Petak Umpet

112 7 1
                                    

Pelipis Light berkedut sedari awal dia sarapan pagi sampai makan siang. Dia sangat ingin menendang Lawliet. Bocah terkutuk hanya memakan makanan yang sama saat sarapan tadi dan sekarang. Donat aneka rasa dan susu cokelat.

Lawliet menatap lekat jemari tangan yang berlumur lelehan cokelat dari donat. Lidah kecil terjulur ingin menjilati. Akan tetapi, suara dehaman keras menginterupsi.

Lawliet melirik Light polos. Mereka saling pandang sebelum Lawliet melengos. Lidahnya terjulur lagi.

Kali ini, Light terbatuk sampai tiga kali.

"Kalau batuk sebaiknya ditutup mulutnya, Kira-kun. Nanti virus darimu menyebar ke donatku. Aku tidak ingin terkena Covid."

Light mendelik kala Lawliet lagi-lagi menjulurkan lidah ke jemari tangan berlumuran cokelat.

"Oi, Bocah! Bukankah kemarin sudah kubilang untuk TIDAK MENJILATI TANGANMU SAAT MAKAN?!"

Lawliet melongo. "Oh ... maaf aku lupa."

Kuharap Kira-kun percaya ....

"Omong kosong! Detektif L tidak mungkin lupa pada hal yang serius dan mudah diingat. Jangan coba kau bohongi aku."

Lawliet mendengkus, lidahnya terjulur lagi. Lalu, sebuah tangan menggenggam tangannya yang berlumuran cokelat.

"Huh?"

"Jangan 'huh' saja, Lawliet. Serius, apa kau tidak memikirkan cara lain membersihkan tanganmu selain dijilat?"

Lawliet menggeleng polos. "Sayang cokelatnya terbuang."

"Tapi itu jorok! Apa kau bayi?!" ringis Light. Menyambar beberapa lembar tisu di tengah meja makan.

Jari telunjuk menyentuh dagu, dia memiringkan kepala menatap Light. "Bukankah ... aku?"

Light memutar bola mata muak dengan tingkah sang detektif cilik. Dia mengelap tangan kanan Lawliet yang kotor hingga bersih.

"Ah ... cokelatnya dibuang ...."

"Itu hanya cokelat bekas."

"Tapi--"

"Nah, apa selanjutnya kegiatanmu setelah makan siang? Jangan bilang padaku kau akan duduk jongkok di depan komputer lagi."

Lawliet melepas paksa genggaman sang Babby Sitter dari tangannya. "Itu adalah pekerjaanku sebagai L."

Satu kaki mungil menapak di lantai marmer putih. Namun, kaki lainnya tidak bisa menyusul. Ada yang mengangkat kerah belakang sweaternya. Saat Lawliet mendongak, dia mendesis marah.

"Turunkan aku, Kira!"

Light tetap diam menatapnya.

"Apa sebenarnya maumu kali ini?! Bukankah aku sudah menjadi anak baik sekarang?!"

Light akhirnya menjawab. "Belum, L."

Kedua kaki mungil terayun hendak menyasar ke selangkangan Light, tetapi empunya mengelak cepat. Light sangat tahu Lawliet akan memberontak.

"Pekerjaanmu bisa menunggu. Aku akan bilang pada Watari-san untuk mengubah jadwal kerjamu. Seorang bocah seharusnya menghabiskan waktu dengan lebih banyak bermain."

"Aku bukan bocah!"

"Terserah. Itulah kenyataannya, L."

Lawliet menggembungkan pipi bersedekap. Dia dijinjing Light dari ruang makan ke ruang tengah sampai ke halaman belakang. Lawliet penasaran pada apa yang hendak dilakukan Light.

Babby Shit(TER) And LawLIE  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang