[4] Tread of Life

4 2 0
                                    

"How about a little sweetener? Is it a little spicy so it makes you burn?"

***

"Hayo lah, apa kah benar ada angin puting beliung di sini?" gumam Naomi berdecak pinggang menatap kamarnya. Perasaan saat meninggalkan kamarnya pagi tadi, dia sudah menatanya dengan rapi.

Kenapa sekarang sungguh berantakan? Ujung baju Naomi serasa ditarik-tarik, dia menatap ke bawah. Ternyata seorang pria kecil manis dengan mendongakkan kepalanya menatap sang kakak dengan tangan menempel diujung bajunya.

"El." Gemas Naomi membawa sang adik ke dalam gendongannya. Delvan melingkarkan tangannya di leher Naomi, tersenyum memperlihatkan gigi kecil-kecilnya.

Melihat itu Naomi mengigit pipi tembam ang adik, Delvan mengelak menyembunyikan wajahnya di leher Naomi. Naomi terkekeh, wangi baby ditubuh Delvan seakan melupakan kekesalannya tadi.

"Abang pulang," cicitnya masih menyembunyikan wajahnya.

"Wait," gumam Naomi—alisnya mengerut dan Delvan memberontak meminta turun. Seketika Naomi menyadari, angin puting beliung yang menyebabkan kamarnya seperti kapal  pecah adalah ulah seseorang.

"Kakak ayo," ujarnya setelah berhasil turun dari gendongan Naomi. Jemari kecilnya memegang kelingking sang kakak, dan menariknya seakan menyuruh untuk mengikuti setiap langkah kecilnya.

"Abang, buka!" panggilnya berteriak di depan pintu kamar bewarna cokelat. Naomi terkekeh, melihat apa yang dilakukan sang adik.

Karena pintu tidak kunjung terbuka, tangan kecilnya mencoba menggedor-gedor pintu, berharap sang pemilik kamar membukakan pintu untuknya.

"Abang, kak Omi cariin!" pekiknya kesal dengan wajah memerah. Naomi mengigit pipi dalamnya, hayo lah ini sungguh lucu menurutnya, kenapa adiknya sungguh menggemaskan?

"Kakak, " cicitnya menatap Naomi dengan lingkaran sabit ke bawah di bibirnya.

"Abang tidur kali." Hibur Naomi, membuat pria kecil itu menggeleng.

"No!"

"El, mau main sama Abang ya?" tanya Naomi kembali membawa Delvan ke dalam gendongannya. Delvan menyandarkan kepalanya di bahu Naomi, matanya nampak berkaca-kaca.

Delvan menggeleng kecil. "Kak Omi," gumamnya. Baiklah, dia mengerti sekarang. Padahal pria kecil ini lah yang ingin bertemu sang Abang, tapi menggunakan nama sang kakak untuk pancingan. Hayo lah, otak manipulation siapa yang ditiru sang adik.

Naomi terkekeh, dia tidak bisa membayangkan selicik apa adiknya besok ketika beranjak remaja.

"Kita main di kamar kak Omi aja yuk," ajak Naomi, lagi-lagi Delvan menggeleng.

"No, kakak." Naomi menghela napas, dia melirik Delvan sekilas. Tanpa mereka berdua sadari, ternyata seseorang menguping pembicaraan mereka sadari awal. Dia terkekeh dan membuka pintu kamarnya.

"Ada kangen Abang ya," ledeknya menyentil kening Naomi dan wajahnya sungguh menyebalkan dipandang. Mendengar suara itu, Delvan menatap sang Abang, matanya berbinar lantas menjulurkan tangannya meminta digendong.

Thread of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang