waktu dengan Bara, pergi kemana pun dia mau tapi sang mama telah memiliki rencana lain. Bima sendiri dia merasakan perasaan cemas dan gundah dalam hatinya, entah perasaan seperti apa yang dia rasakan kini.

"Papa ayo cepat," ajak Tristan, dia baru saja selesai dari kamarnya.

"Iya, ayo." Tristan dan Bima pun turun bersama, walau hatinya tak tenang. Dia berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan istri dan anak-anaknya.

***

Saat pesta tersebut, Bara tiba-tiba merasakan panas di sekujur tubuhnya setelah keluar dari ruangan sang tuan.

"Astaga, kenapa panas sekali. Apa yang tuan Bima masukan? Apa jangan-jangan ... Tidak, tidak tuan Bima tidak mungkin seperti itu," gumam Bara, dia memutuskan untuk pergi ke kamarnya untuk meredam rasa tak nyaman di tubuhnya.

Belum sampai Bara ke kamarnya, dia melihat seorang gadis yang sangat mirip dengan Tiana.

"Tiana," desis Bara, penampilannya sangatlah seksi dan membuat nafsu Bara meningkat dua kali lebih cepat.

"Aku menginginkan mu," ujar Bara, dia menarik gadis tersebut dan memasuki kamar tamu yang jauh dari keramaian.

Malam itu, Bara sangat menikmati penyatuan tersebut. Walau dia tahu gadis yang dia sentuh sudah menangis dan memohon, mungkin dia juga pingsan. Tapi Bara tak peduli, yang dia inginkan hanya lah menuntaskan apa yang dia inginkan.

Pagi menyapa, Bara sudah bangun lebih dulu. Dia mengingat apa yang terjadi semalam, dan langsung melirik ke arah samping dimana Elea tengah tertidur lelap dengan tubuh polos dan tanda merah di sekitar dada.

"Elea," gumam Bara, ada rasa sesal dalam hati Bara. Saat tahu bahwa Elea adalah korban kebejatannya, dia membuang nafas dengan kasar.

Namun, saat Elea bergerak kecil Bara langsung pura-pura tidur kembali. Dan membiarkan Elea yang disalahkan, dia menatap Bima yang juga menatapnya dengan lekat. Seolah berbicara dengan isyarat, bahwa dia memohon untuk menyelamatkan Elea. Dan menikahinya, Bara pun menuruti permintaan Bima. Tapi Tiana meminta dirinya, untuk menceraikan Elea setelah dipastikan Elea tidak hamil anaknya. Sedikit kejam, tapi dia memang tak siap untuk memiliki anak dengan Elea.

Bara selalu menuruti keinginan Tiana dari kecil, karena bagi Bara Tiana adalah prioritasnya.

****

Lamunan Bara buyar, saat pintu ruangan terbuka dan dokter tersenyum ke arahnya juga Adrian. Laki-laki itu, masih ada di ruang tunggu untuk memastikan Elea baik-baik saja.

"Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Bara dan Adrian serempak, dokter hanya tersenyum kecil.

"Pasien sudah melewati masa kritisnya, bersyukur tuan Adrian mau mendonorkan darahnya. Jika tidak, mungkin pasien sudah tak selamat." Jelas dokter, membuat Bara dan Adrian membuang nafas dengan lega.

"Syukurlah," gumam Adrian.

Dokter pun memberitahu, bahwa sebentar lagi Elea akan dibawa ke ruang perawatan. 

Beberapa menit kemudian, ranjang rawat Elea keluar Adrian dan Bara mengikutinya dari belakang. Sebelum masuk ke dalam lift, Bara sudah menghentikan Adrian dia ingin bicara dengan lelaki tersebut.

Istri Rahasia Tuan BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang