☁ PERTEMUAN ☁

144 17 10
                                    

   Langit sore berwarna jingga keemasan ketika Nala melangkahkan kaki ke jalan, menuju supermarket yang jaraknya hanya lima menit dari kosannya. Meski jaraknya dekat, hari ini langkahnya terasa berat, seolah-olah setiap pijakan kakinya terhambat oleh pikiran yang berkelindan di kepalanya. Ada banyak hal yang berputar-putar di benaknya mulai dari tugas kuliah, pekerjaan sampingan, hingga rencana-rencana kecil yang entah kapan bisa ia wujudkan. Di tengah kekusutan pikirannya, tiba-tiba sebuah suara ceria memecah lamunan.


"Kak Nala! Belanja juga di sini?" Suara yang penuh keceriaan itu milik Halimah, gadis berhijab biru yang ia temui tadi pagi. Wajah Zahra bersinar cerah dengan senyuman hangat yang menghiasi bibirnya, membuat suasana yang tadinya terasa muram menjadi lebih hidup.


   Nala terkejut, tapi dengan cepat tersenyum. "Iya nih, tadi ke pasar buat beli bahan roti, eh malah lupa beli bahan dapur. Gimana bisa ya, pelupa banget!" Nala tertawa kecil, menyadari bisa-bisanya ia melupakan sesuatu yang seharusnya jadi prioritas. Hal ini membuatnya merasa agak konyol, tapi setidaknya ada sedikit hiburan dari kelalaiannya sendiri.


   Halimah mengangguk sambil tersenyum tipis, lalu menambahkan dengan nada setengah kesal, "Aku juga kesel, Kak. Katanya Kak Zidan mau belanja bareng aku, eh ternyata dia mendadak keluar kota. Rasanya kayak ditinggal di ujung jalan, deh." Ada nada kecewa dalam ucapannya, meski ia berusaha menutupi dengan tawa ringan.


   Mendengar nama "Zidan", Ingatan Nala langsung teringat pada sosok pria yang samar-samar dilihatnya beberapa malam lalu. Ia merasa ada benang merah antara cerita Zahra dengan kejadian itu, tetapi sebelum sempat menelusuri lebih jauh, Nala menyadari sesuatu yang lain sesuatu yang lebih personal. "Tunggu... kamu Halimah, kan? Ya Allah, aku baru sadar! Aku nge-fans banget sama kamu dari dulu!" Serunya dengan mata berbinar. Ada semacam kebahagiaan yang tak dapat ditutupi, perasaan senang ketika bertemu dengan seseorang yang diam-diam kita kagumi.


   Ekspresi Zahra berubah terkejut, matanya melebar seakan tak percaya. "Kakak baru sadar? Kok dari kemarin nggak ngeh sih? Zahra kira Kakak udah tahu," Ucapnya heran, meskipun ada tawa yang tertahan di ujung bibirnya. Bagi Zahra, ini adalah pertemuan yang unik dan lucu. Tak setiap hari ia bertemu dengan orang yang mengenalnya tanpa terlebih dahulu mengenal kakaknya, Zidan, yang jauh lebih populer.


   Nala menggaruk kepalanya yang tak gatal, mencoba memberikan alasan mengapa ia baru menyadari hal itu. "Hehe, maaf ya. Aku tuh kadang suka hilang di dunia imajinasi sendiri. Jadi, suka nggak fokus sama sekitar," Jawabnya malu-malu sambil tertawa. Nala memang memiliki kebiasaan tenggelam dalam dunia imajinasi ketika pikirannya terjebak dalam konflik atau ketika ia mencari inspirasi. Dalam kondisi seperti itu, ia bisa mengabaikan dunia nyata, bahkan hal-hal yang seharusnya mudah dikenali.


   Zahra menghela napas kecil sambil tersenyum, merasa ini adalah momen langka bertemu seseorang yang begitu unik. "Wah, Kak Nala unik banget ya. Tapi kalau Kakak tahu Zahra dari mana?" Tanya Zahra dengan rasa penasaran yang semakin besar. Sebagian dirinya masih tak percaya ada orang yang mengenal dirinya bukan karena Zidan.


   Nala tersenyum lebih lebar, kini lebih tenang. "Aku tahu kamu dari FYP TikTok! Kamu tuh Masya Allah banget, cantik dan anggun. Dari kamu, aku termotivasi buat lebih sering pakai gamis juga," ujarnya dengan penuh antusias. Sebenarnya, pertama kali Nala melihat Halimah, ia terkesima dengan gaya berhijabnya yang sederhana tapi anggun. Ada keindahan tersendiri dalam kesederhanaan itu yang membuat Nala merasa tersentuh, seakan pakaian yang menutup rapat itu justru memancarkan keindahan yang lebih murni.

symphonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang