0.1 - Lelaki Kecil dengan Syal Merahnya

1.6K 145 1
                                    

"Dingin..."

Lelaki kecil itu mengusap pipinya yang basah karena airmata dan cipratan hujan dengan syal merahnya.

Menundukkan diri semakin rapat di depan pintu cokelat yang tertutup rapat. Tangannya mengetuk pelan, tenaganya hilang tertutup hujan.

Suaranya bahkan sudah tak terdengar.

"Dingin," keluhnya.

Entah berapa lama ia mengetuk pintu itu. Lirih, kesadarannya sudah diambang. "Astaga, nak!"

Yang ia tahu, badannya menghangat sebelum matanya terpejam erat.

***

Sayup-sayup ia dengar suara seseorang bergerak di sekitarnya. Gemerisik air terperas, sebelum ia merasakan dingin di dahinya.

"Eung-pusing,"

"Sudah bangun, nak?"

Lelakinya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya, di sisinya sudah ada wanita dengan rambut pendek yang menatapnya khawatir.

"Masih pusing, nak?"

Ia mengangguk pelan, matanya memanas saat merasa hatinya memberat tanpa alasan.

Bukan pusing alasannya menangis, tapi ia merasa tak nyaman.

Wanita itu tampak semakin khawatir, kemudian menyodorkan segelas air di dekat si kecil. "Minum dulu, yuk."

Wanita itu membantunya duduk, mengusap dahinya yang basah sebab kain yang sebelumnya bertengger.

"Makan dulu ya, habis itu minum obat agar tidak pusing lagi. Oke?"

Si kecil diam, menatap ragu kearah wanita tersebut.

Wanita itu mengerti keresahan di balik mata si kecil. Ia tersenyum ramah, mengusap puncak kepala lelaki kecil itu dengan pelan.
"Nama saya, Wen. Kamu bisa memanggil saya Bunda Wen seperti yang lain. Nanti kita bertemu yang lain, ya, setelah kamu sembuh! Pasti mereka tidak sabar untuk bertemu kamu."

Lelaki kecil itu hanya diam. Benaknya menyimpan memori kecil tentang wanita tersebut.

"Nama kamu siapa, anak manis?"

Lelaki kecil itu mendongak, menghapus ragu yang tersisa untuk wanita itu.

"Ja-nar-ga."

The President and I - Metanoia SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang