Chapter 10

1.3K 69 1
                                    


Happy Reading




✨✨✨✨✨✨✨

"Vano, liat itu ada bunga cantik." Seorang wanita cantik yang berjalan dengan seorang lelaki itu menunjuk pada bunga yang ada di pinggir jalan.

Lelaki yang di panggil 'Vano' itu ikut menatap bunganya.
"Iya," jawabnya.

Zella, nama wanita cantik itu cemberut mendengar jawaban singkat padat Vano.

Vano yang melihat wajah cemberut Zella itu tersenyum tipis.
"Katanya mau liat sunset?" Tanya Vano menatap Zella yang ikut menatapnya juga.

Zella mengangguk semangat.
"Di mana, Vano? Masa kita ke pantai, ga keburu," ucap Zella.

Tangan besar Vano mengelus puncak kepala Zella.
"Rumah pohon," balas Vano.

Mata Zella berbinar indah mendengarnya, lantas ia tersenyum lalu berjalan duluan meninggalkan Vano.

Namun Zella berhenti berjalan dan membalikkan badannya.
"Eh iya, rumah pohon tempatnya di mana?" Tanya Zella baru menyadari.

Vano menggeleng heran lalu ia berjalan mendekati Zella.
"Ga jauh dari sini," jawabnya.

Zella mengangguk paham akhirnya mereka berjalan bersama dengan beberapa candaan keluar dari mulut Zella yang di balas dengan jawaban singkat Vano namun terkadang membuat Zella tertawa.

Kaki mereka berhenti di sebuah rumah pohon yang terlihat rapih, dengan pemandangan yang indah membuat Zella tersenyum lalu cepat cepat naik ke rumah pohon.

Vano pun menyusul. Mereka berdua lalu duduk di atas kayu yang masih terlihat bagus dan kiat untuk menampung berat badan mereka.

Zella tampak menikmati pemandangan yang ada di depannya. Namun tiba tiba dia berhenti tersenyum lalu menatap lelaki yang ada di sampingnya.

"Renal."

Renal adalah nama asli Vano yang di mana Vano di ambil dari nama tengahnya. Vano alias Renal menoleh dengan tertegun beberapa saat.

Biasanya Zella akan mengatakan sesuatu yang penting atau serius untuk memanggil nama depannya itu.

"Kita itu dekat tapi gak punya hubungan apa-apa. Jadi sebenernya kita dekat sebagai apa?" ucap Zella menatap lekat lelaki di sampingnya.

Vano terdiam sebelum ia berbicara.
"Gue takut." Ucapan Vano membuat Zella mengurutkan keningnya.

"Renal emang takut apa?" Tanya Zella lembut.

Vano menunduk dalam.
"Takut saat lo udah nyaman gue ninggalin elo, bahkan itu bisa jadi sebaliknya," jawab Vano membuat Zella tertegun.

***

"Rendy, maaf kakak tadi agak lama," ujar Gavin yang baru saja sampai di tempat duduk Rendy. Sedangkan adiknya itu hanya menatap Zella sendari tadi.

Gavin pun ikut menatap ke arah pandangan adiknya.
"Wih, suka ama cewek ya dek?" Goda Gavin membuat Rendy menoleh dan dia baru sadar bahwa Gavin ada di sampingnya.

Rendy menggeleng lalu berdiri dan berjalan duluan membuat Gavin berjalan juga menyusul Rendy.

Di perjalanan Rendy terdiam memikirkan sesuatu. Mengapa Zella di situ? Gimana kabarnya?

Banyak pertanyaan dalam pikiran Rendy hingga Gavin yang duduk di sampingnya itu menjentikkan jarinya membuat Rendy sedikit terkejut lantas menoleh menatap Gavin yang duduk di kursi pengemudi, memamg mereka sudah ada di dalam mobil Gavin.

"Adek kenapa?" Tanya Gavin khawatir.

"Gapapa," jawab Rendy.

"Beneran?" Tanya Gavin sekali lagi.

Rendy mengangguk.

Gavin menghela nafas panjang.
"Ya udah, pake sabuk pengaman dulu," titah Gavin pada Rendy.

Rendy pun beralih memasangkan sabuk pengaman padanya begitupun Gavin.

Setelah itu, Gavin mulai menjalankan mobil itu dengan pelan karena membawa adik kesayangannya itu. Yah, memang kebiasaan Gavin saat mengendarai sebuah kendaraan itu sangat cepat namun karena Rendy, adik bungsunya itu ia harus pelan agar adiknya baik-baik saja.

Rendy yang merasa kecepatan mobil ini sangat pelan lantas berkata.

"Jangan terlalu lamban," kata Rendy.

Gavin menoleh sesaat sebelum kembali fokus pada jalanan.
"Gak bisa, kan kamu ada di sini dek, jadi kita harus pelan." Jawaban itu membuat Rendy mendengus sebal.

Gavin yang mendengar dengusan itu terkekeh kecil.

***

Mobil Gavin sudah memasuki area mansion besar itu, setelah memarkirkan mobilnya Gavin dan Rendy keluar dari mobil dan berjalan ke arah pintu.

"Ada siapa saja?" Tanya Rendy tanpa menoleh.

Gavin justru menatap Rendy.

"Ada, Kakek Nikel, Nenek Erlin, Samudra, Daniel, Javier, dan Mahen," jawab Gavin kembali menatap ke depan.

Seketika langkah Rendy terhenti.

"Vier..."

Gavin pun memberhentikan langkahnya lalu menatap Rendy yang terdiam.

"Adek?" Panggil Gavin mulai mendekati Rendy dan memegang pundaknya.

Rendy menoleh dengan ekspresi sedikit kaget.

"Masuk." Rendy berjalan duluan membuat Gavin pun ikutan berjalan kembali.

***

Follow
Vote
Komen

Sori kali ini chapter nya lebih pendek🙏🙏🙏

RENAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang