Di sebuah jalanan yang sepi, sebuah mobil berwarna hitam berhenti secara tiba-tiba. Membuat seorang gadis yang berada di dalamnya merasakan kaget yang teramat. Nyawanya hampir saja melayang, untung jalanan saat ini sedang sepi. Gadis itu hendak protes, namun tatapan maut yang diberikan lelaki itu, berhasil membuat mulutnya bungkam. Rivano, lelaki yang selalu membuat Melody patuh kepadanya, tanpa membantah sedikitpun.
"Kenapa? Mau protes?" tanya Rivano sinis. Melody menggelengkan kepalanya. "Eng-gak kok."
Keheningan melanda mereka berdua, mungkin mereka masih menenangkan diri, akibat kaget dengan kejadian barusan.
Keadaan semakin hening, kala Rivano mulai fokus memainkan ponselnya, sembari
tersenyum sendiri. Melody tahu, pasti Rivano sedang chatan dengan Michelle.
"Kamu pindah ke belakang, kita jemput Michelle." Rivano memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
Kening Melody berkerut, jujur ia tak terima jika selalu diperlakukan seperti ini terus
menerus.
"Kok? Kenapa gak Michelle aja yang dibelakang?" protes Melody.
"Udah deh, gak usah banyak protes! Aku bilang pindah, ya pindah!" bentak Rivano.
Melody sempat tersentak kaget, jantungnya berdegup kencang. Ia memejamkan matanya
sebentar, kemudian pindah ke kursi penumpang, yang ada di belakang.
Setelah Melody duduk di kursi penumpang, Rivano langsung melajukan mobil itu, membelah jalanan Kota Jakarta, yang tampak ramai.Melody memandang ke arah luar jendela, sampai kapan penderitaannya
berakhir? Kapan ia bisa bahagia? Melody capek, ia mendapat tekanan dari Papanya,
kekasihnya, dan juga Michelle, teman lamanya.
Tanpa disadari, air mata Melody sudah mengalir membasahi kedua pipi mulusnya. Lagi, dan lagi air matanya harus kembali mengalir, entah sampai kapan air mata itu harus mengalir. Sampai Melody menyerah? Maybe. Kita saksikan saja, bagaimana ke depannya. Apakah Melody yang selalu kuat, akan menyerah. Atau justru Melody yang selalu kuat, akan semakin kuat menghadapi tekanan yang selalu ia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo, Berakhir
Teen FictionMelody memandang ke arah luar jendela, sampai kapan penderitaannya berakhir? Kapan ia bisa bahagia? Melody capek, ia mendapat tekanan dari Papanya, kekasihnya, dan juga Michelle, teman lamanya. Tanpa disadari, air mata Melody sudah mengalir memba...