Orang cantik aja masih sering disia-siakan, apalagi orang jelek sepertiku, Melody
Hari kedua Ujian Nasional, sudah dilaksanakan dengan lancar oleh siswa-siswi SMA
Rajawali. Mereka berhamburan keluar dari ruangan ujian, dan mulai pulang ke rumah
masing-masing. Seperti biasa, Melody, Habelia, Alma, Rivano, serta Clay, menongkrong terlebih dahulu di halaman sekolah.
Semakin lama, sekolah semakin sepi. Namun hal itu tidak membuat kelima orang sahabat itu untuk pulang. Banyaknya candaan yang mereka lontarkan, membuat rasa nyaman mereka berada di sekolah bertambah.
Apa lagi, sebentar lagi mereka tidak akan bersama. Walaupun masih bisa bertemu, tetapi beda rasanya. Maka, kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, hitung-hitung sebagai penambah kenangan di masa SMA."Haduh, kalau kayak gini sih. Aku gak rela lulus," rengek Habelia.
Alma memutar kedua bola matanya malas, bagaimana jalan pikiran sahabatnya itu? Di saat orang lain ingin segera lulus SMA, karena tak sabar ingin segera kuliah, atau bekerja.
Sedangkan Habelia? Dia malah ingin berlama-lama menikmati masa sekolah."Kamu aneh, aku mah malah pengen cepet-cepet lulus," ucap Alma malas.
"Aku juga sih, tapi ya kenangan kita di sini banyak banget. Rasanya gak rela gitu." Habelia memanyunkan bibirnya, layaknya anak kecil yang sedang merajuk. Melody terkekeh pelan melihat sahabatnya itu, lucu sekali.
"Guys, gimana setelah kita selesai ujian, kita liburan ke puncak?" usul Melody, mereka
berempat tampak berpikir, menimang-nimang ajakan Melody. Beberapa detik kemudian,Rivano membuka suara. "Boleh, nanti aku ajak Michelle ya," ucapnya santai.
"Michelle?" beo Clay, dengan keningnya yang berkerut.
Lagi, kenapa Rivano selalu saja memikirkan Michelle? Tak apa jika Rivano ingin mengajak
Michelle, tapi setidaknya ia jangan berbicara secara langsung, apa lagi di sini ada Melody.
Yang jelas-jelas statusnya adalah kekasih Rivano. Tentang Michelle, tidak ada yang mengetahui siapa itu Michelle. Mereka juga tidak tahu, sebenarnya Rivano terpaksa menjadi pacar Melody."Tenang, Michelle itu sahabat aku. Makanya aku mau ajak dia, gapapa kan?" Rivano
meminta persetujuan ketiga sahabatnya, termasuk Melody. Dengan cepat, Melody menganggukan kepalanya."Ajak aja, supaya lebih seru."
Benar dugaan aku, dia gak cinta sama aku. Buktinya, dia ngijinin aku ajak Michelle, batin
Rivano."Boleh aja sih, tapi jangan ribet orangnya," timpal Alma.
Habelia menjentikkan jarinya, tanda ia ikut setuju. "Setuju, kita males sama cewek ribet."
"Yaelah, semua cewek ribet kali," dengan wajahnya yang santai, Clay berucap seperti itu. Merasa tersindir, Habelia dan Alma memukul kepala Clay pelan. Dan Clay pun meringis, bisa-bisanya kedua gadis itu berbuat demikian.
"Aw, sakit tahu!" kesal Clay.
Habelia dan Alma sama-sama memutar kedua bola mata mereka bersamaan. Itu akibatnya,
jika lelaki mengatakan yang tidak - tidak tentang wanita. Tidak semua wanita itu ribet."Itu akibatnya, karena kamu ngomong yang enggak - enggak tentang cewek!" jawab Alma
kesal.Habelia mengangguk. "Hooh, lagipula gak semua cewek itu ribet kok, aku buktinya gak
ribet.""Iyain biar cepet," ucap Rivano tiba-tiba.
"Diem kamu," kesal Alma.
Sementara Melody, ia tak henti-hentinya menahan tawanya agar tidak pecah. Lucu sekali tingkah sahabat-sahabatnya, apa lagi pacarnya. Ah, rasa cinta Melody kepada Rivano semakin bertambah nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo, Berakhir
Teen FictionMelody memandang ke arah luar jendela, sampai kapan penderitaannya berakhir? Kapan ia bisa bahagia? Melody capek, ia mendapat tekanan dari Papanya, kekasihnya, dan juga Michelle, teman lamanya. Tanpa disadari, air mata Melody sudah mengalir memba...