"akhirnya ikhlas adalah jalan terbaik, bukan karena sudah sembuh atau lupa. Ikhlas memang akan menjadi akhir dari lara yahh yang begitu panjang"
Diksa berjalan dibelakang lia yang saat ini melangkahkan kakinya menuju ruang rawat zeya, diksa bisa melihat banyak rasa khawatir dari dalam mata sang mama. Sesampainya di depan ruang rawat diksa ada banyak orang yang duduk menanti kondisi zeya,wajah khawatir serta bersalah nampak dimata mereka.
"Piye kondisine zeya saiki mba?" Tanya lia kepada jihan yang duduk sambil memegang secangkir teh hangat.
"Hurung Ono perkembangan,awak dewe durung isoh weruh kondisine zeya saiki" jawab jihan dengan nada kesedihan.
Dokter keluar dari ruang rawat zeya,yang membuat mereka semua langsung berdiri dan menatap dokter serius.
"Saudara angga dan mariska apakah ada ?" Tanya dokter kepada mereka semua,angga dan mariska pun langsung menghampiri dokter.
"Kami dok" jawab angga yang langsung di angguki oleh dokter
"Pasien sadar dan meminta bertemu Kalian, silahkan masuk" ucap dokter yang langsung masuk kedalam ruang rawat zeya bersama dengan angga dan mariska.
Saat angga dan mariska masuk, mereka melihat zeya yang melihat kearah mereka dengan senyuman kecil. Mariska langsung membalas senyuman zeya dan memeluknya tidak terlalu erat.
"Cepet sembuh cantik, katanya mau jadi atlet voli nasional" ucap Mariska mengusap tangan zeya.
"Ayo mari,mosok zeya seng kuat selama iki neng duwur kasur di infus tangane. Endi adek e mas angga seng cantik terus kuat " ucap angga menaiki satu alisnya
"Ngga tulung mbok an " ucap mariska menatap angga tajam.
"Ais,mas angga." Panggil zeya lemah.
"Dalem cantikku" jawab mariska.
"Dalem cah ayu, pripun" ucap angga mendekat ke samping zeya.
"Mas,ais. Ojo omong sakitku neng wong lio,opo meneh ayah ambi ibu. Aku wegah ngerusak suasana,janji ya " ucap zeya lemah.
"Ampun ngomong koyo ngunu, kabeh uwes kebukak zey. Ayah ambi ibukmu sak keluarga masing-masing uwes reti tetang awakmu" ucap mariska tersenyum
"Termasuk diksa?" Tanya zeya yang di angguki oleh mariska.
"Kok isoh?" Tanya zeya menatap angga
"Ngapurane cah ayu, Kabeh ora isoh koyo ngunu terus. Tapi awakmu Ojo khawatir, Kabeh saiki apik. Mama Karo tante lia ora Ono seng keberatan, Kabeh nerimo legowo " ucap angga mengusap kepala zeya yang tertutup jilbab.
"Aku wedi mas ketemu, tapi aku ya pengen weruh opo seng mbok omongke" ucap zeya menitikkan air matanya.
"Hust,kok nangis to. Mas ambi Ais neng sandingmu,ora bakal tak tinggal" ucap angga memeluk zeya, mariska yang melihatnya langsung tersenyum.
"Sus tolong panggilkan yang di depan buat masuk,ngak lama Kok" ucap dokter kepada seorang suster,dan dibalas anggukan.
Suster pun langsung berjalan keluar dan memanggil keluarga yang berada di luar,tak lama pintu terbuka dan menampilkan Jihan dan lia yang berjalan bersama menuju zeya.
"Zeya" panggil Jihan yang membuat zeya memegang erat tangan angga,angga mengusap punggung zeya dengan lembut.
"Ngak papa,zeya bisa mas yakin" bisik angga meyakinkan zeya, Zeya menatap kedua mata anggga untuk mencari kekuatan.
"Stop, cukup. Cukup neng kono" teriak zeya lalu memeluk tubuh angga.
"Zeya" panggil jihan lirih
"Tante ampun dipekso, alon-alon" ucap mariska yang di angguki oleh jihan dan lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑩𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑳𝒖𝒌𝒂
Fiksi RemajaMenyukai seseorang yang hatinya bukan untuk kita? disitulah lara dan luka siap untuk di mulai Tentang penyesalan diksa! Awal mati rasanya zeya! Dendam Mariska! "Lo yang mulai semua ini, lo yang udah sakiti zeya. Maka, detik itu juga lo akan hancur d...