Prolog

3.4K 249 0
                                    


Di sebuah gudang rumah keluarga Baskara yang gelap dan hanya di terangi oleh satu  lampu di sana, hanya ada suara pukulan dan dan suara makian untuk seorang pemuda berumur 17 tahun.

"Adik kamu kecelakaan karena kamu bocah sialan!!!. " Hardik pria paruh baya dengan nafas terengah engah setelah memukuli tubuh anak kandungnya sendiri. Zero Arman Baskara.

Sedangkan wanita di sebelah nya tampak menatap sinis wajah pemuda yang di penuhi luka lebam itu, tak ada raut kasihan dari wajah nya. Vera Sekar Baskara.

Vera memang tak ikut andil dalam memukuli anak nya yang bernama Renaldy Geovano Baskara, namun Vera turut memaki nya dari tadi tanpa menatap netra anak nya yang sayu. Anak nya itu tengah menunduk dengan posisi duduk.

Ucapan dari Ayah dan Ibu nya, terdengar di telinga Renal, lelaki itu terkekeh miris di dalam hati, hati nya teriris mendengar nya. Siapa yang tak sakit hati mendengar makian dari kedua orang yang paling ia sayangi?

"Kenapa kau harus lahir dari rahim saya?!. Lebih baik kau mati saja!!."

"Kau harus nya mati saja sialan!!."

Kali ini ucapan kedua orangtuanya membuat nya tertegun lantas ia mendongak menatap kedua orang tua nya dengan sayu. Vera dan Zero juga ikut tertegun saat netra yang selalu dingin menatap nya kini seolah meleleh dengan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya, ada rasa aneh yang mereka rasakan saat melihat raut wajah anak itu.

Vera dan Zero menepis rasa itu lalu Zero menampar kuat pipi Renal dengan kuat hingga membuat sudut anak nya itu robek. Vera hanya menatap nya datar.

"Ck! Kita membuang waktu, mas. Lebih baik kita pergi ke rumah sakit melihat keadaan Erza." Ucap Vera diangguki Zero, mereka lantas pergi meninggalkan Renal yang terdiam dengan menunduk.

Selepas kepergian mereka, Renal benar benar menangis, lelaki yang selalu bertahan hidup dengan cara memendam semua nya sendiri kini melampiaskan kemarahannya dan kesedihan nya.

Renal meredakan tangisannya lalu pergi dengan pakaiannya yang berantakan. Kaki nya berjalan membuka pintu gudang yang sengaja tidak di kunci oleh kedua orangtuanya.

Renal menuruni tangga. Wajah nya dama sekali tidak berwajah datar lagi hanya tatapan kosong serta raut putus asa yang terlihat, seperti nya orang tua nya telah pergi ke rumah sakit meninggalkan nya.

"Ya ampun den!! Aden duduk dulu, biar bibi obatin!!," Cemas seorang wanita paruh baya yang melihat tuan nya berjalan di tangga.

Wanita itu adalah salah satu pelayan yang sudah ada sendari Renal kecil, Renal memang sudah di rawat oleh nya, Bibi Li panggilan dari Renal, Renal bersyukur masih bisa merasakan apa itu kasih sayang walau bukan dari kedua orang tua nya.

Seulas senyum tipis terdapat dari raut Renal, tangannya mencekal tangan Bibi Li yang ingin mengambil P3K, merasa tangannya di tahan Bibi Li kembali menatap Renal.

"Ga usah, bi. Soal nya Renal mah pergi dulu," ucapan Renal membuat Bibi Li mengerutkan keningnya heran.

"Kemana den?."

"Bibi ga usah tau, ya udah Renal pergi ya!! Dadah!!," Untuk pertama kali nya Bibi Li melihat senyum lebar Renal dan sikap Renal yang terbuka, namun ada perasaan janggal di hati nya saat melihat punggung ringkih itu menjauh.

Renal memutar badannya.
"Makasih ya bi!! Atas semua jasa yang Bibi Li lakukan buat Renal!!." Seru Renal seraya melambaikan tangan dan kembali membalikkan badan.

•••

Di saat sudah keluar dari mansion besar milik keluarga nya, Renal berjalan dengan binar redup nya, terlarut dalam kesedihannya membuat nya tak sadar bahwa sekarang ia sampai di pinggir jalan raya yang tidak begitu ramai namun tak sepi juga di malam hari.

Mata itu menatap bangunan yang berdiri kokoh di pinggir jalanan. Namun matanya kembali menatap jalan, pikiran yang teringat dengan kalimat itu membuat nya mendekati jalan tersebut dengan tatapan kosongnya.

Renal mendengar suara klakson truk membuat nya menoleh melihat cahaya yang berasal dari lampu mobil, senyum indah yang pertama kali Renal tampilkan setelah sekian lama terkurung di dalam kejam nya dunia.

Tin

Tin

Tin

Mata indah dengan netra coklat terang nya itu menutup membiarkan tubuh nya yang lelah dengan masalah masalah yang ia hadapi.

Brak!!!

Tubuh Renal terpental jauh dan membentur pembatas jalan dengan sangat keras. Ia merasakan tulang nya remuk seluruh nya, bau anyir tercium karena kepala, hidung, mulut dan telinga mengeluarkan darah yang sangat banyak.

Rasa lega Renal rasakan walau ada rasa sakit karena tubuh nya terluka hebat. Di tengah rasa sakit itu Renal merasa bahagia dan lega akhir nya ia tak perlu berurusan dengan dunia ini.

"Semoga ... Erza adik Gue gak mewek, Gue tinggalin duluan." Batinnya teringat dengan sifat manja adik nya itu.

Nafas nya semakin berat, dan lama kelamaan  nafas itu menghilang bersamaan dengan kesadaran Renal.

****

Di beritahukan author ini sedang menunggu vote dari kalian semua!!

Menerima saran maupun kritikan, tapi kritikan nya yang wajar wajar aja maksudnya jangan berlebihan ya!!

Author ingatkan kalau cerita ini hanya bersifat fiksi!!

RENAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang