Chapter 2

2.6K 190 3
                                    

"Gue iri dengan keluarga ini."

•••••

Mereka sudah ada di bandara Soekarno-Hatta, Airi, Erland dan Rendy berjalan, mereka ber-3 di tatap karena paras mereka yang tak main main, apalagi anak nya itu. Paras nya yang seakan dari pangeran membuat nya di kagumi.

"Sayang ... Nanti kita akan di jemput oleh pak Jio, Jio itu supir pribadi keluarga kita yang idah kerja lama di keluarga kita sayang." Jelas Airi di balas anggukan singkat oleh Rendy.

Dalam hati nya Airi merasa sedih akibat tidak bisa melihat sikap anak nya yang manja, aktif dan usil nya. Begitu pun Erland ia rindu dengan senyum manis milik anak bungsunya itu.

Mata Rendy menelisik tajam ke arah seorang pria paruh baya yang berumur 60 tahun itu yang sedang berdiri di samping mobil berwarna hitam yang tentunya harganya yang tak main main.

"Pak Jio ya?," gumam Rendy.

"Selamat atas kesembuhan tuan Rendy, Nyonya Tuan." Ucap Pak Jio dengan senyumnya.

"Terima kasih, pak," kata Airi tersenyum ramah. Sedangkan Erland tetap dengan wajah datar nya itu, tangan satu nya merangkul posesif pinggang Airi.

Ke-posesifan Erland dari dulu memang tidak pernah pudar, bahkan saat susah memilik anak ia tetap posesif dengan istri cantik nya itu.

Mata Rendy melirik pasangan yang sangat bucin itu yang mana adalah orang tua pemilik raga yang Renal tepati.

"Ih, pa!." Bisik Airi di telinga Erland.

Erland kembali berbisik.
"Jangan tersenyum di depan lelaki lain selain aku dan anak anak, aku cemburu," bisik nya membuat Airi terkekeh pelan.

Malas dengan situasi ini akhirnya Remdy bersuara.
"Pulang." Ucap nya membuat yanga lain menoleh lalu mengangguk angguk.

"Eh iya, papa sih!," Airi mencubit pelan perut Erland bukannya meringis Erland terkekeh kecil dan amat pelan.

***

Di dalam perjalanan, Rendy terus menerus menatap jalanan yang ramai, ia jadi merindukan adik manis nya itu. Sekarang bagaimana keadaan nya? Apa dia sudah sadar setelah kecelakaannya? Apapun itu Rendy aloas Renal berharap yang terbaik untuk Erza adik nya.

Terlalu dalam melamun membuat dirinya tersentak kali tangan lembut itu memegang pundak nya, membuat Rendy menoleh.

"Nanti kamu akan ketemu dengan semua kakak-kakak mu." Beber Airi yang duduk di samping Rendy sedangkan sang suami memilih duduk di depan.

Rendy terdiam.

"Apa mereka sudah tau tentang aku sudah sadar?," tanya Rendy setelah terdiam.

Airi menggeleng.
"Biar jadi kejutan." Ucap nya lalu tersenyum hangat.

"Apa kamu mengantuk, Ren? Perjalanan mungkin masih jauh, kamu tidur aja," imbuh Airi.

"Aku tidak mengantuk." Balas nya.

Akhirnya mereka menempuh perjalan sekita 2 jam hingga ke mansion super mewah nya itu.

Setibanya di halaman luas mansion tersebut, Pak Jio membukakan pintu mobil agar parah majikannya keluar dari mobil itu. Rendy tetap menatap datar rumah yang sangat megah, mungkin ini lebih megah dari pada milik keluarga nya yang dulu.

Mereka ber-3 memasuki rumah itu, sepi mereka rasakan hingga mereka berjalan ke tuang keluarga mendapati seorang pria dengan pakaian rumahan nya di atas sofa dengan mata nya menatap laptop yang ia pangku.

Helaan nafas panjang terdengar darinya, serta gumaman yang keluar dari bibir nya.
"Adek kapan bangun ya?," tangannya mengelus layar laptop yang terdapat sebuah foto sang adik yang tersenyum manis.

"Adek kapan bangun ya?," tangannya mengelus layar laptop yang terdapat sebuah foto sang adik yang tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rendy

Airi terkekeh kecil melihatnya, sedangkan Erland tersenyum tipis. Rendy? Pemuda itu terdiam mengamati wajah kakak pemilik raga yang ia tempati.

Airi menoleh pada Rendy, ia memegang kedua pundak sang anak dan tersenyum lebar.
"Samperin sana, pasti kakak mu akan sangat senang," ujar nya.

Erland mengusap rambut Rendy dengan lembut.
"Kakak mu rindu dengan mu, Ren."

"Beruntung banget lo, Ren." Batin Rendy mengingat masa lalu nya yang tak menyenangkan.

Kaki Rendy berjalan ke arah pria itu. Sampai ia berhenti tepat di samping kakak nya itu, ada perasaan senang muncul, ini perasaan Rendy yang asli.

"Kakak ...," panggil Rendy dengan wajah datar nya namun suara nya terkesan lembut.

Pria itu menoleh saat mendengar suara yang tak asing, mata nya membulat. Tangannya cepat cepat menaruh laptop nya ke meja dan berdiri masih tak percaya bahwa di depan nya ini benar benar adik nya.

"R-rendy?! Kamu beneran Rendy?!." Tangan besar pria itu memegang kedua pundak itu berharap ini bukan halusinasi.

Rendy mengangguk singkat membuat pria bernama Arsaka Erga Bramasta itu memeluk erat tubuh sang adik membuat Rendy tersentak sebelum membalas pelukan itu dengan kaku dan ragu.

"ADEK!! KAMU UDAH SADAR?!!!." Suara lantang itu membuat nya menjadi pusat perhatian. Seorang lelaki dengan seragam sekolah nya yang masih rapi itu berjalan dengan wajah bahagianya.

***

Banyak typooo ya guys

RENAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang