Bab 26. Perseteruan

872 22 0
                                    

Sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan, tubuh Fariz tiba-tiba ditarik oleh Dini. Ia tidak terima Fariz dengan mudahnya menemui Dinda, setelah berpoligami di belakang adiknya.

"Dini, hentikan!" Zahid lagi-lagi harus menahan sabar untuk menengahi keduanya.

"Aku akan memberitahukan ayahku tentang siapa kamu sebenarnya!" Tekan Dini dengan ekspresi marah.

"Aku tidak melakukan apa-apa, kenapa kamu terus menyalahkanku? Dinda sakit, saat ini dia butuh dukungan semua orang. Jangan membuat Dinda drop hanya karena mendengar keributan kita," jawab Fariz geram.

"Karena sumber masalah itu kamu!"

Fariz berusaha bodo amat, ia masih tidak paham dengan jalan pikiran Dini. Ia kembali melangkah masuk ke dalam ruangan, tapi Dini lagi-lagi mencegahnya.

"Kita bicarakan masalah ini nanti, saat ini Dinda sedang membutuhkan suaminya!" Hentak Fariz melayangkan tangan Dini yang berusaha mencegahnya masuk.

"Halah, suami macam apa kamu yang tega berduaan dengan perempuan di luar sana tapi sok baik kayak gini. Jangan pernah sekalipun menyentuh Dinda dengan tangan kotormu!"

"Dinda adalah istriku, aku berhak menyentuh ataupun melakukan hal lebih dari menyentuh tangannya!" Tegas Fariz memperingatkan.

"Jangan pikir aku tidak tahu dengan tabiat kamu di belakang Dinda. Kembalikan Dinda ke pesantren atau aku yang akan membongkar semuanya pada keluarga besar."

Wajah Fariz mendadak tegang, apa yang diketahui oleh Dini sebenarnya? Apakah dia tahu tentang Alisba?

"Masuk Fariz, biar aku yang akan mengurusnya."

"Aku tidak akan membiarkan adikku dibodohi oleh sikap baikmu!" Berontak Dini tidak terima dihadang oleh Zahid untuk mencegah Fariz masuk ke dalam ruangan Dinda.

Tapi, kekuatan Zahid jauh lebih besar sehingga membuat pria itu lolos masuk ke dalam. Terlihat Dini mengacak-acak Zahid ikut murka karena sikapnya.

"Apa maksudmu mengatakan itu? Apa kamu berusaha merusak rumah tangga adikmu?!" Omel Zahid menasihati.

Dini malah duduk lantas menangis cukup deras. Ia masih tidak terima dan tidak ikhlas menerima kenyataan bahwa adiknya dipoligami oleh pria yang dulu ia cintai dan dambakan. Kenapa semudah itu Fariz melakukannya? Dan kenapa Dinda tidak mengetahui tentang hal itu? Bukankah saat melakukan poligami seorang suami harus meminta izin terlebih dahulu kepada istrinya?

"Jangan pernah mengulangi sikap kekanakanmu!" Tegas Zahid padanya.

"Jadi, kamu menyuruhku diam saat adikku diperlakukan buruk oleh suaminya?"

"Darimana kamu tau kalo adikmu diperlukan tidak baik?"

"Buktinya sekarang dia masuk rumah sakit, ini membuktikan kalo Fariz tidak becus mengurus istrinya!"

"Sudah berapa kali aku bilang, jangan pernah melihat masalah hanya dari satu sisi saja!"

"Kamu memang suka membela kaummu yang bermasalah itu, suatu hari kalo kamu ingin berpoligami, katakan dan aku bisa pulang ke orang tuaku!"

Zahid lagi-lagi kena imbasnya, ia memijit tulang hidungnya pening karena sikap Dini yang terlalu ribut mempermasalahkan hal yang di luar kehendaknya. Dini selalu overthinking terhadap semua masalah, seolah masalah itu akan berpengaruh juga kepada hidupnya. Apakah ia terlalu trauma dikhianati Fariz sehingga bersikap arogan seperti ini?

****

Fariz masih berdiri di depan muka pintu. Ia tak kuat untuk mendekati Dinda setelah apa yang ia lakukan di belakangnya, juga terus memikirkan ucapan Dini yang terus menyalahkannya. Ia hanya bisa mengamati Dinda yang sedang terbaring lemah sambil menatapnya dengan tatapan kosong. Hati Fariz hancur, ia tidak pernah melihat istrinya selemah ini. Dinda yang biasa menyambutnya dengan senyum penuh semangat tampak membisu diam dibungkam alat oksigen.

Sujud Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang