Chapter 7

1.5K 100 0
                                    


Akhirnya mereka yaitu Rendra, Rendy dan Gavin sudah ada di kantin. Mereka satu meja dengan Rendra yang duduk di depan Rendy dan Gavin yang duduk sebangku.

Sebenarnya Rendra cukup kesal karena adanya Gavin di sini, kalau Rendy sih tidak apa apa karena Rendy yang Rendra lihat itu kalem dan pendiam pasti tidak akan menganggu berbeda dengan Gavin yang sendari tadi mengoceh terus.

"Ck, lo bisa diem ga sih, Gav," ujar Rendra tanpa mengatakan embel-embel 'Abang' atau 'Kakak' karena merasa tak perlu. Ya memang ini tidak sopan tapi Rendra merasa aneh memanggil Gavin dengan embel-lan itu.

Gavin menoleh.
"He, gue ngomong sama adik gue bukan elu." Balas Gavin.

Rendra memutar bola matanya malas. Lalu mulai kembali memakan mie ayam favoritnya tentu nya Rendy yang membayar.

Rendy sendari tadi hanya menikmati seblak yang kuah nya pucat sekali ini karena Gavin yang tidak memperbolehkan dirinya memakan pedas pedas padahal di kehidupannya yang dulu ia sangat menyukai makanan pedas.

Drttt

Rendy dan Rendra kompak menoleh menatap Gavin yang mendapatkan telpon. Gavin mengambil handphone nya yang ada di kantong celana nya, lalu ia melihat ke arah layar handphone yang sudah menyala.

Gavin tiba tiba berdiri.
"Dek, kakak mau angkat telpon dulu," ucap nya.

"Dra, gue titip adek gue." Lanjut Gavin membuat Rendy mendengus sebal.

"Ya udah, kakak pergi sebentar." Dengan senyum manis ia pergi meninggalkan ke dua remaja itu yang masih terdiam menikmati makanan masing masing.

Rendra melirik makanan Rendy yang terlihat yak ada kehidupan karena kuah makanan itu pucat, walau wajah Rendy datar, Rendra bisa tau kalo Rendy tidak menikmati makanan itu.

Jika di ingat baik baik, Rendra jadi teringat dengan sahabat nya yang dulu sangat menyukai seblak yang pedas. Rendra menghela nafas panjang saat mengingat kenangan itu.

Helaan nafas Rendra membuat Rendy berhenti makan dan menatap Rendra.
"Kenapa?," tanya Rendy.

"Gak." Jawab Rendra kembali memakan mie ayam favoritnya.

Rendy diam kembali memakan seblak nya.

Tiba tiba saja suara keributan terdengar di kantin membuat semua siswa-siswi yang ada di kantin itu menoleh dan mendapati seorang lelaki yang baju nya basah terkena kuah bakso yang masih panas itu meringis kecil.

"SIALAN!! LO NGAPAIN MELISSA, ANJING," suara lelaki dengan pakaian urakan-nya itu mendekat, terlihat wajah nya merah padam menahan amarah.

Lelaki yang berteriak keras itu di ikuti oleh para lelaki lainnya mereka semua adalah kakak kelas 12. Rendy dan Rendra yang masih menyimak.

Namun mata Rendy membulat saat melihat wajah lelaki yang terkena kuah bakso itu. Itu adalah adik nya. Erza!!

Xavier membantu kekasih nya itu dengan lembut, bisa dilihat bahwa lengan mulus kekasih nya itu terkena sedikit kuah bakso yang panas membuat gadis bernama Melissa itu meringis dengan mata yang berkaca kaca. Jika di bandingkan dengan luka yang di dapat oleh lelaki yang ia tabrak tidak ada apa apa nya.

"LO LIAT?! PACAR GUE JADI LUKA GOBLOK!! MAKANYA LIAT PAKE MATA!!." Erza tetap diam menunduk menahan rasa perih yang ada di bagian perut nya yang terluka terkena kuah panas itu.

"Mulai lagi si taik," lirih Rendra menggeram kesal samar. Saat ingin berdiri, tiba tiba Erza melirik sekilas dan meng-kode jangan ikut campur.

Rendy? Lelaki itu sudah benar benar terlihat marah, tangan nya terkepal kuat di bawah meja, urat urat leher nya muncul menandakan bahwa ia benar-benar marah namun Rendy----Renal itu tahan agar tau seberapa jauh Xavier itu bertindak.

"TATAP WAJAH GUE BANGSAT!!" Xavier beralih meraih wajah Erza dengan kasar. Lalu tangannya menampar keras pipi putih Erza hingga tercetak warna merah yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih beserta sudut bibir yang sedikit robek.

Wajah Erza ter-toleh ke samping saking keras nya pukulan. Erza memejamkan matanya sejenak sebelum ia menatap wajah Xavier yang menatapnya nyalang.

Perut Erza di pukul hingga sang empu mundur beberapa langkah dengan kedua tangannya  memegang perut nya, mati matian Erza menahan rasa sakit yang menjadi doubel karena luka yang terkena kuah itu tepat dimana Xavier memukul nya.

Xavier mengambil salah satu minuman yang ada di meja salah satu siswi dan menyiram rambut lelaki itu dengan minuman es jeruk yang pasti akan lengket.

Xavier tersenyum, senyum yang terlihat sangat bahaya.
"Gue ini lagi bantu Lo sampo-an, jadi lo harus ngucapin terimakasih ke gue," ucap Xavier.

Setelah minuman itu habis, Gavin melempar gelas itu ke sembarang tempat dan langsung memukul wajah tampan Erza hingga babak belur.

Beberapa orang yang ada di belakang Xavier berjumlah 4 orang yaitu Bagas, Devano, Rayyan,
dan Kenan di antara mereka tidak ada ketua geng itu karena ketua mereka itu tidak berangkat sekolah karena acara keluarga.

Erza memejamkan matanya dengan nafas yang tak beraturan.

"Bang, gue pengen ikut lo."

Erza membuka matanya lagi hingga pukulan mendarat di wajah nya. Saat ingin memukul lagi, suara gadis yaitu Melissa itu menghentikannya.

"Sayang, udah, lebih baik kita ke UKS dulu. Aku udah maafin Erza," Melissa menatap Xavier dengan mata berkaca kaca.

"Untung Lissa baik hati buat maafin lo, kalau enggak gue udah habisin lo." Xavier kemudian pergi bersama kekasih nya dan para sahabatnya yang lain itu.

Setelah kepergian mereka, Rendra mendekati Erza dan Rendy ikut mendekat, melihat ke adaan adik nya yang tak bisa di bilang baik baik saja.

"Bertahan, Za. Gue akan bawa lo ke rumah sakit," ujar Rendra khawatir.

Erza menggeleng lemah.
"Di UKS aja, bang," kata Erza dengan suara kecil namun masih bisa di dengar.

"Gak! Lo harus kerumah sakit. Lagian mereka juga di UKS, gue muak ngeliat wajah burik mereka!," ucap Rendra lalu membantu Erza berdiri begitupun Rendy yang membantu.

"Lo mau ikut?," tanya Rendra menoleh kesamping.

Rendy mengangguk singkat.

Akhirnya mereka mengantar Erza menggunakan mobil pribadi keluarga Rendra. Memang sengaja Rendra bawa karena ia sedang kagi malas menaiki motor.

****

Masih banyak typo jadi harap maklum ya guys!!

Vote
Komen
Follow

Terimakasih ✨

RENAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang