01 : Detective

106 11 0
                                    

Bumantara pagi itu terlalu cerah untuk mendengar suara tangisan. Tarikan dan rengekan makin menjadi saat sang ayah menahan langkahnya untuk keluar rumah.

Bocah kecil disana meronta dan memukul-mukul ayahnya sembari merengek

"Mama! Mau ikut mama!"

Suara tangisan makin nyaring saat pergerakan ditahan. Badannya didekap agar tak bergerak. Sang ayah membisikkan kalimat penenang. Yang sebenarnya adalah kebohongan paling bodoh yang dipercaya Wonwoo saat berumur 5 tahun.

Kebohongan terbesar yang membuatnya jadi tidak mempercayai siapapun, bahkan keluarganya sendiri.

"Mama dan Mingyu hanya pergi sebentar. Wonwoo tidur dulu ya nanti papa beritahu kalau mereka sudah kembali."

Bocah ingusan seperti dia mana tahu itu ucapan benar atau tidak. Yang dia tahu hanyalah mengangguk dan menuruti semua perkataan ayahnya.

Maka setelah waktu berlalu, Wonwoo jadi tersadar. Semua penantiannya selama 18 tahun hanya sia-sia. Tidak ada mama, tidak ada Mingyu. Bahkan pria tua yang pernah berjanji padanya waktu itu juga pergi dan tidak akan pernah kembali lagi.

Satu niat Wonwoo saat itu, dia akan hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dirinya yang ditinggal pada usia masih memerlukan kasih sayang jelas bukan masalah sepele. Lalu, untuk apa menerima orang lain dalam kehidupannya jika pada akhirnya hanya sendiri lagi?

Dia tidak peduli lagi dengan keluarga, orang tua, saudara atau siapapun yang mempunyai hubungan darah dengannya. Dia hanya punya diri sendiri, hanya Wonwoo dan setumpuk penyesalan yang masih saja dipendam selama bertahun-tahun.

Ah, hidup memang selalu plot twist. Maka dia hanya perlu bertahan hidup, bagaimanapun caranya dia akan tetap bertahan agar orang-orang yang meninggalkannya akan menyesal karena telah membuang dirinya begitu saja.





"Detektif Wonwoo, berapa hari kau tidak menutup mata, huh? Mau jadi zombie dan menakuti para penjahat di luar sana?"

Seutas candaan yang tak ditanggapi oleh sang empu. Dia merapikan kertas yang berantakan beralih meraih jaket dan pergi begitu saja. Partner kerjanya hanya menggelengkan kepala, sudah tidak heran dengan sifat cuek pemuda itu.

Langkahnya melambat saat melihat seseorang yang dia kenal. Menerima pemberian orang tersebut, masih dengan wajah datar andalan.

"Kasus 5 bulan lalu, tersangka masih belum ditemukan dan pihak keluarga mulai melakukan demo di depan kantor sejak minggu lalu."

Wonwoo memasukkan kertas ke dalam map lagi lalu berjalan keluar menuju pihak keluarga yang dimaksud temannya tadi.

"Saya Lee Wonwoo, detektif di kantor polisi ini. Mulai sekarang kasus anak anda akan saya tangani, saya berjanji akan membuat bajingan itu masuk ke penjara."

Lain halnya dengan pihak keluarga yang menundukkan kepala berkali-kali diikuti seruan terima kasih. Seokmin melotot, berpikir bahwa detektif itu sudah gila. Dia mengikuti langkah Wonwoo menuju parkiran.

"Apa kau kurang kerjaan? Berapa banyak kasus lagi yang akan kau tangani sendiri? Kau benar-benar ingin menghabiskan masa mudamu dengan masalah orang lain?"

Bak tuli. Pemuda disana tak menjawab ucapan Seokmin, bersiap membuka pintu mobil sebelum tangannya ditahan.

"Apa karena adik dan ibumu?" memijat pelipis total frustasi dengan sikap teman kerjanya.

"Aku sudah bilang bukan? Aku akan membantumu, kau tidak perlu melampiaskan kemarahanmu dengan begadang berhari-hari. Batalkan kasusnya, biarkan divisi lain yang menangani," Seokmin berniat mengambil alih berkas di tangan Wonwoo sebelum ditepis kasar dengan tatapan tajam.

0563Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang