[8] Thread of Life

2 3 0
                                    

"How sure are you of all the nonsense created."

***

Syakira Britisha Liam

Entah nasib macam apa yang menimpanya, saat ini dirinya tengah meringkuk di sudut kamarnya, wajah di tekuk ke bawah—rambut acak-acakan, cukup menggambarkan keadaannya saat ini.

Tok, tok, tok!

Wajahnya dia dongakkan ke atas menatap pintu dengan tatapan sayu. "Ya," ujarnya dengan suara parau. Tidak lama kop pintu itu perlahan berputar—begitu juga dengan pintu sedikit demi sedikit terbuka sehingga cahaya menubruk paksa masuk ke dalam kamar minim cahaya tersebut.

"Lo menekannya bodoh!" ujarnya orang baru saja masuk ke dalam kamar Syakira. Gadis itu menjatuhkan sekantong belanjaan hingga isinya berceceran—isinya perlengkapan ibu hamil. Syakira hanya diam menatap gadis sebaya dengannya dengan sorot terluka.

"Bagaiman kesepakan kita dulu?" tanya Syakira. Gadis itu terkekeh, "Lo tanya kesepakatan kita? Nggak salah," ledeknya duduk di pinggir ranjang.

Syakira bungkam, membuat gadis itu terkekeh. "Seharusnya lo beruntung, gue masih peduli sama orang bodoh kayak Lo!" sindirnya.

***

"Lo gadis kesepian, hidup Lo cuman penuh ambisi menarik perhatian orang lain!"

"Seharusnya lo sadar, Lo itu tidak diharapkan kehadirannya di sini!"

"Nggak guna!"

"Menyusahkan."

"Seharusnya nggak usah hidup aja Lo!"

Menghela napas saja, rasanya sungguh berat dilakukan oleh Naomi. Dia melipat tangannya di atas meja belajarnya dan meletakkan kepalanya menyamping—matanya menatap lurus bingkai foto yang tersandar di antara buku-buku miliknya.

"Memang bener," gumamnya seakan menyaut perkataan yang ada di dalam kepalanya.

"Aku hidup dalam ambisi yang membuat hidupku rusak," lanjutnya. Air matanya mengalir begitu saja. Bahkan untuk mengatakan apakah dirinya baik-baik saja sungguh sulit diutarakan.

"Ma, aku bener-bener capek. Sebenarnya kebenaran apa lagi yang belum aku ketahui?"

Damn!

Isi kepalanya sungguh berisik. Dia menegakkan tubuhnya—tangannya bergerak cepat membanting foto tersebut. Kacanya berserakan dengan bingkai patah, intensi Naomi menatap itu dengan tatapan nyalang.

Tidak lama dari itu, isakan kecil keluar dari dalam mulutnya. Dia mengusap wajahnya kasar, menyadari apa yang barusan dia lakukan.

"I'm sorry," gumamnya menjatuhkan kepalanya ke atas meja.

Di lain tempat,  seorang gadis tengah menyeret kakinya memaksa untuk tetap berjalan di tengah gelapnya malam. Dia berhenti di halte bis yang sudah lama tidak terpakai. Mendudukkan diri—menatap lurus ke depan.

Pikirannya sungguh berkecamuk, rasanya semua yang terjadi hari ini adalah omong kosong.

"Bukankah ini baru awal?" gumamnya menengadah ke langit. Terdapat rembulan yang bersinar terang di atas sana. Sudut bibirnya tertarik ke atas, menandakan dirinya baik-baik saja.

"Aku bahkan tidak menyangka," gumamnya menikmati udara malam ini.

***

Naomi menatap Nathali dengan canggung, entah nasib apa yang menimpanya pagi ini. Dia terjebak di meja makan, seharusnya dia lebih awal bangun dan berangkat sekolah.

Thread of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang