Chapter 11

1.1K 70 0
                                    

Hallooww guysss

Kembali lagi dengan kyuu ✨✨✨




Di tempat yang cukup ramai dengan beberapa orang duduk di masing-masing kursi yang ada di meja makan. Awalnya mereka hanya dilanda kesunyian hingga salah satu dari mereka bersuara.

"Tante dengar kamu amnesia Rendy?" Suara dari wanita yang tampak anggun dengan rambut tergerai indah berwarna coklat terang itu menatap Rendy dengan senyum manisnya. Raya Fera Bramasta.

Ternyata, ada beberapa orang lagi yang tdi tidak di sebut oleh Gavin saat sebelum memasuki rumah.

Rendy menjawab dengan anggukan singkat.

"Cih, sok-sokan singkat," cibir salah seorang lelaki dengan wajah sinis-nya itu. Semua orang pun menatapnya. Javier Hernandez Bramasta, anak dari Raya dan Krisar.

Raya yang duduk di samping Javier itu mencubit lengan sang anak karena mendengar ucapan Javier yang tidak sopan.

"Jav, jangan kayak gitu," kata Raya membuat Javier mendengus samar.

"Ah, ya, mari kita berkenalan dulu, kenalkan ini kakek. Kakek Nikel." Kakek Nikel memperkenalkan dirinya.

"Ini, nenek Erlin." Nenek Erlin menunjuk diri sendiri sebagai perkenalan diri.

"Kalo gue-- aku Daniel." Ujar Daniel yang duduk di samping kiri Kakek Nikel. Jujur tadi ia keceplosan ngomong bahasa gaul, di keluarga ini tidak di perbolehkan menggunakan bahasa gaul saat berkumpul.

"Nah, kalo aku ini Mahen!! Eh iya sekalian ku kenalin samping ku Samudra. Samudra ini emang orangnya irit bicara bangettttttttt, makanya ku kenalin." Ucap Mahen tersenyum manis sedangkan Samudra sedikit mencibir Mahen di dalam hati.

Rendy mengangguk paham.

"Ya udah ayuk makan," kata Airi tersenyum.

Mereka mengangguk dan mulai dengan acara makan.

****

Sehabisnya makan, mereka kumpul di ruang keluarga kecuali Raya dan Javier yang entah kemana mereka. Sedangkan yang lain tengah berkumpul dan sesekali tawa terdengar.

"Arsa di mana sih? Kok aku baru nyadar gak ada Arsa." Daniel celingak-celinguk mencari keberadaan anak tertua di keluarga Bramasta.

Gavin yang duduk di sebelahnya itu sedikit menjitak kepala Daniel. Dari dulu Daniel memang tidak berubah selalu memanggil anak tertua keluarga Bramasta tanpa embel-embel 'kakak'.

"Duh, kenapa sih?!" Daniel menatap ke samping dengan pandangan sinis-nya, tangannya masih mengelus kepalanya yang sakit.

"Arsa, itu anak tertua, Niel...," kata Gavin tersenyum sabar.

"Kak Apin juga manggil Arsa!" Ujar Mahen.

Mereka semua tertawa mendengarnya, kecuali Samudra, Erland dan Rendy.

"Udah-udah kalian ini, berantem terus dari tadi," ucap Airi.

Rendy yang tiba-tiba berdiri itu membuat semua pasang mata menatapnya.

"Kamu mau kemana, Ren?" Tanya Kakek Nikel mewakili yang lain.

"Toilet." Jawabnya lalu berjalan menuju arah toilet yang ada di lantai bawah.

Sepeninggalannya Rendy, raut wajah mereka berubah drastis.

"Setelah amnesia cucuku yang satu ini mirip sekali dengan Erland anakku," ungkap Nenek Erlin.

"Lah? Menurut nenek, kak Clovis dan kak Zero mirip siapa kalo bukan mirip papa?" Kata Gavin mengingat kakak ke-2 dan ke-3 nya itu.

"Eh iya, kak Arsa apalagi, mirip banget sama papa," sambung Daniel diangguki Mahen.

Erland yang menjadi bahan pembicaraan itu sedikit mencibir dalam hati.

"Lagian itu semua bibit unggul seorang Erland William Bramasta." Batinnya.

Sedangkan Rendy sedang diam, badannya ber-sender pada tembok yang di dekat pintu. Ia ber-sedekap dada seraya memejamkan matanya.

"Vier, seharusnya kau jangan seperti tadi lagi?!"

"Aku benar-benar malas melihat wajah bocah itu, mami."

"Bersabarlah, kita pasti akan mendapatkan harta keluarga ini dan menendang Rendy dari keluarga ini."

Rendy membuka matanya lalu menegakkan tubuhnya kembali dan pergi begitu saja dengan tenang. Musuh mulai terlihat.

Sebenarnya Rendy juga masih belum tau mengapa bisa Rendy asli berakhir koma di rumah sakit. Itu teka-teki yang belum ia ketahui.

*****

Vote
Komen
Follow

RENAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang