Chapter 1

2.9K 197 0
                                    

"Di kehidupan ke dua ini, apa gue bisa bahagia?"

•••••••

Seorang pemuda tampan dengan wajah pucat nya terbaring lemah di kamar yang sangat mewah dan megah itu, suasana di kamar itu sunyi dengan beberapa orang di dalam sana.

Sudah 4 bulan pemuda itu koma dan belum ada tanda-tanda akan terbangun membuat kedua orangtuanya khawatir takut anak bungsunya meninggal kannya.

Hingga tangan yang terdapat infus itu bergerak dan perlahan mata indah itu terbuka, matanya masih menyesuaikan cahaya di ruangan tersebut namun pendengaran nya tersebut menangkap suara teriakan membuat nya menoleh dan mendapati wanita cantik yang menangis haru melihat putra nya akhir nya membuka mata nya.

"PA!! PAPA, RENDY SADAR PAH!!." Seru nya membuat seorang pria yang semula duduk di sofa terdekat itu berdiri dengan mata membulat dan segera mendekat kan diri.

"Ren!! Kamu bisa denger Papa?!!." Pria itu menatap penuh harapan anak bungsunya.

Pemuda yang di panggil Rendy merasakan kering di tenggorokan nya yang minta di basahi, dengan suara yang hampir habis Rendy bersuara. "M-minum." Ucap nya membuat Wanita paruh baya itu cepat cepat menuangkan air ke dalam gelas dan memberikan nya kepada Rendy.

"Tangan Gue lemes banget." Batin nya.

Melihat anak nya tak menyambut gelas di tangan nya membuat wanita paruh baya itu membantu nya minum, ia hampir lupa kalau anak bungsunya ini batu bangun dari tidur panjangnya.

Setelah membasahi tenggorokannya. Rendy----Renal baru sadar bahwa ke-dua orang asing yang ada di samping brankar nya, matanya membulat terkejut melihat nya lantas ia berdiri dengan masker oksigen yang memang sudah di lepas saat mau minum.

"Kalian siapa?." Tanyanya membuat kedua orang berbeda gender itu terkejut.

Airi Putri Bramasta. Wanita selaku ibu kandung nya menutup mulutnya terkejut, mata itu mendadak berkaca-kaca, lalu perlahan tangannya memegang lengan sang suami.
"Pa?!! Anak kita kenapa?!! Kenapa ga inget sama kita?!!," kata Airi, sama dengan Airi, Erland William Bramasta.Suami Airi juga sama terkejutnya, anak bungsunya tidak mengingat dirinya dan ibu nya sendiri?

Namun Rendy----Renal tiba tiba memegang kepala nya yang pusing, kepala nya serasa mau pecah hingga ia menjambak rambutnya sendiri membuat Airi dan Erland panik dan langsung segara memencet tombol darurat.

Renal jiwa nya yang memasuki raga Rendy itu pingsan membuat kedua orangtuanya kalang kabut melihat nya. Tak lama kemudian seorang dokter bersama satu perawat datang.

"KENAPA LAMA SEKALI SIALAN!! CEPAT PERIKSA ANAK SAYA!!." Ucap marah Erland dengan mata yang berapi rapi membuat dokter maupun perawat mengangguk lalu cepat cepat mengecek keadaan raga Rendy.

***

Renal sudah sadar bahwa ia mengalami transmigrasi dan itu sempat membuat nya tak percaya, ha? Transmigrasi? Apakah ini mimpi hingga membuat nya mengalami ini semua. Namun saat melihat orang tua dalam raga ini membuat nya percaya akan apa itu transmigrasi.

Sekarang kita panggil Renal dengan sebutan Rendy.

Rendy terdiam menatap kedua orang tua, dia mendapatkan ingatan sedikit dari tubuh ini, namun Rendy memilih untuk berpura pura amnesia.

"Sayang ... Ini Mama, dan di sebelah Mama itu Papa kamu sayang," ucap nya dengan mengelus tangan Rendy lembut namun di tepis pelan oleh Rendy membuat Airi dan Erland terdiam.

Rendy alias Renal sedikit teringat perbuatan orang tua nya yang dulu, Renal benar benar tak sadar telah menepis tangan lembut itu dari tangannya.

"Maaf." Ucap Rendy membuat kedua orang tua nya yang sebelum nya terdiam kini mengangguk dengan senyum kecut nya melihat anak jya itu tidak ingat siapa mereka.

"Gapapa, ya udah istirahat lagi ya? Mama sama Papa bakal ada di sini terus," Rendy mengangguk pelan lalu kembali membaringkan tubuhnya itu.

Mata indah itu terpejam dam menyelam ke dalam mimpi.

Setelah melihat wajah Rendy yang pasti sudah tertidur lelap, wajah sedih terpasang di raut kedua orangtuanya.

"Pah ..., Rendy ga kenal sama kita, bahkan ga mau di sentuh sama kita pah ...," Airi menatap Erland dengan mata berkaca-kaca nya.

Erland menarik tubuh Airi ke dalam dekapannya, dirinya mengelus punggung istri nya untuk menenangkannya, namun sedetik kemudian wajah Erland berubah seperti menahan amarah yang sangat besar.

"Jangan harap kau bisa mati secepat itu, Luis." Batin Erland kejam.

"Shutt, tenang saja ..., Kita bakal bikin Rendy inget sama kita lagi."

Rendy, lelaki itu tak tidur dan mendengar kan ucapan mereka, jujur saja ia merasa kasihan namun mau bagaimana lagi.

***

Sudah 5 hari setelah Rendy terbangun dari tidur panjangnya, kini mereka akan pulang ke mansion Bratama.

"Sayang ..., Udah siap?." Tanya Airi pada Rendy yang sudah berdiri dengan pakaian yang bukan pakaian rumah sakit lagi.

Rendy mengangguk. Jujur Airi sedih melihat nya, anak bungsunya yang dulu itu Ceria, Humoris, Manja, Bar-bar, kini berubah menjadi Pendiam, Wajah nya tanpa ekspresi, Dingin.

Airi tersenyum lalu menoleh ke arah suami nya yang tengah menatap ponsel nya untuk mengurus ke-pulang mereka. Jangan kira Mereka sedang ada di Indonesia, mereka itu sedang ada di Singapura yang mana negara tetangga.

"Udah siap, pah?." Tanya Airi membuat Erland menoleh lalu mengangguk.

***

Terimakasih ✨

RENAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang